Dalam Lembah KekelamanSampel
MENUNDA PENILAIAN
“Tuhan adalah bagianku,” kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya. (Ratapan 3:24)
Seorang ibu menulis surat kepada saya untuk menceritakan bahwa ia telah berdoa setiap hari demi keselamatan anak laki-lakinya. Namun, suatu hari sang anak meninggal dalam suatu kecelakaan di tempat kerja. “Sudah empat tahun belakangan ini,” kata ibu ini, “Aku terus mencari-cari jawaban mengapa hal ini terjadi.”
Di keluarga yang lain, serangan jantung yang tiba-tiba telah merenggut keberadaan Ray dari sisi Sylvia, meninggalkan sang istri untuk menjalani hidupnya sendirian. Ketika saya dan istri mengunjunginya di rumah duka, kami menemukan bahwa Sylvia memang berduka, tetapi ia tidak meminta-minta penjelasan dari Allah.
Apa yang membedakan kedua wanita tersebut? Apakah ibu itu salah karena mempertanyakan Allah? Sama sekali tidak! Sylvia pasti juga bertanya-tanya tentang tujuan Allah di dalam tragedi yang dialaminya. Namun belajar dari pengalaman, Sylvia telah mengenal Allah yang dapat dipercaya sepenuhnya. Ia dapat menunda penilaian. “Aku tak perlu menanyakan alasannya,” kata Sylvia kepada kami.
Yeremia mengungkapkan tanggapan yang hampir sama di bacaan Alkitab hari ini. Tampak seolah-olah Allah telah mengabaikan dirinya, tetapi ia berkata, “Aku berharap kepadaNya.” Imannya bukanlah suatu sikap irasional yang lugu, melainkan ditunjang oleh akal sehat yang didasari pengalaman yang kuat.
Menunda penilaian saat Allah berdiam diri menunjukkan sikap hormat kepada-Nya karena sikap ini berarti menolak untuk menuduh Allah telah berbuat tidak adil. Mereka yang menunjukkan iman semacam ini dikuatkan oleh Roh Allah dan belajar betapa Allah itu sungguh baik dan berkuasa.
Meskipun pencobaan menghampiri, ketakutan melanda,
Melalui beragam ujian yang jarang dapat dimengerti,
Satu kebenaran bersinar cemerlang dan tak pernah gagal—
Allahku benar dan baik.
Saat kita mempercayai kesetiaan Allah,
ketakutan kita pun enyah.
Firman Tuhan, Alkitab
Tentang Rencana ini
Kita semua akan mengalami masa-masa di dalam “lembah kekelaman”. Ketika orang yang kita kasihi meninggal, kita mungkin bergumul dengan penyesalan, kemarahan, dan kepedihan mendalam yang tak terucapkan dengan kata-kata. Kita tidak perlu sendirian menanggung pergumulan-pergumulan berat ini. Daud menunjukkan kepada kita bagaimana menghadapi kelamnya lembah itu.
More
Kami mengucapkan terima kasih kepada Our Daily Bread Asia Pacific yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: https://santapanrohani.org/