Mencari Ketenangan Dalam Kegelisahan Dunia KerjaSampel
![Mencari Ketenangan Dalam Kegelisahan Dunia Kerja](/_next/image?url=https%3A%2F%2Fimageproxy.youversionapi.com%2Fhttps%3A%2F%2Fs3.amazonaws.com%2Fyvplans%2F53618%2F1280x720.jpg&w=3840&q=75)
Menjembatani Dua Dunia
"Tetapi Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune, yang termasuk orang-orang yang telah mengintai negeri itu, mengoyakkan pakaiannya, dan berkata kepada segenap umat Israel: ”Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya" (Bilangan 14:6-8).
Suatu hari, saya makan siang dengan seorang sahabat rohani saya. Kami berdua sama-sama bekerja sebagai profesional di marketplace. Kami saling berbagi dan berdiskusi tentang pergumulan kami di dunia marketplace, yaitu bahwa terkadang (atau sering) kita mengalami pertentangan atau paradoks dalam dua dunia yang kita jalani, di dalam dan di luar dunia kerja.
Di tempat kerja, kita dituntut dan menuntut kinerja dari tim kita dengan tegas. Zero mistake. Top performance. Lalu kalau kita sedang memimpin, melayani, atau berinteraksi di gereja, maka pembawaan kita akan berubah. Kok, kayaknya seperti dua dunia yang bertentangan, ya?
Seperti paradoks. Seperti dua dunia yang sulit dipersatukan, tetapi yang harus kita hidupi dan jalani. Paradoks ini menggelisahkan. Satu dunia, kelihatannya mengandalkan kekuatan sendiri, dunia lainnya berserah kepada Tuhan. Atau bagaimana kita bisa tetap menjalankan kasih di dunia kerja yang tegas dan menuntut kinerja yang solid?
Tentu saja di tempat kerja, kita tetap perlu melaksanakan tugas sebaik-baiknya termasuk mengharapkan kinerja yang terbaik dari tim kita. (Bukankah Yusuf juga bekerja bagi Firaun dan membuktikan kinerjanya kepada Firaun dan rakyat Mesir?). Namun juga, pendekatan kita untuk memimpin di gereja misalnya, apakah sama seperti saat kita memimpin di perusahaan? Lalu, apakah kita perlu kelihatan seperti dua orang yang berbeda?
Seiring berjalannya waktu dan pergumulan, kami belajar untuk mencoba menjembatani kedua pertentangan tersebut. Mungkin pertentangan itu adalah bagian dari perjalanan panjang yang masih akan kita lalui terus.
Ada dua pendekatan untuk menjembatani kedua dunia itu yang kami pelajari lewat perjalanan kami:
- Di mana pun kita berada, bagian kita adalah untuk berbuah. Kalau kita melekat dan berserah pada Tuhan, kita harus ingat bahwa tujuan kita di mana pun kita berada adalah untuk berbuah bagi Tuhan.
- Libatkan Tuhan dalam mengambil keputusan. Benar, pertentangan dua dunia ini sering kali memojokkan kita pada dilema yang sulit, terutama di dunia kerja. Bawalah itu kepada Tuhan.
Sobat saya lalu menceritakan kisahnya. Beberapa saat yang lalu perusahaannya merencanakan untuk melakukan restrukturisasi. Sebagai seorang manajemen senior, inisiatif ini akan menyebabkan dia memiliki atasan baru, yang tadinya adalah juniornya. Perubahan ini menggelisahkan dan membebani pikirannya siang-malam. Lalu dengan terbuka dia mengungkapkan pendapatnya pada atasannya. Setelah melalui beberapa diskusi dengan atasannya, dia membawa kegelisahan tersebut pada Tuhan.
Singkatnya, Tuhan memberikan hikmat dan damai sejahtera yang mengalir ajaib kepadanya. Dia pun menjadi tenang dan siap menerima. Lalu dia memberitahukan kepada atasannya akan kesiapannya untuk menerima restrukturisasi tersebut.
Pada akhirnya, restrukturisasi itu tidak pernah terjadi.
Tetapi bagi sobat saya, episode itu mengajarkan satu pelajaran yang berharga. Bagaimana kita dapat datang, berserah, dan percaya kepada Tuhan.
“Sewaktu muda,” ucapnya, “aku berpikir bahwa kinerjaku di kantor adalah karena kepintaran dan kemampuanku. Aku merasa sanggup melakukan apa pun yang sukar dengan kemampuanku. Sekarang aku tahu, bahwa karierku ini semata-mata karena pertolongan Tuhan.”
Dia mencontohkan dalam kasus dilema di atas, ketika dia berserah kepada Tuhan, dia mengambil satu sikap.
“Aku mempersiapkan diriku untuk melihat jalan keluar dari Tuhan,” ucapnya. Walaupun tidak ada jalan keluar yang bisa dia lihat, bahkan dia juga tidak tahu jalan keluar yang seperti apa yang akan terjadi besok.
Wow.
Saya tercekat mendengarnya. Benarlah bahwa di tempat kerja kita, Tuhan memakai banyak kesempatan untuk menempa dan mengajar kita untuk belajar percaya pada-Nya.
Bukankah itu mengingatkan kita akan kisah 12 tentang pengintai yang dikirim Musa untuk mengintai tanah Kanaan? Hanya Kaleb dan Yosua yang bersiap untuk melihat jalan keluar bagi bangsa Israel, sementara kesepuluh pengintai lainnya hanya melihat masa depan yang suram. Padahal yang mereka lihat, sama adanya!
Dunia kerja kita adalah dunia di mana kita berjalan bersama dengan Tuhan, dengan banyak kesempatan untuk menumbuhkan iman kita, belajar percaya pada-Nya, belajar untuk berbuah dan memberkati dunia di tempat kerja kita.
Firman Tuhan, Alkitab
Tentang Rencana ini
![Mencari Ketenangan Dalam Kegelisahan Dunia Kerja](/_next/image?url=https%3A%2F%2Fimageproxy.youversionapi.com%2Fhttps%3A%2F%2Fs3.amazonaws.com%2Fyvplans%2F53618%2F1280x720.jpg&w=3840&q=75)
Kalau kita ditanya, kita ini siapa, ya? Atau misalkan, kita disuruh memperkenalkan diri maka biasanya kita secara spontan menjawab siapa diri kita dan apa pekerjaan kita. Tetapi pekerjaan kita bisa lenyap. Titel dan jabatan kita bisa diambil orang besok. Jeritan hati kita untuk mencari identitas dan harga diri kita, semuanya digenapi di dalam Kristus Yesus, bukan dalam jabatan dan pekerjaan kita. Ikutilah renungan 6 hari ini untuk menguatkan pergumulan kita di dunia kerja.
More
Kami mengucapkan terima kasih kepada Henry Sujaya yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: https://www.thehopemessage.com