Kekristenan Dan Profesionalisme 5Sampel
MODAL BERNAMA KERAMAHTAMAHAN
“Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik” (Yakobus 3:17)
Profesional, dalam sautu liburan musim panas, saya bersama keluarga berkunjung ke World Adventure Park Australia. Karena hari libur, orang berjubel. Tiket masuknya cukup mahal, terutama bagi ukuran kantong saya. Namun, kalau kami membeli tiket keluarga, harganya lebih murah. Yang jadi masalah, kami datang berlima, yaitu saya, isteri, dua anak kandung dan satu anak angkat. Nah, yang anak angkat ini sudah gedhe banget. Berat badannya saja hampir 100 kilogram. Meskipun begitu, petugasnya baik dan ramah. Dia berkata, “Okelah, kalian beli saja tiket keluarga. Saya izinkan kalian masuk.” Sambil berkata begitu, dia memberikan senyum manis penuh arti.
Saat liburan di Taman Safari, saya merasakan hal yang sama. Meskipun pengunjung padat saat liburan, penjaganya tetap menunjukkan sikap profesional dan hormat. Bukan hanya itu, bahkan pada saat hujan turun dengan lebatnya, saya melihat ada guratan kelelahan di wajah petugas itu. Namun, setiap pertanyaan yang kami ajukan, selalu dia jawab dengan baik dan ramah disertai senyuman. Saya kira manajemen sudah memberi pengarahan kepada setiap karyawan di tempat itu sehingga mereka tetap bersikap profesional meskipun lelah dan kehujanan.
Profesional, setiap usaha yang ingin maju pasti membutuhkan harga. Salah satu modal paling penting adalah keramahtamahan. Karyawan bank tempat saya membuka rekening sangat ramah. Mulai dari satpam, customer service sampai teller selalu menyebut nama saya begitu saya muncul. Semuanya itu disertai senyuman yang ramah. Mari berlaku ramah satu sama lain.
Doa: Bapa, aku sungguh bersyukur Firman-Mu mengajarkan aku untuk tetap ramah kepada setiap orang. Keramahan itu bisa menjadi modal yang baik bagi setiap pekerjaanku.
Firman Tuhan, Alkitab
Tentang Rencana ini
Tidak ada hubungan antara iman dan hidup keseharian! Pemikiran seperti ini seringkali masih dimiliki oleh orang Kristen. Tidaklah mengejutkan jika seseorang akan menjadi orang yang berbeda pada waktu yang berbeda dan di tempat yang berbeda. Di dalam area agama, seseorang akan menggunakan kitab suci dan pengajaran agamanya sebagai acuan kebenaran. Sementara di dalam kehidupan profesi, standar kebenaran diukur dengan alat yang lain seperti uang, prestasi, kekuasaan, atau kenyamanan.
More
Kami mengucapkan terima kasih kepada Xavier Quentin Pranata yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: http://xavier.web.id