KRISTEN DAN BANGSANYASampel
Sindrom Minoritas
“Ah, sebagai kaum minoritas, kita memang nggak bisa berbuat banyak di tengah bangsa ini,” demikian mungkin pernyataan yang sering diungkapkan kebanyakan orang Kristen. Pemahaman bahwa secara jumlah pemeluk agama Kristen di Indonesia sangat sedikit seringkali menempatkan orang Kristen dalam perangkap sindrom minoritas. Sindrom minoritas dapat juga disebut sebagai sikap minder dalam berbangsa dan bernegara. Sindrom ini membuat umat Kristen tumpul dan mandul dalam mengambil peran bagi bangsa yang majemuk ini.
Pemahaman dikotomis mayoritas-minoritas dalam berbangsa dan bernegara yang demokratis seperti Indonesia sebenarnya tidak tepat jika dikaitkan dengan identitas keagamaan. Dalam kerangka demokrasi, mayoritas dan minoritas hanya ditentukan melalui pemilihan langsung, baik dalam pemilihan wakil rakyat melalui partai politik, maupun dalam pemilihan kepala daerah maupun presiden. Pemenang pemilihan umum atau pemilihan presiden dengan jumlah suara di atas 50% layak disebut pemenang dengan suara mayoritas. Namun dalam perkembangannya, politik Indonesia yang masih diwarnai politik identitas dengan sengaja membangun paradigma mayoritas-minoritas berdasarkan identitas (suku, agama, dan identitas sosial lainnya). Karena itu, setiap warga negara Indonesia tidak boleh terus terperangkap dengan sindrom minoritas, termasuk umat Kristen.
Di dalam catatan Perjanjian Lama, Daniel bersama rekan-rekannya; Hananya, Misael, dan Azarya mengalami situasi yang lebih buruk daripada kekristenan di Indonesia. Daniel dan kawan-kawan bukan saja kecil secara jumlah. Mereka bahkan sebenarnya adalah orang-orang Ibrani yang menjadi tawanan di istana Babel, jauh dari negeri mereka. Namun kondisi yang dihadapi Daniel dan kawan-kawannya di istana Nebukadnezar, tidak serta merta membuat mereka terjangkiti “sindrom minoritas”.
Ada dua hal yang dapat menjadi catatan kita dari kehidupan Daniel dan kawan-kawannya. Pertama, meski ada upaya untuk menghilangkan identitas mereka, mereka tetap teguh dalam iman mereka kepada Allah Israel. Keteguhan mereka untuk tidak menyantap makanan yang disediakan raja (yang telah dipersembahkan kepada dewa-dewa Babel) adalah keberanian Daniel dan kawan-kawan untuk menegakkan iman tanpa kompromi di tengah keberadaan mereka yang “minoritas”. Hal kedua yang dapat menjadi pelajaran, Allah ternyata memberikan karunia dan hikmat kepada Daniel dan kawan-kawan untuk berperan secara “mayoritas” bagi Nebukadnezar dan istananya.
Jumlah Kristen memang sedikit, namun Allah sanggup membangkitkan kita menjadi orang-orang Kristen yang berperan banyak di tengah negeri ini, sama seperti Daniel, Hananya, Misael, dan Azarya.
Firman Tuhan, Alkitab
Tentang Rencana ini
Meski minoritas secara jumlah, umat Kristen juga merupakan bagian dari bangsa Indonesia, dengan hak dan tanggung jawab yang setara dengan komponen bangsa lainnya. Bagaimana seorang Kristen harus mengidentifikasi dirinya sebagai warga negara, dan apakah tanggung jawabnya sebagai umat Allah yang ditempatkanNya di bumi nusantara? Renungan-renungan ini akan menolong Anda merefleksikannya.
More
Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Perkantas Indonesia karena menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi: http://www.perkantas.net