Iman = Yesus > SayaSampel

Iman = Yesus > Saya

HARI KE 3 DARI 5

Iman Itu Duduk di Kaki Yesus

Dalam Alkitab, orang yang pertama kali disebut bergaul dengan Allah adalah Henokh. Kata bergaul di situ sebetulnya adalah ha’lak, yang artinya berjalan. Kata ini muncul beberapa kali sebelumnya, tetapi dalam konteks manusia yang “berjalan” dengan Allah, pertama kali muncul dalam kisah Henokh (Kej 5:22). Kisah ini juga spesial, karena walaupun singkat saja, dikisahkan bahwa Henokh diangkat oleh Allah ke surga.

Beriman itu soal kedekatan kita dengan Allah.

Bagaimana kita bisa dekat dengan Tuhan?

Seorang kawan di gereja, yang baru punya anak usia sekitar 2 tahunan, bercerita. Suaminya membawakan hadiah untuk si anak, lalu akan menggodanya, “ Ayo, ke sini cium papa dulu, baru papa kasih.. “ Kita tahu tentunya, si ayah pasti akan memberikan hadiah itu kepada anaknya, namun bagi si ayah, momen untuk bisa memeluk, mencium dan dicium oleh anak kesayangannya itu sangat berharga.

Demikian juga, itulah momen yang dirindukan Allah dari kita. Allah selalu berusaha mencari-cari alasan untuk memeluk dan mencium kita.

Dia menciptakan kita bukan untuk membuat kita menjadi pelayan-Nya, seolah-olah Dia itu seperti dewa yang kekurangan dan perlu dilayan-layani, tetapi Dia menciptakan kita supaya kita bisa berjalan bersama-sama dengan Dia. Untuk bergaul akrab dengan Dia. Sebagai seorang anak. Sebagai seorang sahabat.

Di dalam pergaulan inilah, kita bisa percaya pada Allah, sebagai Bapa dan Sahabat kita. Seperti Abraham duduk bersama dengan Allah, berdiskusi seperti dua orang sahabat.

Atau seperti Musa yang berbicara muka dengan muka di dalam kemah pertemuan dengan Allah.

Lalu Daud, seorang yang mengejar hati Allah. Kerinduannya untuk selalu bisa ada dalam hadirat Tuhan diungkapkan dalam ayat bacaan hari ini dari Mazmur.

Contoh yang lain adalah Maria Magdalena. Kalau kita mendengar namanya, apa yang ada di bayangan kita? Ya, kita membayangkan dia duduk di kaki Yesus. Kerinduan Maria untuk dekat dengan Yesus dipuji Yesus, bahkan daripada Marta yang berusaha repot-repot untuk melakukan sesuatu. Di situ, di kaki-Nya, Maria bergaul akrab dengan Tuhan Yesus, mendengarkan, menerima, dan dipenuhi.

Kalau kita melihat kisah-kisah para sahabat Allah di atas, seperti Abraham, Ishak, Yakub atau Daud, hidup mereka juga tidak luput dari kesalahan. Beberapa bahkan kesalahan yang fatal. Tetapi mereka tetap bergaul dengan Allah, mereka tetap berjalan bersama dengan Allah.

Waktu anak saya kecil kira-kira usia balita, saya suka membawa mereka jalan-jalan. Setelah menggendong mereka sekian lama, mereka pun mulai mengantuk, lalu mereka mulai rewel dan ingin tidur. Biasanya kalau saya taruh mereka di kereta dorong, mereka akan menangis, karena mereka ingin digendong terus sampai terlelap. (Nah, kadang-kadang agak tricky deh, kalau kita habis berjalan jauh, dan kelelahan, sementara mereka juga mulai berat, tenaga fisik kita sebagai manusia pun terbatas... ha-ha-ha. Kadang-kadang kita membujuk mereka untuk tidur di kereta dorong).

Nah, itu bedanya Tuhan dengan saya. Tuhan tidak pernah lelah. Kapan pun kita ingin memeluk Dia di gendongan-Nya, Dia dengan sukacita menggendong kita. Di sana kita merasa aman. Entah kita sedang rewel, bandel atau apa pun, Dia selalu menerima kita untuk digendong. Untuk kita beristirahat dan terlelap di gendongannya.

Kita membesarkan anak kita menjadi mandiri, dan tentu saja, lucu kalau anak kita yang sudah remaja minta digendong. Tetapi tidak demikian soal hubungan kita dengan Allah, kita tetaplah anak yang rindu untuk digendong oleh Allah dan Allah lebih lagi rindu untuk menggendong kita. Kedewasaan iman kita justru adalah saat kita selalu mencari Allah dan minta digendong oleh-Nya seperti anak kecil.

Itulah iman, kedekatan kita dengan Allah. Sesederhana seorang anak kecil yang minta digendong oleh bapanya.

Allah rindu, lebih rindu dari kita, dan selalu berusaha mencari-cari alasan agar kita mau datang kepada-Nya, untuk digendong-Nya, untuk disayang-Nya. Dia bersuka cita sewaktu kita mencari-Nya.

Iman adalah datang kepada-Nya apa adanya, minta digendong. Duduk di kaki-Nya. Diam di hadirat-Nya.

Firman Tuhan, Alkitab

Hari 2Hari 4

Tentang Rencana ini

Iman = Yesus > Saya

Apakah kalian sering mengalami beriman itu pernuh tantangan? Temukan di renungan ini, hal-hal praktis mengenai iman dalam kehidupan sehari-hari. Iman itu sederhana, iman itu membentuk perspektif kita, iman itu duduk di kaki Yesus, bagaimana menghadapi keraguan, dan koleksi ayat-ayat yang membangun iman

More

Kami mengucapkan terima kasih kepada Henry Sujaya yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: https://www.thehopemessage.com