Kekristenan dan Profesionalisme 3Sampel

Kekristenan dan Profesionalisme 3

HARI KE 2 DARI 5

PERASAAN DAN PEKERJAAN

“Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” (Ibrani 10:25)

Profesional, seorang istri sudah siap-siap untuk berangkat ke gereja. Dia sudah membereskan semua urusan rumah. Dia sudah mandi dan berdandan. Namun, dia melihat suaminya msih duduk di ruang keluarga sambil membaca koran. “Pa, mengapa engkau tidak ke gereja?” Dengan ogah-ogahan suaminya menjawab, “Saya malas ke gereja karena tiga alasan. Pertama, suasana ibadanya kaku. Kedua, puji-pujiannya tidak semangat. Ketiga, jemaatnya dingin dan acuh tak acuh.”

Dengan wajah keheranan istrinya berkata, “Aku tidak merasa demikian. Aku mempunyai empat alasan mengapa Papa harus ke gereja. Pertama, suasana ibadahnya hidup, hanya Papa yang tidak merasakannya. Kedua, puji-pujiannya luar biasa. Mungkin Papa yang sedang tidak mood. Ketiga, jemaatnya hangat dan responsif. Papa saja yang kaku. Keempat, Papa harus ke gereja karena Papa yang berkotbah hari ini!”

Profesional, kita harus bisa membedakan antara perasaan dan pekerjaan. Hidup ini tidak selalu nyaman. Ada saat-saat ketika kita merasa malas untuk melakukan segala sesuatu. Namun, sebagai seorang yang profesional dan bertanggung jawab, kita harus tetap bekerja baik mood maupun tidak. Setuju?

Doa: Bapa, ampuni aku jika aku seringkali malas untuk melakukan segala tugas dan tanggung jawab yang Engkau bebankan ke atas pundakku.

  

Firman Tuhan, Alkitab

Hari 1Hari 3

Tentang Rencana ini

Kekristenan dan Profesionalisme 3

Tidak ada hubungan antara iman dan hidup keseharian! Pemikiran seperti ini seringkali masih dimiliki oleh orang Kristen. Tidaklah mengejutkan jika seseorang akan menjadi orang yang berbeda pada waktu yang berbeda dan di tempat yang berbeda. Di dalam area agama, seseorang akan menggunakan kitab suci dan pengajaran agamanya sebagai acuan kebenaran. Sementara di dalam kehidupan profesi, standar kebenaran diukur dengan alat yang lain seperti uang, prestasi, kekuasaan, atau kenyamanan.

More

Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Xavier Quentin Pranata yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi: http://xavier.web.id