Hidup Tanpa KebohonganSampel
MENYEMBUHKAN LUKA-LUKA EMOSIONAL
Mari kita berpaling dari ideologi yang bermain di dalam peperangan budaya menuju kebohongan yang kita percaya tentang diri kita sendiri. Kebanyakan kebohongan yang kita hadapi tidak menjadi judul berita atau berakhir menjadi perdebatan di Twitter.
Ada lelaki dewasa yang dicacimaki oleh ayahnya dan menjadi percaya bahwa dirinya hanya baik jika saya berhasil dalam pekerjaannya.
Ada remaja wanita yang, membanding-bandingkan dirinya dengan bayangan di Instagram, yang menjadi percaya bahwa saya jelek dan tidak layak dicintai.
Ada pendeta yang memiliki seorang anak yang berenergi tinggi, sering dimarahi oleh orang tuanya, yang kini percaya bahwa saya adalah orang jahat.
Ada pengusaha yang bisnis sebelumnya gagal karena dikhianati mitranya, dan kini percaya bahwa segala yang saya lakukan akan gagal.
Ada wanita paruh baya yang dibesarkan oleh ibu yang pemarah dan perfeksionis dan beberapa dekade kemudian masih percaya saya haruslah sempurna agar memiliki kedamaian.
Saya telah mengubah rinciannya supaya tidak dikenali, namun ini bukanlah contoh dari hipotesis. Itu adalah contoh kecil dari ribuan kisah orang yang sudah mempercayai saya sebagai pastor mereka.
Tidak ada satu jiwa pun yang saya kenal yang tidak hidup, pada tingkatan tertentu, terikat kepada kebohongan.
Menghadapi kebohongan yang kita percayai bisa menakutkan. Seperti yang dijabarkan T.S. Elliot, "Manusia tidak bisa menanggung terlalu banyak realitas." Ilusi yang kita pegang menjadi bagian dari identitas kita, dan bersamanya, menjadi kenyamanan kita. Mereka membuat kita merasa aman bahkan ketika mereka memenjarakan kita di dalam rasa takut. Menarik mereka dari humus jiwa kita bisa terasa menyiksa.
Ketika Yesus berkata, "dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu" (Yohanes 8:32), ia pada saat yang bersamaan berkata bahwa kita diperbudak oleh kebohongan. Kita diikat oleh tirani gagasan yang palsu tentang realitas yang menguasai jiwa kita dan masyarakat kita sebagai tahanan untuk menderita dan kesakitan. Seperti yang Paulus katakan kemudian, iblis telah "mengikat mereka pada kehendaknya" (2 Timotius 2:26).
Yesus sudah datang untuk membebaskan kita dengan senjata kebenaran. Hanya dengan bertatap muka dengan kenyataan sebagaimana adanya di hadapan Allah maka kita menemukan kedamaian.
Apa lima hal yang Anda percaya tentang diri Anda sendiri? Kapan Anda pertama kali mulai mempercayainya? Mengapa Anda pikir itu benar?
Firman Tuhan, Alkitab
Tentang Rencana ini
Apakah Anda merasa lelah melihat umpan berita Anda karena Anda merasa terbelah di antara ideologi di jaman sekarang? John Mark Comer mendorong kita untuk mengikuti Yesus di sebuah zaman sekuler yang semakin keras sambil menjaga hati kita lembut dan terbuka. Temukan pembaruan rohani di hari kita dimulai dari pengenalan akan pertentangan internal di antara kebohongan yang kita jalani dan kebenaran yang membawa kedamaian yang kita rindukan.
More