Musim yang BaruSampel

Musim yang Baru

HARI KE 8 DARI 11

Batasan

Boundaries atau batasan adalah garis yang membatasi antara satu hal dengan yang lain. Seperti pintu yang membatasi rumah kita dari lingkungan di luar rumah kita. Pintu yang menjadi pembatas ini dibutuhkan untuk melindungi rumah kita dari debu, binatang, dan bahkan orang asing yang mau masuk ke dalamnya. Batasan membantu kita untuk menjaga apa yang baik dan mencegah apa yang buruk masuk ke hidup kita.

Konsep batasan ini berasal dari Tuhan. Tuhan menyatakan kepada kita dengan sangat jelas akan siapa Dia. He tells us who He is and who He is not. Dia mengatakan bahwa Dia adalah Kasih, bukan kegelapan. Tuhan menentang dosa dan mengizinkan adanya konsekuensi dari dosa.

“Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.

Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.” – 1 Yohanes 1:6-7 TB

Untuk membuat batasan, kita perlu untuk mengetahui beberapa hal:

1. Memahami apa yang menjadi tanggung jawab kita.

“For each one should carry their own load.(Galatians 6:5 NIV)

Load yang dimaksud pada Galatia 6:5 dalam Bahasa Yunani adalah “cargo”, yang berarti hal sehari-hari yang harus kita kerjakan. Hal ini meliputi perasaan, sikap, dan tindakan kita.

Kita bertanggung jawab penuh akan perasaan, sikap, dan tindakan kita. Contohnya, jika kita kehilangan fokus kuliah karena terlarut dalam kesedihan sehabis putus dengan pacar. Sehingga membuat nilai kita menjadi berantakan, bahkan sampai tidak lulus mata kuliah tertentu. Hal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab kita, bukan pacar kita. Meskipun pacar kita menyakiti kita, kuliah kita adalah tanggung jawab kita sendiri.

No one can do certain things for us. We have to take ownership of certain aspects of life that are our own.

Membangun karakter dan kebiasaan agar menjadi pribadi yang lebih baik adalah tanggung jawab kita. Kita tidak bisa berikan tugas ini ke sahabat kita, pacar, dosen, atau bahkan orang tua kita. Menjadi dewasa adalah keputusan kita sendiri.

Mengetahui tanggung jawab kita akan membuat kita dapat memahami boundaries kita dan orang di sekitar kita.

Jangan sampai kita melewati boundaries orang lain tersebut dengan menuntut orang lain bertanggung jawab atas kesalahan kita sendiri. Hal ini tidak dapat membuat kita bertumbuh menjadi pribadi yang lebih dewasa.

2. Memahami batasan diri kita.

“Carry each other’s burdens, and in this way you will fulfill the law of Christ.”

(Galatians 6:2 NIV)

Burdens yang dimaksud pada ayat ini adalah beban yang terlalu berat untuk ditanggung sendiri. Kita harus memahami batas kekuatan dan kemampuan diri kita. Mengetahui batasan kapan kita membutuhkan pertolongan dan kapan kita dapat memberikan pertolongan. Memahami kapan kita harus mengatakan “ya” dan “tidak”.

Mengetahui batas kemampuan kita dan kapan kita membutuhkan pertolongan yaitu seperti pada saat kita harus memindahkan barang yang sangat berat. Beberapa dari kita terkadang merasa segan meminta bantuan, sehingga memaksakan melakukan hal ini sendirian. Dan ternyata karena barang tersebut terlalu berat, akhirnya selama tiga hari ke depan kita menjadi sakit pinggang dan sulit berjalan. Begitu juga ketika diminta bantuan oleh seseorang, kita harus mengetahui batasan kita. Jika kita sedang banyak hal yang harus dikerjakan dan tidak bisa membantu dia, katakanlah dengan jujur. Ketika kita tidak mengetahui batas kemampuan dan kekuatan kita, kita berpotensi merugikan diri kita baik secara fisik, jiwa, dan rohani.

3. Memberitahu batasan kita kepada orang lain.

Memberitahu batasan kita kepada orang lain adalah cara untuk mengecek kualitas dari hubungan yang kita punya. Seseorang yang menghargai dan mengerti batasan kita, akan memahami perbedaan keputusan dan pendapat yang kita punya. Tetapi akan ada juga orang yang tidak dapat menerima perbedaan pendapat kita dan kata “tidak” yang kita ucapkan. Perlu dipahami bahwa kita tidak dapat menyenangkan semua orang. Apa pun yang kita lakukan pasti akan selalu ada orang yang tidak sependapat dengan kita.

“Celakalah kalian, jika semua orang memujimu; sebab begitu juga nenek moyang mereka memuji nabi-nabi palsu zaman dahulu.” (Lukas 6:26 BIS)

Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak berkata-kata hanya untuk menyenangkan orang lain saja, tetapi katakanlah kebenaran meskipun akan ada seseorang yang tidak menyukainya. Yang penting adalah sampaikanlah kebenaran tersebut dengan kasih. Kasih untuk diri kita sendiri dan untuk orang tersebut. Jangan sampai kita menjadi lelah karena terlalu sibuk menyenangkan orang lain dan tanpa sadar kita lupa untuk mengasihi diri kita sendiri.

Renungkan:

  1. Apakah rasa tidak enakan kepada orang lain, dapat menjadi hal yang membahayakan untuk dirimu?
  2. Apa langkah praktis yang akan kamu ambil untuk mengetahui batasan dirimu?
Hari 7Hari 9

Tentang Rencana ini

Musim yang Baru

Transisi dari remaja ke dewasa bisa sangat membingungkan, karena kita mulai belajar mengambil lebih banyak kendali atas hidup kita dan terpapar dengan berbagai macam cara pandang. Melalui renungan ini, kita akan diperlengkapi untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan memiliki iman yang kuat dalam Kristus.

More

Kami mengucapkan terima kasih kepada Jakarta Praise Community Church yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: https://jpcc.org