Kuk Tidak Seimbang dalam Pernikahan: Tantangan dan PeluangSampel

Unequally Yoked In Marriage: Challenges And Opportunities

HARI KE 3 DARI 6

"KUK YANG TIDAK SEIMBANG" – APA ARTINYA?

Bacaan di atas sering dikutip sebagai bukti bahwa sebenarnya adalah dosa bagi seorang Kristen untuk menikahi seorang non-Kristen. Itu mungkin terbuka untuk diperdebatkan. Seperti banyak penafsiran Alkitab, ada lebih dari satu sisi kisah ini. Beberapa yang mempelajari ayat ini menunjuk bahwa dari konteks dan bahasa aslinya - khususnya kata Bahasa Yunani heterozugeo, "datang menanggung kuk bersama yang lain" – menandakan bahwa Paulus tidak berpikir tentang pernikahan secara khusus di sini. Maksudnya yang sebenarnya, terkadang dikatakan, adalah kebebasan orang beriman dari pemujaan berhala.

Ada sesuatu yang dikatakan dari penafsiran tulisan ini, paling tidak dari sudut pandang teknis. Tapi dari sudut lain rincian ilmiah ini tidaklah penting. Dengan mengesampingkan sejenak pertanyaan apakah menikah dengan orang yang tidak beriman merupakan dosa, kita tetap dapat mengatakan tanpa keraguan sedikit pun bahwa hal itu tidak bijaksana. Akal sehat juga menyarankan hal yang sama. Mengapa? Karena, secara umum, penerapan hubungan beda agama tidak menjadi pertanda baik bagi keberhasilan pernikahan atau kesehatan hubungan pasangan yang seiman dengan Kristus.

Mungkin benar bahwa Paulus tidak memikirkan tentang pernikahan ketika ia menulis, "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya." Namun ini tidak berarti bahwa prinsip yang terkandung di dalam ayat-ayat ini tidak dapat diterapkan secara lebih luas. Penting untuk selalu bertanya pada diri sendiri, dalam setiap area kehidupan, hal apa yang seorang beriman dapatkan bersama seorang yang tidak percaya. Ini benar khususnya terhadap pernikahan. Ingatlah perintah dari Kristus, "Jika seseorang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku" (Markus 8:34). Jika Anda adalah orang beriman, bagimana Anda dapat berharap mengikuti seorang Tuan yang menuntut ketaatan penuh jika Anda memilih untuk menjadi "satu daging" (Kejadian 2:24) bersama seseorang yang tidak mengakui pernyataan-Nya? Ini adalah sebuah pertanyaan yang pantas direnungkan.

Secara alami, tak seorang pun memiliki otoritas untuk mendikte pilihan pasangan kepada siapa saja. Jika Anda sedang mempertimbangkan peluang untuk menjalani pernikahan bersama seorang yang tidak percaya, benar jika Anda menganggap bahwa keputusan itu adalah milik Anda sendiri. Tapi untuk alasan itulah penting untuk menanganinya dengan sangat hati-hati. Jika Anda memang menikah seorang non-Kristen, kemungkinan akan konflik akan meningkat seiring dengan waktu. Ketika terkait dengan membesarkan anak-anak, memberi perpuluhan kepada gereja, atau menghadapi penyakit serius dan kematian, kalian berdua kemungkinan besar akan memiliki sikap dan cara mengatasi yang sangat berbeda. Inilah mengapa Paulus menasihati orang-orang Kristen agar tidak menjadi "pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya." Keputusan-keputusan hidup sudah cukup sulit ketika dua orang berbagi sistem keyakinan yang sama. Namun situasinya dapat menjadi sangat sulit diterima ketika pandangan mereka sangat berlawanan.

Firman Tuhan, Alkitab

Hari 2Hari 4

Tentang Rencana ini

Unequally Yoked In Marriage: Challenges And Opportunities

Menikahi seseorang yang tidak berbagi iman kepada Yesus Kristus bukanlah hal yang biasa saja. Perselisihan di antara coklat dan vanila adalah sebuah guncangan dalam relasi. Perselisihan terhadap cara pandang dunia bisa menjadi sebuah gunung. Apakah Anda menjadi seorang Kristen sebelum atau sesudah menikah, atau Anda melajang dan berkencan atau sedang membangun sebuah hubungan romantis, mari kita bahas mengenai tantangan-tantangan dan peluang-peluang yang muncul dalam suatu perbedaan rohani.

More

Kami ingin mengucapkan terima kasih pada Focus on the Family yang telah menyediakan rencana bacaan ini. Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi: http://family.custhelp.com/app/home