Keluarga adalah Tempat Untuk MemuridkanSampel
Hari ke-4 – Pilar ke-2: Pengampunan tanpa Syarat
“Ingatlah orang-orang hukuman, karena kamu sendiri juga adalah orang-orang hukuman. Ingatlah juga orang-orang yang diperlakukan sewenang-wenang, karena kamu sendiri juga masih hidup di dunia ini.”
(Ibrani 13:3)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa kita semua adalah manusia yang berdosa dan seharusnya menerima hukuman dari Allah atas dosa kita. Namun, melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib, kasih karunia-Nya yang begitu besar telah membebaskan kita dari hukuman kekal. Akibatnya, kita tidak boleh merasa lebih benar atau lebih baik daripada orang lain, terutama mereka yang telah melukai atau menyakiti kita, termasuk anggota keluarga kita sendiri.
Yesus mengajarkan kita untuk mengampuni orang lain dengan sepenuh hati, seperti Bapa di surga mengampuni kita. Dalam doa Bapa Kami, ketika kita meminta pengampunan dari Allah atas kesalahan kita, kita juga mengakui adanya tanggung jawab untuk mengampuni mereka yang bersalah kepada kita. Ini menunjukkan bahwa pengampunan dari Allah ada kaitannya dengan kesiapan kita untuk mengampuni sesama. Jadi, jika kita berharap Allah mengampuni kita, kita juga harus bersedia mengampuni orang lain. Namun bukan berarti pengampunan kita bukan syarat untuk mendapatkan pengampunan Allah, tetapi merupakan cerminan dari kasih dan anugerah yang telah kita terima. Ketika kita mengalami pengampunan dari Allah, Roh Kudus mengubah hati kita, memungkinkan kita untuk mengampuni orang lain dengan tulus.
Ketika kita tidak mengampuni orang lain, dendam dan kepahitan akan menggerogoti hati kita dan merusak hubungan kita dengan Tuhan dan sesama. Ketidakmampuan dan ketidaktaatan kita untuk mengampuni juga bisa menyebabkan masalah kesehatan rohani, fisik, dan mental.
Berikut ini bisa menjadi indikasi bahwa kita sudah mengampuni dengan sepenuh hati, yaitu antara lain:
1. Kita tidak lagi menyimpan rasa dendam, amarah, ataupun kepahitan terhadap orang tersebut.
2. Kita mampu mendoakan orang tersebut dengan tulus, dan mengharapkan yang baik baginya.
3. Kita dapat berinteraksi kembali dengan orang tersebut, meski kadang perlu waktu, tanpa merasa tersaikiti lagi oleh luka masa lalu.
4. Kita bisa teringat kembali akan kesalahan orang tersebut, namun tak lagi merasa sakit hati atau marah yang mengganggu emosi kita.
Agar dapat mengampuni dengan segenap hati, maka kita perlu:
1. Tidak menekan atau menyangkal rasa sakit itu, sebaliknya menyampaikannya kepada TUHAN,atau ungkapkan kepada orang yang kompeten dan Anda percayai tentang apa yang Anda rasakan.
2. Minta Tuhan untuk memberikan kekuatan dan kasih karunia untuk mengampuni orang yang sudah menyakiti kita.
3. Ambil keputusan untuk mengampuni sekarang juga. Pengampunan adalah sebuah pilihan, bukan perasaan. Putuskan untuk melepaskan orang tersebut dari kesalahan mereka dan menyerahkan masalah ini kepada Tuhan. Jangan tunggu sampai Anda merasa tenang dan damai terlebih dulu.
4. Tidak lagi mengungkit-ungkit kesalahan masa lalu. Ketika Anda telah mengampuni seseorang, jangan lagi membahas atau mengingat-ingat, apalagi mengingat-ingatkan, kesalahan mereka.
Penutup
Pengampunan adalah hal penting dalam kehidupan orang Kristen. Saat kita memaafkan orang lain, kita mencerminkan kasih dan pengampunan Allah kepada kita. Pengampunan membebaskan kita dari kepahitan dan dendam, serta membuka jalan untuk memulihkan hubungan yang rusak. Dan tempat terbaik untuk belajar mengampuni tanpa syarat adalah dalam keluarga.
Pertanyaan untuk Refleksi Diri
1. Saat ini, adakah orang yang perlu saya ampuni dengan sepenuh hati?
2. Apa yang menghalangi saya untuk mengampuni orang tersebut? Apakah saya sudah meminta pertolongan Tuhan untuk memampukan saya mengampuni?
3. Langkah konkret apa yang dapat saya lakukan untuk menunjukkan bahwa saya sudah mengampuni orang tersebut?
"Pengampunan memang tidak mengubah masa lalu, tetapi sudah pasti memperluas masa depan."
(Paul Boese)
Firman Tuhan, Alkitab
Tentang Rencana ini
Keluarga, sebagai unit terkecil dalam masyarakat dan gereja, sesungguhnya dapat menjadi tempat pemuridan yang paling efektif. Kehidupan sehari-hari dalam keluarga memberikan banyak waktu untuk bersama, berinteraksi, dan saling memengaruhi. Anak-anak bisa belajar tentang Tuhan dan firman-Nya tidak hanya melalui pengajaran formal baik di sekolah maupun di Gereja, tetapi juga melalui keteladanan orangtua dan anggota keluarga lainnya.
More
Kami mengucapkan terima kasih kepada Himawan Hadirahardja yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: https://www.instagram.com/himawanhadirahardja