5 Hari Belajar Tentang HutangSampel
“Jika kamu berhutang 1 juta kepada bank itu adalah masalahmu, namun jika kamu berhutang 1 milyar Rupiah ke bank itu adalah masalah bank juga” itulah sepenggal kebenaran yang sering dilupakan banyak orang. Saat itulah saya sadar bahwa yang terkandung di dalam transaksi hutang bukanlah solusi semata tetapi juga ada masalah, paling tidak kalau tidak bagi saya sendiri ya bagi pihak jasa peminjaman. ‘Berhutang’ dilakukan biasanya di’frame’kan oleh bank dan pihak penghutang sebagai ‘solusi’ menggiurkan banyak orang yang ada kebutuhan mendesak ataupun hanya sekedar menginginkan barang-barang untuk dimiliki untuk mengambil solusi bermasalah itu. Tidak heran hari ini muncul berbagai produk pinjaman, mulai dari pinjaman kepada bank, pinjaman online, hingga kepada rentenir, atau juga ‘lintah darat’. Sudah tentu meminjam uang memiliki resiko dan dapat membuat orang-orang terlilit hutang jika mereka tidak dapat melunasinya.
‘Terlilit hutang’ memang hak segala bangsa dan manusia, pun juga tidak menolak bahwa hutang hari ini adalah ‘rasio ekonomi’ yang menjadi solusi. Dengan berhutang orang yang tidak punya uang banyak dimungkinkan untuk mendapatkan rumah atau barang yang mahal dengan cara mencicil dalam batas kemampuan finansialnya masing-masing. Namun masalahnya adalah banyak orang yang tidak mampu mengatur dan mengkalkulasi kemampuan untuk menanggung hutang tersebut, sehingga alih-alih mendapatkan solusi justru tertimpa musibah karena hilang akal membedakan mana kebutuhan dan keinginan yang harus dipenuhi. Hutang adalah sebuah kewajiban untuk membayar kembali uang yang telah diterima (dipinjam), beserta bunganya. Hutang bukan hanya bicara hak menerima sejumlah uang tapi juga kewajiban untuk mengembalikannya.
Hutang memang tak mengenal agama, tapi rasa pedih jika melihat begitu banyak leher orang Kristen terlilit hutang karena mereka tidak mampu melunasi hutang-hutangnya. Belum lagi hutang menjadi warisan kepada anak-anak mereka, hingga anak-anak pun jatuh ke dalam ‘bubu kemiskinan’ (baca: perangkap kemiskinan). Jangankan orang Kristen yang terjerembab hutang, sekaliber nabi pun pernah dicatat Alkitab pernah berhutang,
Nabi itu bukan tak paham firman Tuhan, namun entah kenapa ia mati berkalang hutang hingga anak-istri harus menanggung selepas hidupnya. Perihal orang menafsir bahwa justru hutang serta kemiskinan mencirikan nabi tersebut adalah seorang hamba Tuhan yang tidak mata duitan, adalah tentu boleh saja hendak menafsirkan demikian, tapi bukankah hutang yang tidak terbayar itu sendiri adalah sebuah aib yang seharusnya tidak demikian. Bukankah sejauh berpikiran sehat semua orang tidak memiliki cita-cita demikian?
Firman Tuhan, Alkitab
Tentang Rencana ini
Hutang adalah jalan keluar masalah finansial hari ini, namun harus diakui bahwa hutang juga menyimpan segudang masalah baik bagi orang percaya maupun bukan orang percaya. Renungan ini adalah sebuah pembelajaran yang darinya kita bisa belajar bagaimana iman kekristenan harus bersikap pada piutang. Doa saya anda dapat mengikuti 5 hari perenungan ini dengan baik & dimerdekakan dari belenggu hutang. Blessing.
More
Kami mengucapkan terima kasih kepada GBI ROCK Mojokerto yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi: https://rockmojokerto.com/