Kristus dan Virus CoronaSampel

Kristus dan Virus Corona

HARI KE 4 DARI 5

Berdaulat atas Segalanya

Di dalam Bab 2 saya telah menyebut frasa “providensia yang pahit”. Itulah wabah virus Corona ini. Mengatakan beberapa karya Allah sebagai sesuatu yang pahit bukanlah penghujatan kepada-Nya. Naomi, ibu mertua Rut, yang telah kehilangan suami dan dua putranya karena bencana kelaparan, berkata:

Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku. Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong . . . Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku. (Rut 1:20-21)

Ia tidak sedang berbohong, atau melebih-lebihkan, atau menuduh Allah. Itu adalah fakta yang sederhana dan mengerikan. “Providensia yang pahit” bukanlah sebuah penghinaan terhadap cara-cara Allah, melainkan gambaran.

Saya juga telah mengatakan di dalam Bab 2 bahwa manisnya firman Allah tidak terhapus di tengah-tengah providensia yang pahit ini—tidak setelah kita mempelajari rahasia “berdukacita, namun senantiasa bersukacita” (2Kor. 6:10). Saya berjanji bahwa kita akan kembali kepada rahasia ini. Lalu, saya merangkumnya di dalam sebuah kalimat. Kedaulatan yang dapat menghentikan wabah virus Corona, tetapi sekarang tidak, adalah kedaulatan yang sama yang memelihara jiwa-jiwa yang sekarang ada di dalamnya. Mengetahui hal ini akan membuat perbedaan. Jadi, apakah itu benar?

Apa yang Allah Kehendaki, Ia Lakukan

Tujuan saya di dalam bab ini dan bab selanjutnya adalah menunjukkan bahwa Allah itu mahabijaksana dan mahamengatur. Ia berdaulat atas virus Corona. Saya ingin menunjukkan bahwa ini adalah kabar baik—bahkan, inilah rahasia mengalami manisnya Allah di dalam providensia yang pahit.

Mengatakan bahwa Allah mahamengatur berarti Ia berdaulat. Kedaulatan-Nya berarti bahwa Ia dapat melakukan, dan kenyataannya, Ia melakukan, semua yang telah Ia putuskan akan Ia lakukan. Saya mengatakan putuskan karena Allah, dalam hal tertentu, menghendaki hal-hal yang tidak Ia lakukan. Ia dapat mengungkapkan keinginan-keinginan yang Ia putuskan tidak akan Ia lakukan. Maka, dalam hal ini, keinginan-keinginan tersebut tidak Ia putuskan. Ia sendiri tidak mengizinkan keinginan itu naik di permukaan untuk dikerjakan.

Sebagai contoh, renungkanlah Ratapan 3:32-33 berikut ini:

Karena walau Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut kebesaran kasih setia-Nya. Karena tidak dengan rela hati Ia menindas dan merisaukan anak-anak manusia.

Ia memang mendatangkan kesusahan bagi manusia, tetapi bukan dari hati-Nya. Saya mengartikan ayat itu bahwa meski ada beberapa aspek dari karakter-Nya (hati-Nya) yang cenderung tidak ingin menyusahkan kita, tetapi ada aspek-aspek lain dari karakter-Nya yang mendorong kekudusan dan kebenaran sehingga Ia menyusahkan kita.

Ia tidak plin-plan. Ada keindahan dan keselarasan yang sempurna dalam hal bagaimana sifat-sifat-Nya saling bekerja sama. Namun, Ia juga tidak sederhana. Karakter-Nya lebih mirip sebuah simfoni daripada pertunjukan solo.

Jadi, ketika saya berkata bahwa kedaulatan Allah berarti Ia dapat melakukan, dan kenyataannya, memang melakukan semua yang Ia putuskan akan Ia lakukan, maksud saya adalah tidak ada kuasa di luar diri-Nya yang dapat menggagalkan atau membengkokkan kehendak-Nya. Ketika Ia memutuskan sesuatu terjadi, itu akan terjadi. Atau, dengan kata lain, segala sesuatu terjadi karena Allah menghendakinya terjadi.

Kedaulatan yang Meliputi Segala Sesuatu

Yesaya mengajarkan bahwa inilah bagian dari apa artinya menjadi Allah:

Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku, yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: “Keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan.” (Yes. 46:9-10)

Menjadi Allah berarti menyebabkan keputusan-Nya tetap bertahan—selalu. Allah tidak sekadar menyatakan peristiwa-peristiwa masa depan yang akan terjadi; Ia membuatnya terjadi. Ia menyatakan firman-Nya, lalu menambahkan “Aku siap sedia untuk melaksanakan firman-Ku” (Yer. 1:12). Ini seperti yang dipelajari Ayub dari pengalamannya yang penuh kesukaran, “Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal” (Ayb. 42:2). Atau, yang dipelajari Nebukadnezar dari perendahannya yang penuh belas kasihan Allah:

Semua penduduk bumi dianggap remeh; Ia berbuat menurut kehendak-Nya terhadap bala tentara langit dan penduduk bumi; dan tidak ada seorangpun yang dapat menolak tangan-Nya dengan berkata kepada-Nya: “Apa yang Kaubuat?” (Dan. 4:35)

Atau, seperti yang dikatakan Pemazmur:

TUHAN melakukan apa yang dikehendaki-Nya, di langit dan di bumi, di laut dan di segenap samudera raya (Mzm. 135:6)

Atau, seperti yang disimpulkan oleh rasul Paulus:

. . . di dalam segala sesuatu [Allah] bekerja menurut keputusan kehendak-Nya (Ef. 1:11)

Paulus mengatakan “segala sesuatu”; bukan hanya beberapa hal. Dan, “menurut keputusan kehendak-Nya”, bukan menurut kehendak atau kuasa di luar diri-Nya.

Dengan kata lain, kedaulatan Allah meliputi segala sesuatu. Ia memegang kendali penuh atas dunia ini. Ia memerintah atas angin (Luk. 8:25), kilat (Ayb. 36:32), salju (Mzm. 147:16), katak (Kel. 8:1-15), nyamuk (Kel. 8:16-19), lalat (Kel. 8:20-32), belalang (Kel. 10:1-20), burung puyuh (Kel. 16:6–8), ulat (Yun. 4:7), ikan (Yun. 2:10), burung pipit (Mat. 10:29), rumput (Mzm. 147:8) pohon jarak (Yun. 4:6), kekeringan (Mzm. 105:16), matahari (Yos. 10:12-13), pintu penjara (Kis. 5:19), kebutaan (Kel. 4:11; Luk. 18:42), ketulian (Kel. 4:11; Mrk. 77:37), kelumpuhan (Luk. 5:24-25), demam (Mat. 8:15), segala macam penyakit (Mat. 4:23), rencana perjalanan (Yak. 4:13-15), hati para raja (Ams. 21:1; Dan. 2:21), bangsa-bangsa (Mzm. 33:10), pembunuh (Kis. 4:27-28), dan kematian rohani (Ef. 2:4-5)—semuanya menuruti kehendak-Nya yang berdaulat.

Tidak ada Waktu bagi Pandangan yang Sentimental terhadap Allah

Karena itu, virus Corona dikirim oleh Allah. Ini bukan saatnya mengadopsi pandangan yang sentimental terhadap Allah. Ini adalah musim yang pahit. Dan, Allah menetapkannya. Allah mengaturnya demikian. Ia akan mengakhirinya. Tidak ada sebagian pun darinya berada di luar kendali-Nya. Hidup dan mati ada di tangan-Nya.

Ayub tidak berdosa dengan mulutnya (Ayb. 1:22) ketika ia berkata:

Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN! (Ayb. 1:21)

Tuhan memberi; Tuhan mengambil. Tuhan mengambil sepuluh anak Ayub.

Di hadapan Allah, tidak seorang pun manusia berhak hidup. Setiap napas yang kita terima adalah karunia-Nya. Setiap detak jantung tidak layak kita alami. Pada akhirnya, hidup dan mati ada di tangan Allah:

Lihatlah sekarang, bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku. Akulah yang mematikan dan yang menghidupkan, Aku telah meremukkan, tetapi Akulah yang menyembuhkan, dan seorangpun tidak ada yang dapat melepaskan dari tangan-Ku. (Ul. 32:39)

Karena itu, sembari kita merenungkan masa depan kita dengan virus Corona—atau situasi lain yang mengancam kehidupan—Yakobus memberitahu bagaimana seharusnya kita berpikir dan berbicara:

Sebenarnya kamu harus berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” (Yak. 4:15)

Jika Ia menghendaki, kita akan hidup. Jika tidak, kita tidak akan hidup.

Yang saya tahu, saya tidak akan hidup untuk melihat buku ini terbit. Saya memiliki setidaknya satu orang kerabat yang terjangkit virus Corona. Saya berusia tujuh puluh empat tahun, dan paru-paru saya mengandung gumpalan darah dan penyakit bronkitis saya sering kambuh. Namun, pada akhirnya bukan faktor-faktor ini yang menentukan. Allah-lah yang menentukan. Apakah itu kabar baik? Ya. Saya akan menjelaskan alasannya pada bab selanjutnya.

Firman Tuhan, Alkitab

Hari 3Hari 5

Tentang Rencana ini

Kristus dan Virus Corona

Ini adalah waktu ketika dunia merasa rapuh. Dasar-dasarnya yang selama ini tampak kokoh, berguncang. Pertanyaannya, Apakah ada Batu Karang yang menjadi pijakan kita; sebuah Batu Karang yang tidak dapat diguncangkan selamanya?

More

Kami mengucapkan terima kasih kepada Literatur Perkantas Jawa Timur yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: http://corona.literaturperkantas.com/