Mencari Ketenangan Dalam Kegelisahan Dunia KerjaSampel

Mencari Ketenangan Dalam Kegelisahan Dunia Kerja

HARI KE 5 DARI 6

Gemerlap Kesuksesan Duniawi

"Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya" (Mazmur 73:25-26).

Di dunia korporasi, budaya yang diagungkan adalah status dan kekayaan. Ah, sebetulnya bukan hanya di perusahaan, coba saja lihat medsos yang berkeriapan sekarang? Semuanya berusaha memamerkan kekayaan, kesuksesan, status, dan jabatan, kok.

Ada hal-hal yang lumrah di acara tahunan perusahaan, perusahaan akan mengelu-elukan sang pahlawan perusahaan, yaitu mereka yang memberikan kontribusi laba besar bagi perusahaan. Dan bagi mereka yang demikianlah akan disediakan banyak kemewahan yang menggiurkan dan penghormatan yang menggempita.

Naluriah saja, kalau kita pun sangat termotivasi untuk merengkuh kemewahan dan penghormatan itu. Saya ingat, waktu saya masih seorang karyawan junior, melihat mereka yang di panggung dan dielu-elukan, betapa saya pun ingin mendapatkan itu. Sosok pemimpin yang tegas, keras, karismatik, dan pintar menjual dan membawa profit uang adalah aspirasi banyak orang.

Timothy Goh dalam bukunya, Navigating Work Challenges, berkisah, sewaktu muda sebagai seorang pengacara junior, dia melihat sosok seorang pengacara senior berhasil yang menjadi aspirasi dan panutannya. Katakanlah namanya John. Satu kali dalam sebuah diskusi panas, John keluar dan menyuruh yang lainnya tinggal di ruang meeting. Lalu dia kembali membawa setumpuk cerutu dan melemparkannya ke meja, “Aku nggak peduli, kamu merokok atau tidak. Semua harus merokok!” Sayangnya kisah tentang John ini tidak berakhir baik. Di kemudian hari, John melakukan kesalahan besar dalam sebuah proyek di Amerika Selatan, dia terkena kasus dan dipidana. Dengan semua kesuksesan duniawinya, dia gagal untuk mempertahankan standar moralnya. Ya, memang budaya yang penting di dunia kerja adalah soal status dan kekayaan. Orang yang berhasil adalah mereka yang bekerja keras dan mencapai status tersebut. Tentu saja kita menghormati dan menghargai orang yang berhasil dalam pekerjaan mereka dengan jujur. Banyak juga pengusaha yang kaya dan berhasil yang kita kagumi, di mana mereka menyumbangkan kekayaannya dengan menolong orang lain. Namun bagi kita, aspirasi dan panutan kita yang terutama adalah Yesus Kristus.

Sang Pengkhotbah mengingatkan kita dalam tulisannya, dia mencari kepuasan dalam kekayaan, ilmu pengetahuan, bahkan dalam kesenangan duniawi, namun semua sia-sia, katanya. Ukuran kepuasan dan kenikmatan kita itu meluap pada saat kita menerimanya dari Allah. Orang yang dekat dengan Allah, yang merasakan tangan Allah yang menggendong dan menyediakan baginya, merekalah yang merasakan kepuasan.

"Tak ada yang lebih baik bagi manusia daripada makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya. Aku menyadari bahwa ini pun dari tangan Allah" (Pkh. 2:24).

Mudah sekali kita tergelincir dan tergoda untuk memusatkan hasrat kita untuk menjadi kaya dan terhormat di dunia marketplace dengan menghalalkan segala cara. Bahkan seperti kata Asaf, dalam Mazmur 73:2, nyaris kakinya terpeleset saat melihat keberhasilan para orang fasik. Lalu dalam perenungannya, akhirnya sang pemazmur menyimpulkan bahwa harta dan bagiannya di bumi dan surga adalah Allah sendiri.

"Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya" (Mazmur 73:25-26).

Tentunya baik bagi kita untuk berusaha mencapai potensi kita semaksimal mungkin. Kalau kita seorang profesional, raihlah posisi setinggi mungkin. Karena kita tahu bahwa saat di hati kita memilih bahwa yang terutama adalah Kristus dan Allah adalah bagian kita, maka kita akan melakukan semua itu untuk Tuhan. Dan pencapaian kita itu justru akan dipakai Allah untuk memberkati dunia ini.

C.T. Studd, seorang misionaris, berkata: "Only one life ’twill soon be past, only what’s done for Christ will last." (Hidup hanya sekali dan segera akan berlalu, hanya apa yang kita lakukan bagi Kristus yang akan tinggal”).

Firman Tuhan, Alkitab

Tentang Rencana ini

Mencari Ketenangan Dalam Kegelisahan Dunia Kerja

Kalau kita ditanya, kita ini siapa, ya? Atau misalkan, kita disuruh memperkenalkan diri maka biasanya kita secara spontan menjawab siapa diri kita dan apa pekerjaan kita. Tetapi pekerjaan kita bisa lenyap. Titel dan jabatan kita bisa diambil orang besok. Jeritan hati kita untuk mencari identitas dan harga diri kita, semuanya digenapi di dalam Kristus Yesus, bukan dalam jabatan dan pekerjaan kita. Ikutilah renungan 6 hari ini untuk menguatkan pergumulan kita di dunia kerja.

More

Kami mengucapkan terima kasih kepada Henry Sujaya yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: https://www.thehopemessage.com