Iman = Yesus > SayaSampel

Iman = Yesus > Saya

HARI KE 4 DARI 5

Adakah Padamu Sebilah Pedang?

Mungkin di antara kita terkadang merasa galau atau kecewa karena iman kita kok kayaknya jatuh bangun atau timbul tenggelam. Sering kali pikiran kita tercampur aduk dalam kebingungan, keraguan, dan ketidak-mengertian. Sering kali kehidupan kita diwarnai oleh iman, namun juga tercampur oleh ketakutan dan kekhawatiran.

Jangan sedih.

Abraham adalah tokoh panutan kita sebagai bapa orang beriman. Namun ada masanya dia juga mengalami keterombang-ambingan dan keraguan. Contohnya, dia mengambil Hagar atas desakan istrinya juga, karena dia berusaha untuk membantu Allah supaya Allah berhasil memenuhi janji-Nya. Usahanya ini malah menimbulkan masalah pelik dengan lahirnya Ismael. Abraham malah masih berusaha menawar kepada Allah, Ah andaikan saja Engkau mau menerima Ismael.

Lalu, ketika berada di tanah Filistin, hakikatnya Abraham ketakutan. Dia seolah lupa, kalau Allah yang tidak pernah gagal itu, tentunya sanggup melindunginya. Bukannya berserah dan percaya, Abraham malah berusaha “menjual” istrinya, Sarah kepada Abimelekh demi keselamatannya. Allah pun turut campur dan menyelamatkan mereka.

Lalu Ishak juga berbuat serupa, juga karena kekhawatirannya, ia juga mengumumkan bahwa Ribka adalah saudarinya.

Daud, yang dengan perkasa telah mengalahkan raksasa Goliat, pada satu saat dia lari dari Saul, dia pergi ke tempat imam Ahimelekh dan bertanya: ”Tidak adakah padamu di sini tombak atau pedang?”

Imam Ahimelekh menjawab: “Pedang Goliat, orang Filistin, yang kaupukul kalah di Lembah Tarbantin, itulah yang ada di sini, terbungkus dalam kain di belakang efod itu. Jika engkau hendak mengambilnya, ambillah; yang lain tidak ada, hanya ini.”

Kata Daud: ”Tidak ada yang seperti itu; berikanlah itu kepadaku.”

Wow!

Padahal pada waktu menantang Goliat, apa yang dibawa Daud? Hanya lima buah batu sungai dan sebuah katapel. Bahkan Daud menolak waktu hendak dipakaikan segala baju zirah yang lengkap dari besi. Namun sekarang Daud seolah khilaf dan malah memuji pedang Goliat sebagai sumber kekuatannya.

Daud kemudian melakukan kesalahan yang sangat fatal, ketika ia berzinah dengan Batsyeba dan tidak sampai di situ, dia malahan membunuh Uria, suaminya. Namun ketika ditegur, segera Daud menyesal dan bertobat dan yang diserukannya: "Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!” (Mzm 51:13). Bandingkan dengan kisah Kain setelah dia membunuh Habil, dikatakan bahwa dia lari terpisah dari hadirat Tuhan.

Lalu Yakub, ketika hendak bertemu Esau, dia sangat ketakutan. Mulanya dia mengatur semua orang berjalan di depan sementara dia ada di belakang. Padahal sebelumnya, berkali-kali dia telah mengalami perjumpaan dengan Allah, dan menyaksikan bagaimana baru saja Allah mencerai-beraikan musuhnya di Sikhem. Kemudian Yakub bergumul dengan Allah di Pniel, dan imannya pun bangkit, lalu dia berjalan di depan dan menemui Esau.

Setelah ia kehilangan Yusuf dan mengalami masa kelaparan, ia mengirim anak-anaknya ke Mesir dan sekembalinya mereka tanpa Simeon, Yakub mengeluh, ”Kamu membuat aku kehilangan anak-anakku: Yusuf tidak ada lagi, dan Simeon tidak ada lagi, sekarang Benyamin pun hendak kamu bawa juga. Aku inilah yang menanggung segala-galanya itu!” Dalam teks aslinya kurang lebih: “Segalanya membawa petaka padaku!” Berkali-kali ia mengeluh, kesedihannya akan terbawa sampai ke alam kubur!

Ingatkah juga kita akan kisah seorang ayah yang anaknya dirasuk roh jahat, dan dia memohon kepada Yesus: ”Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” (Dalam beberapa teks disebutkan bahwa ayah ini memohon sambil menangis). Lalu, Tuhan Yesus mengusir roh jahat itu dan menyembuhkan anak itu.

Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini.

Demikian perjalanan iman kita sering kali seperti itu. Mungkin iman kita tidak selalu menggebu-gebu, namun kedatangan kita kepada Tuhan Yesus itu sendiri, bahkan dalam keraguan kita sekalipun, adalah iman yang mendobrak dan membukakan tingkap surga.

Bedakan keraguan dan tidak percaya. Keraguan adalah saat kita tidak mampu untuk percaya. Ketidakpercayaan adalah menolak untuk percaya. Keraguan adalah kejujuran, ketidakpercayaan adalah kebebalan dan keras kepala menolak kebenaran. Keraguan mencari cahaya, tetapi ketidakpercayaan puas untuk duduk dalam kegelapan, mengutip perkataan Henry Drummond, seorang rekan sekerja penginjil DL Moody.

Atau seperti kata teolog Paul Tillich, keraguan adalah bagian dari perjalanan iman itu sendiri, iman yang sejati, meliputi tingkatan ketidakpastian dan pertanyaan. Keraguan bukanlah kebalikan dari iman; melainkan elemen dari iman.

Jadi janganlah patah arang, jika perjalanan kita disertai oleh keraguan dan banyak pertanyaan. Itu adalah bagian dari perjalanan iman.

Hakikatnya, iman itu sederhana. Tuhan Yesus baik, Tuhan Yesus lebih besar daripada saya. Mungkin saya tidak mengerti semuanya, mungkin keraguan dan pertanyaan kadang atau sering muncul.

TIdak apa.

Bagian kita, tetap bergaul dan berjalan bersama dengan Allah, seperti Abraham, Ishak dan Yakub sekalipun perjalanan mereka toh juga tidak mulus. Tetaplah datang ke hadirat-Nya, bahkan kalau kita jatuh dalam dosa dan sedang ditindih rasa bersalah yang mencekam, seperti Daud. Datanglah apa adanya, bahkan ceritakan keraguan kita, seperti sang ayah dalam kisah di atas.

Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini.

Firman Tuhan, Alkitab

Hari 3Hari 5

Tentang Rencana ini

Iman = Yesus > Saya

Apakah kalian sering mengalami beriman itu pernuh tantangan? Temukan di renungan ini, hal-hal praktis mengenai iman dalam kehidupan sehari-hari. Iman itu sederhana, iman itu membentuk perspektif kita, iman itu duduk di kaki Yesus, bagaimana menghadapi keraguan, dan koleksi ayat-ayat yang membangun iman

More

Kami mengucapkan terima kasih kepada Henry Sujaya yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: https://www.thehopemessage.com