Kristus dan Virus CoronaSampel

Kristus dan Virus Corona

HARI KE 5 DARI 5

Manisnya Pemerintahan Allah

Mengapa saya menerima berita tentang kedaulatan Allah atas virus Corona, dan atas hidup saya, sebagai sebuah ajaran yang manis terdengar? Rahasianya, telah saya katakan, adalah mengetahui bahwa kedaulatan yang dapat menghentikan wabah virus Corona, tetapi sekarang tidak, adalah kedaulatan yang sama yang memelihara jiwa-jiwa yang sekarang ada di dalamnya. Dengan kata lain, jika kita berusaha menyelamatkan Allah dari kedaulatan-Nya atas penderitaan, maka kita akan mengorbankan kedaulatan-Nya yang mengubahkan segala sesuatu menjadi baik.

Pelengseran Allah Bukanlah Kabar Baik

Kedaulatan yang memerintah atas penyakit adalah juga kedaulatan yang memerintah dalam masa kehilangan. Kedaulatan yang mencabut nyawa adalah juga kedaulatan yang menaklukkan maut dan membawa orang-orang percaya ke surga dan Kristus. Bukan sesuatu yang manis bila kita menganggap Iblis, penyakit, sabotase, takdir, atau kemungkinan sebagai akhir. Itu bukan kabar baik.

Bahwa Allah memerintah adalah kabar baik. Mengapa? Karena Allah itu kudus, benar, dan baik. Dan, Ia sungguh bijaksana. “Pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian” (Ayb. 12:13). “Kebijaksanaan-Nya tak terhingga” (Mzm. 147:5). “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah!” (Rm. 11:33). Tujuan agung-Nya adalah untuk memberitahukan “pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga” (Ef. 3:10).

Tidak ada satupun yang dapat mengejutkan-Nya, membingungkan-Nya, atau membuat-Nya kewalahan. Kuasa-Nya yang tidak terbatas bersandar pada kekudusan, kebenaran, dan kebaikan-Nya—serta hikmat-Nya—yang tidak terbatas. Semua itu menolong mereka yang percaya kepada Anak-Nya, Yesus Kristus. Apa yang dilakukan Allah ketika mengutus Yesus untuk mati bagi orang-orang percaya berkaitan dengan virus Corona.

Bagaimana Allah Menjamin “Segala Sesuatu” bagi Orang-Orang Berdosa

Inilah kaitannya, yaitu Roma 8:32: “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” Itu berarti kerelaan Allah mengutus Anak-Nya untuk disalibkan menggantikan kita adalah penegasan sekaligus pembenaran-Nya bahwa Ia akan memakai seluruh kedaulatan-Nya untuk “mengaruniakan segala sesuatu kepada kita”. Anak kalimat “bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” berarti bahwa Ia pasti akan melakukannya. Itu dijamin dengan darah Anak-Nya.

Dan, apakah “segala sesuatu” itu? Itulah hal-hal yang kita butuhkan untuk melakukan kehendak-Nya, memuliakan nama-Nya, dan untuk sampai dengan selamat ke dalam hadirat-Nya yang penuh sukacita.

Tiga ayat kemudian, Paulus menjelaskan bagaimana hal itu terjadi di dalam kehidupan nyata—khususnya, dalam wabah virus Corona ini. Apa jadinya bila komitmen, yang telah dijamin oleh Allah yang tidak terbatas dengan darah Anak-Nya, untuk mengaruniakan kepada kita “segala sesuatu” ini bertemu dengan virus Corona? Inilah yang dikatakan Paulus:

Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.” Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. (Rm. 8:35-37)

Jangan melewatkan perkataan yang menyakitkan dan luar biasa ini: “Kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari.” Itu berarti bahwa “segala sesuatu” yang akan dikaruniakan Allah kepada kita, karena Ia tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, mencakup hal membawa kita melewati maut dengan selamat. Atau, seperti yang dikatakan Paulus di dalam Roma 8:38-39, “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup . . . tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”

Apa yang Dirancang Iblis untuk Mendatangkan Kejahatan

Sekalipun Iblis, seturut perkenanan Allah, menjamah kita dengan penderitaan dan kematian, ia tidak mengendalikan hasil akhirnya. Ia tidak dapat melukai kita tanpa izin dan batasan dari Allah (Ayb. 1:12; Luk. 22:31; 2Kor. 12:7). Dan, pada akhirnya, kita berhak mengatakan kepada Iblis apa yang dikatakan Yusuf kepada saudara-saudaranya yang dulu menjualnya ke dalam perbudakan: “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan” (Kej. 50:20).

Berhati-hatilah agar tidak salah menafsirkan ayat tersebut. Tidak dikatakan bahwa “Allah memakainya untuk kebaikan” atau “Allah mengubahkannya untuk kebaikan”. Namun, “Allah mereka-rekakannya untuk kebaikan.” Saudara-saudara Yusuf memiliki maksud jahat. Allah memiliki maksud yang baik. Allah tidak mulai membersihkan pada separuh perjalanan dosa tersebut. Ia memiliki tujuan, sebuah arti, sejak awalnya. Dari semula, Ia mereka-rekakannya untuk kebaikan.

Itulah kunci penghiburan ketika kejahatan manusia dan Iblis menyertai penderitaan kita. Di dalam Kristus, kita berhak berkata kepada Iblis (atau orang-orang jahat), “Engkau mereka-rekakannya untuk kejahatan. Namun, Allah mereka-rekakannya untuk kebaikan.” Iblis, penyakit, atau orang-orang jahat, tidak berdaulat. Hanya Allah yang berdaulat. Dan, Ia baik, bijaksana, dan berdaulat.

Tidak Seekor Burung Pipit; Setiap Helai Rambut

Yesus mengungkapkan betapa manisnya kedaulatan Allah bagi murid-murid-Nya seindah bagi semua orang:

Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit. (Mat. 10:29-31)

Tidak seekor pun burung pipit jatuh ke bumi di luar kehendak Allah. Tidak satu pun virus dapat bergerak di luar rencana Allah. Ini adalah kedaulatan yang begitu cermat. Dan, apa yang dikatakan Yesus berikutnya? Tiga hal: Anda jauh lebih berharga daripada banyak burung pipit, rambut di kepala Anda terhitung semuanya, dan jangan takut!

Mengapa tidak? Karena kedaulatan Allah yang cermat—entah kita hidup atau mati—mendukung kekudusan, kebenaran, kebaikan, dan hikmat-Nya. Di dalam Kristus, kita bukanlah pion yang bisa dibuang kapan saja. Kita adalah anak-anak-Nya yang berharga. “Kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.”

Inilah rahasia yang telah disebutkan sebelumnya: kedaulatan yang dapat menghentikan wabah virus Corona, tetapi sekarang tidak, adalah kedaulatan yang sama yang memelihara jiwa-jiwa yang sekarang ada di dalamnya. Dan, bukan hanya memelihara, tetapi juga memastikan agar semuanya, pahit atau manis, bekerjasama untuk kebaikan kita—kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah dan yang terpanggil di dalam Kristus (Rm. 8:29-30).

Tidak Bisa Mati hingga Pekerjaan Saya Selesai

Keyakinan teguh di hadapan kematian seperti itu telah membuat umat Kristus berani selama dua ribu tahun. Kebenaran bahwa kedaulatan Allah yang bijaksana dan baik telah menjadi kekuatan yang menenangkan bagi jutaan orang Kristen yang mengasihi sampai berkorban.

Sebagai contoh, Henry Martyn, seorang misionaris ke India dan Persia, yang mati karena wabah (seperti virus Corona) ketika berusia tiga puluh satu tahun (16 Oktober 1812), menulis di dalam buku diarinya pada bulan Januari 1812:

Tampaknya tahun ini akan lebih sukar dari yang pernah saya lihat, tetapi jika saya tetap hidup untuk menyelesaikan Perjanjian Baru dalam bahasa Persia, maka hidup saya setelah itu akan menjadi kurang penting. Namun, entah hidup atau mati, kiranya Kristus diagungkan di dalamku! Jikalau Ia masih memiliki tugas yang harus saya kerjakan, maka saya belum boleh mati.[1]

Ini seringkali dibahasakan ulang menjadi “Saya tidak bisa mati sampai pekerjaan Kristus bagi saya selesai.” Ini benar sekali. Dan, itu bersandar sepenuhnya pada realitas bahwa hidup dan mati ada di tangan Allah yang berdaulat. Bahkan, seluruh perkara Kristus ada di tangannya. Tujuh tahun sebelumnya, Martyn, pada usia dua puluh empat, menulis:

Seandainya Allah tidak berdaulat atas alam semesta, betapa menyedihkannya saya! Namun, Tuhan sungguh-sungguh memerintah, maka hendaknya bumi bersuka. Perkara Kristus akan mengalami kemenangan. Hai, jiwaku, berbahagialah menantikannya![2]

    

[1] Henry Martyn, Journals and Letters of Henry Martyn (New York: Protestant Episcopal Society, 1861), 460.

[2] Martyn, Journals and Letters, 210.

Firman Tuhan, Alkitab

Hari 4

Tentang Rencana ini

Kristus dan Virus Corona

Ini adalah waktu ketika dunia merasa rapuh. Dasar-dasarnya yang selama ini tampak kokoh, berguncang. Pertanyaannya, Apakah ada Batu Karang yang menjadi pijakan kita; sebuah Batu Karang yang tidak dapat diguncangkan selamanya?

More

Kami mengucapkan terima kasih kepada Literatur Perkantas Jawa Timur yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: http://corona.literaturperkantas.com/