Keluarga adalah Tempat Untuk MemuridkanSampel
Hari ke-5: Pilar ke-3: Kesetiaan terhadap Pasangan
Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab Allah akan menghakimi orang-orang sundal dan pezina.
(Ibrani 13:4)
Menghormati perkawinan berarti mengakui nilai dan kekudusan institusi perkawinan sebagaimana yang diatur oleh Allah. Hal ini mencakup menjaga kesetiaan dan komitmen antara suami dan istri sesuai dengan kehendak Allah, serta menghormati hubungan perkawinan sebagai cermin dari hubungan Kristus dengan jemaat-Nya dalam gereja. Menghormati perkawinan juga berarti menjauhi segala bentuk perselingkuhan, perceraian yang tidak sah, atau perilaku yang merusak integritas dan kesatuan dalam perkawinan, karena perkawinan adalah hal yang suci dan diatur oleh Tuhan untuk menggambarkan kasih setia-Nya kepada umat-Nya.
Keluarga menjadi tempat yang sangat tepat bagi anak-anak untuk belajar tentang nilai-nilai dan prinsip-prinsip kehidupan pernikahan dari orang tua mereka. Ketika orang tua menunjukkan kesetiaan dalam pernikahan, mereka memberikan teladan yang kuat bagi anak-anak mereka. Anak-anak akan belajar bahwa pernikahan adalah komitmen seumur hidup yang harus dijaga dan dihormati. Mereka akan tumbuh dengan pemahaman yang benar tentang cinta, kesetiaan, dan pengorbanan dalam hubungan suami istri. Dan mereka juga akan memahami relasi suami-istri mencerminkan relasi Kristus dengan gereja-Nya.
Menjauhi perzinahan dan tetap setia kepada pasangan adalah cara untuk menghindari dosa-dosa yang dapat merusak pernikahan, seperti pornografi, gaya hidup yang berbahaya (minum alkohol dan narkoba), perselingkuhan, ketidakjujuran, atau ketidakpedulian. Kita dipanggil untuk hidup dalam kekudusan, pertobatan, dan terus memperbarui komitmen kita kepada Tuhan dan pasangan kita. Kita dapat membangun pernikahan yang memuliakan Allah, dan berdampak baik bagi keluarga dan masyarakat dengan menjauhi perilaku dosa, dan berpegang teguh pada kesetiaan kepada pasangan.
Berikut adalah langkah-langkah praktis untuk menjaga kesetiaan kepada pasangan dan menghindari dosa perzinahan:
1) Bangun kehidupan rohani yang sehat. Baik pasangan suami istri, bahkan seluruh keluarga, bisa rutin berdoa dan merenungkan Alkitab bersama, untuk membangun kerohanian keluarga, serta untuk mendapatkan hikmat dan tuntunan Roh Kudus untuk mengatasi godaan kehidupan.
2) Komitmen yang kuat. Tetap berkomitmen untuk setia kepada pasangan, dan bangun komunikasi yang jujur serta terbuka. Tak ada salahnya sesekali melakukan ‘napak tilas’ menelusuri kembali tempat-tempat yang penuh kenangan indah saat berpacaran. Bisa juga sesekali melakukan re-komitmen pernikahan di hadapan Tuhan.
3) Berada di komunitas dan lingkungan yang sehat. Hindari situasi atau hubungan yang bisa memicu godaan, dan prioritaskan interaksi yang sehat dan mendukung untuk Anda dan pasangan mempertahankan komitmen pernikahan Anda. Tidak sedikit pasangan mengambil keputusan kritis dalam kehidupan pernikahannya dipengaruhi oleh komunitas di sekelilingnya.
4) Bersikap transparan dan akuntabel. Biasakan bersikap transparan kepada pasangan, dan miliki ‘partner akuntabilitas’ dengan mentor rohani yang bisa membimbing Anda dan pasangan.
5) Miliki batasan yang sehat. Jagalah batas relasi yang sehat dan pantas dalam setiap interaksi, terutama dengan lawan jenis, serta hindari situasi yang bisa mengarah pada pelanggaran batas-batas relasi tersebut.
Dengan langkah-langkah ini, kita dapat membangun pondasi yang kuat untuk menjaga kesetiaan dalam pernikahan dan menghindari godaan perzinahan, sesuai dengan nilai-nilai yang relevan bagi generasi Y.
Penutup
Kesetiaan dalam pernikahan adalah nilai yang sangat penting dalam kehidupan sebagai orang Kristen. Dengan setia kepada pasangan hidup, kita mencerminkan kesetiaan kita kepada Tuhan, memberikan teladan bagi generasi mendatang, dan menciptakan keluarga yang sehat dan langgeng. Marilah kita melepaskan segala sesuatu yang dapat merusak pernikahan kita, dan berpegang teguh pada komitmen suci yang telah kita buat di hadapan hamba Tuhan, jemaat Tuhan, dan di hadapan Tuhan sendiri.
Pertanyaan untuk refleksi
1. Apakah saya benar-benar menghargai dan menghormati pasangan saya sebagai anugerah dari Tuhan? Apa buktinya?
2. Bagaimana saya menjaga pikiran dan hati saya dari godaan yang dapat merusak pernikahan? Adakah saya memiliki kebiasaan atau bahkan kecanduan/adiksi yang bisa membuat saya sulit bersikap setia kepada pasangan?
3. Seberapa jauh upaya saya untuk membangun komunikasi yang jujur dan terbuka dengan pasangan saya?
4. Apakah saya bersedia untuk meminta maaf dan/atau mengampuni ketika terjadi ketidak-setiaan dalam pernikahan?
Hendaklah kamu semua menghargai pernikahanmu masing-masing sebagai ikatan yang suci, dan jagalah hubungan antara suami-istri supaya tetap murni. (Saulus)
Firman Tuhan, Alkitab
Tentang Rencana ini
Keluarga, sebagai unit terkecil dalam masyarakat dan gereja, sesungguhnya dapat menjadi tempat pemuridan yang paling efektif. Kehidupan sehari-hari dalam keluarga memberikan banyak waktu untuk bersama, berinteraksi, dan saling memengaruhi. Anak-anak bisa belajar tentang Tuhan dan firman-Nya tidak hanya melalui pengajaran formal baik di sekolah maupun di Gereja, tetapi juga melalui keteladanan orangtua dan anggota keluarga lainnya.
More
Kami mengucapkan terima kasih kepada Himawan Hadirahardja yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: https://www.instagram.com/himawanhadirahardja