Kekristenan Dan Profesionalisme 5Sampel
BELAJAR DARI MELA
“Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari” (2 Korintus 4:16)
Profesional, di dalam pameran mading yang bertajuk Expresso DetEksi-Con 2k8 yang diadakan Jawa Pos di SSCC Supermal Pakuwon Indah Jakarta yang lalu, ada seorang ibu bernama Hartini, ibu tiga anak remaja dari gresik, menulis testimoni yang menarik tentang seorang remaja bernama Melathia Eldad Tjendera. “Mela, aku tak bisa berkata apa-apa lagi setelah membaca kisahmu. Air mata ini tak henti mengalir. Aku hanya seorang ibu dari tiga orang anak yang beranjang remaja sepertimu. Aku malu pada diriku sendiri karena remaja seusiamu yang tegar, tanpa putus asa siap menantang masa depan tanpa memikirkan sakitmu, sedang aku hanya seorang ibu yang selalu marah dan putus asa dengan anak-anakku jikalau nakal. Mela, I love You. Mama Mela salut untukmu... Papa Mela kau ayah yang tiada duanya. I love you semuanya.”
Surat yang ditujukan untuk Mela yang meninggal persis pada hari Pahlawan 10 November yang lalu, dan dimuat di Jawa Pos edisi 2 Desember lalu itu sungguh membuat setiap pengunjung yang membacanya ingin mengetahui Mela lebih lanjut. Siapa Mela? Remaja putri berusia 14 tahun ini meninggal dunia karena kanker. Meskipun dilandang penyakit yang mematikan sekaligus menyakitkan ini, putri pasangan Arif dan Yulie Tjendera ini tidak mau menyerah terhadap penyakitnya. Walau didera rasa nyeri yang luar biasa, Mela tetap seorang anak yang gigih dan kreatif. Kerindunduannya untuk ikut dalam lomba mading hanya kalah karena maut telah lebih dulu menjemputnya. Namun, pihak penyelenggara jusru memberi tempat istimewa di pameran mading itu. Setiap pengunjung yang hadir menyempatkan diri mampir di stand-nya dan mereka pergi dengan airmata mengalir di wajah mereka.
Profesional, semangat berjuang seorang anak remaja putri ini seharusnya menjadi cambuk bagi setiap kita untuk terus berkarya. Seorang sahabat saya, Imelda Saputra, yang setiap bulan ikut mengisi renungan Profesional ini juga memiliki keterbatasan. Cacat fisiknya tidak membuatnya berhenti berkarya. Mari belajar dari Mela, Imelda dan masih banyak lagi orang yang sakit secara fisik tetapi dahsyat secara mental spiritual.
Doa: Bapa, ajar aku untuk tegar di tengah situasi yang sukar. Aku percaya, Engkau tidak pernah membiarkan aku jatuh tergeletak. Semangatku takkan pernah pudar.
Firman Tuhan, Alkitab
Tentang Rencana ini
Tidak ada hubungan antara iman dan hidup keseharian! Pemikiran seperti ini seringkali masih dimiliki oleh orang Kristen. Tidaklah mengejutkan jika seseorang akan menjadi orang yang berbeda pada waktu yang berbeda dan di tempat yang berbeda. Di dalam area agama, seseorang akan menggunakan kitab suci dan pengajaran agamanya sebagai acuan kebenaran. Sementara di dalam kehidupan profesi, standar kebenaran diukur dengan alat yang lain seperti uang, prestasi, kekuasaan, atau kenyamanan.
More
Kami mengucapkan terima kasih kepada Xavier Quentin Pranata yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: http://xavier.web.id