FCA: Hati Seorang PelatihSampel

SINDROM RESTU 

Jane Albright  

Zaman sekarang olahraga melanda masyarakat kita. Siapa pula yang dapat membayangkan dunia sebelum ada Pusat Olahraga? Kelihatannya semua orang menghidupi kehidupan mereka melalui para atlet dan pelatih lainnya—kesuksesan dan kegagalan mereka.

  Di dalam dunia yang bersaing ketat ini, restu dari penggemar dan media sangatlah menarik, sebagaimana ketidakrestuan mereka akan sangat mengecilkan hati. Sebagai pelatih basket divisi I, tim-tim saya dan saya seringkali menjadi objek pujian yang berlebih-lebihan atau kritik yang keras. Saya terus menerus bergumul dengan “sindrom restu”--kebutuhan akan restu orang lain. Jika saya mengejar restu orang, saya akan tersanjung dengan kesuksesan dan remuk hati bersama kegagalan.

  Ayat di atas memberikan penghiburan, karena saya menemukan keyakinan dan damai sejahtera, mengetahui bahwa satu-satunya restu yang berarti adalah dari Yesus Kristus. Ketika saya telah menyerahkan hidup saya kepadaNya, saya selalu menyenangkanNya---menang atau kalah--- dan daIam kesuksesan dan perjuangan. Ini merupakan kebenaran yang tetap, bukan karena apa yang saya lakukan atau bagaimana kinerja saya, namun karena siapa saya adanya. Saya milikNya, dan itu tidak akan pernah berubah.

1. Waktu Apa yang anda lebih banyak luangkan untuk membaca ---kliping pers atau Alkitab?

2. Sekarang ini, untuk siapakah Anda dapati diri Anda bermain? Restu siapakah yang Anda cari untuk kinerja Anda?

3. Sudah pernahkah Anda merasakan kritikan dari manusia, tetapi restu dari Allah? Jika ya, berikan contoh. Jika belum, jelaskan saat seperti apa Anda ingin mengalaminya?

4. Bacaan tambahan: Mazmur 56:11; 62:8; 143:8; Amsal 3:5

Tuhan, walaupun mudah untuk melupakan dan mengkuatirkan apa pendapat kolega, penggemar, keluarga, dan teman-teman tentang saya, saya memilih untuk memainkan bagi seorang penonton---Engkau dan Engkau saja. Doa saya agar semua tindakan saya membawa hormat bagiMu. Amin.