Keluarga Sebagai Sebuah T.E.A.M #3Sampel

Hati-Hati Di Persimpangan Jalan, Jangan Sampai Salah Jalan

Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom. Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap Tuhan. (Kej. 13:12-13)

Kisah Abraham dan Lot dalam Kejadian pasal 13 menyajikan sebuah potret yang begitu relevan bagi perjalanan iman kita di kehidupan masa kini. Saat dihadapkan pada melimpahnya berkat dari Tuhan, perselisihan mulai muncul, memaksa keduanya untuk membuat pilihan. Abraham, dengan hikmatnya, menyerahkan keputusan kepada Lot. Pilihan Lot jatuh pada tanah yang subur, namun di kemudian hari terbukti membawa bencana bagi dirinya dan keluarganya.

Kisah ini mengajak kita merenung tentang pilihan-pilihan yang kita sudah, sedang, maupun akan kita lakukan dalam hidup. Adakah kita seperti Lot, lebih tergiur oleh keindahan dan kemegahan sesuai konsep dunia, yang sebenarnya hanyalah bersifat sementara, atau kita seperti Abraham, yang memprioritaskan kehendak Tuhan dan mengedepankan hubungan kita dengan-Nya?

Sikap Abraham yang rela mengalah demi menjaga perdamaian dan keharmonisan mengajarkan kita tentang pentingnya mengutamakan persatuan di dalam tubuh Kristus, apalagi di dalam keluarga. Dalam menghadapi konflik, kita perlu meneladani sikap bijaksana Abraham, yang lebih memilih untuk mengorbankan kepentingan pribadi untuk menjaga hubungan yang harmonis.

Kisah ini juga mengundang kita untuk merenungkan konsep berkat. Dalam perjalanan iman, kita sering kali dihadapkan pada persimpangan jalan. Godaan duniawi seringkali begitu menarik, apalagi saat ini kita sedang hidup di masa di mana segala sesuatu diukur dengan ketenaran, kekayaan materi, koneksi yang hebat, dan sebagainya. Namun kita harus ingat, bahwa kekayaan sejati bukanlah harta benda, melainkan hubungan yang intim dengan Sang Pencipta.

Berkat Tuhan tidak selalu identik dengan kemakmuran duniawi. Terkadang, berkat yang sejati justru datang dalam bentuk ujian dan kesulitan yang menguatkan iman kita. Lot mungkin berpikir bahwa memilih tanah yang subur adalah berkat terbesar, namun kenyataannya justru sebaliknya. Abraham, yang memilih untuk hidup di padang gurun, justru mengalami pertumbuhan rohani yang luar biasa. Kisah ini mengajarkan kepada kita, bahwa berkat sejati adalah ketika kita hidup selaras dengan kehendak Tuhan, apapun situasinya. Sudahkah ini juga menjadi nilai dan prinsip kehidupan Sahabat Keluarga?

RUANG REFLEKSI

PERTANYAAN ALKITAB

1. Apa yang menyebabkan Abraham dan Lot berpisah?

2. Mengapa Abraham memilih untuk ‘mengalah’ kepada Lot, dan apa yang mendasari pilihan Lot?

PERTANYAAN APLIKATIF

1. Hal-hal apa yang selama ini menjadi dasar Anda dan keluarga dalam mengambil keputusan saat ada di ‘persimpangan jalan’?

2. Apa saja berkat dari Tuhan yang Anda sadari saat ini menjadi lebih berharga, setelah Anda merenungkan kisah Abraham dan Lot ini?

KOMITMEN PRIBADI

Buatlah komitmen pribadi yang berkaitan dengan renungan hari ini.

POKOK DOA

1. Mohon agar Tuhan membuka mata hati agar dapat melihat dengan jelas kehendak-Nya dalam hidup.

2. Hikmat agar dapat membuat pilihan-pilihan yang bijaksana, dan mengutamakan relasi dengan Tuhan di atas segala tawaran kekayaan, ketenaran, dan kekuasaan yang ‘besar menurut ukuran dunia’.

“Keputusan yang kita ambil setiap hari, bisa memiliki akibat yang besar di kemudian hari.”

(CS Lewis – Penulis, Sastrawan, Teolog Anglikan)