Mencari Ketenangan Dalam Kegelisahan Dunia KerjaSampel
Pekerjaan ≠ Harga Diri
"Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (1Kor. 6:20)
Kalau kita ditanya, kita ini siapa, ya? Atau misalkan, kita disuruh memperkenalkan diri maka biasanya kita secara spontan menjawab siapa diri kita dan apa pekerjaan kita.
Saya seorang guru
Saya seorang pengusaha
Saya seorang pelajar
Saya seorang programmer
Saya seorang manajer marketing
Saya seorang pedagang mie bakso
...dll.
Naluriah memang dan itu lumrah saja kalau kita menjawab seperti itu. Notabene, sebagian besar hidup kita dihabiskan di tempat kerja kita, loh! Bayangkan saja, kalau waktu tidur tidak dihitung, ya (kan, kita enggak sadar pas tidur), contoh sehari-hari saja misalkan:
Dua jam habis di jalan untuk ke kantor, 9 jam di kantor (kadang lebih, ya), jadi sudah 11 jam habis. Minus waktu tidur 8 jam maka waktu tersisa selain kerja adalah 5 jam saja!
Di dunia ini, orang melihat sesama sering kali berdasarkan posisi, jabatan, dan pekerjaan. Tanpa kita sadari, mungkin kita juga jadi terpengaruh dan mengaitkan pekerjaan kita sebagai identitas kita. Pekerjaan lalu menjadi sesuatu yang memberikan harga diri (self worth) kita. Banyak orang yang kemudian menjadi depresi, kehilangan arah, dan identitas ketika mereka kehilangan pekerjaan. Harga diri mereka terkoyak.
Viktor Frankl, seorang ahli psikiater dan penyintas kamp Nazi, menyebutkan tentang kondisi ini sebagai unemployment neurosis. Dalam kondisi ini orang yang tidak bekerja akan merasa dirinya tidak berguna. Lalu karena merasa tidak berguna, dia merasa hidupnya tidak berarti. Ini salah kaprah jadinya. Viktor mengisahkan tentang seseorang yang mengalami depresi setelah kehilangan pekerjaannya. Kemudian dia mencari pekerjaan sebagai relawan di sebuah perpustakaan. Tidak lama kemudian kondisi depresinya membaik, walaupun dia masih memiliki masalah keuangan.
Nah, ini yang perlu kita ingatkan ulang kepada diri kita sendiri.
Siapa kita?
Kita adalah anak-anak Allah yang terkasih
Dari mana harga diri kita?
Dari Kristus, Dia yang telah menebus kita dengan darah yang mahal. Kita sungguh berharga
di mata-Nya.
Pekerjaan kita bisa lenyap. Titel dan jabatan kita bisa diambil orang besok. Tapi kita bukanlah pekerjaan kita. Identitas kita adalah anak-anak Allah yang terkasih. Hidup kita di dunia, tujuan utamanya bukanlah untuk sekadar bekerja dan mencari uang. Jeritan hati kita untuk mencari identitas dan harga diri kita, semuanya digenapi di dalam Kristus Yesus.
Renungkanlah sejenak.
Sekiranya besok, kita kehilangan pekerjaan kita dan tidak mampu berbuat apa-apa, maukah kita tetap percaya bahwa Allah mengasihi kita dengan sangat dan di mata-Nya kita sungguh sangat berharga? Dapatkah kita tetap percaya bahwa harga diri kita itu ada dalam pengasihan Allah?
Maukah kita melihat dan menerima bahwa Allah mengasihi kita tanpa syarat, bukan karena kehebatan, titel, jabatan, atau pencapaian kita?
Dia menebus kita dengan darah-Nya yang mahal supaya rasa harga diri kita ada di dalam Dia dan bukan dalam kekuatan, kehebatan, dan usaha kita sendiri.
Firman Tuhan, Alkitab
Tentang Rencana ini
Kalau kita ditanya, kita ini siapa, ya? Atau misalkan, kita disuruh memperkenalkan diri maka biasanya kita secara spontan menjawab siapa diri kita dan apa pekerjaan kita. Tetapi pekerjaan kita bisa lenyap. Titel dan jabatan kita bisa diambil orang besok. Jeritan hati kita untuk mencari identitas dan harga diri kita, semuanya digenapi di dalam Kristus Yesus, bukan dalam jabatan dan pekerjaan kita. Ikutilah renungan 6 hari ini untuk menguatkan pergumulan kita di dunia kerja.
More
Kami mengucapkan terima kasih kepada Henry Sujaya yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: https://www.thehopemessage.com