Kekristenan dan Profesionalisme 1Sampel
TERLALU
“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Korintus 5:17)
Profesional, setiap awal tahun, banyak di antara kita yang membuat resolusi untuk meningkatkan diri di sebagian atau seluruh aspek hidup kita. Ada yang ingin meningkakan penghasilan dengan mencari kerja sampingan atau memanfaatkan waktu luang dengan wiraswasta kecil-kecilan. Seorang teman membuka warung kelontong kecil di rumahnya untuk dikelola isterinya. Yang lain mencoba menekuni bisnis MLM.
Ada satu hal penting dalam membuat resolusi. Kata kuncinya “Jangan terlalu”. Apa maksudnya? Terlalu bersemangat, terlalu berat, terlalu sukar dan terlalu yang lain. Mau contoh? “Saya mau menurunkan berat badan saya sebanyak 20 kilogram untuk tahun ini,” ujar seorang mahasiswa Curtin University, kepada saya. Setahun kemudian, ketika saya kembali diundang untuk menyampaikan renungan akhir tahun, mahasiswa itu tetap gemuk, bahkan bertambah gemuk.
Profesional, resolusi yang baik adalah yang praktis, realistis dan strategis. Yang dimaksud dengan praktis adalah bahwa kita bisa melakukannya sesuai irama hidup kita. Realistis artinya, resolusi itu harus bisa kita capai. Ada kecenderungan dari kita untuk membuat resolusi yang idealis, bahkan cenderung bombastis. Akibatnya, jika tidak tercapai, kita akan frustrasi sendiri. Sedangkan strategis artinya, resolusi itu amat penting di dalam meningkatkan taraf hidup kita secara holistik. Misalnya, “Saya akan meningkatkan penghasilan saya dua kali lipat tahun ini,” akan membuat taraf hidup kita naik satu tingkat lagi. Mau mencoba?
Doa: Bapa, terima kasih atas penyertaan-Mu tahun lalu. Saya terus mengharapkan penyertaan-Mu tahun ini.
Firman Tuhan, Alkitab
Tentang Rencana ini
Tidak ada hubungan antara iman dan hidup keseharian! Pemikiran seperti ini seringkali masih dimiliki oleh orang Kristen. Tidaklah mengejutkan jika seseorang akan menjadi orang yang berbeda pada waktu yang berbeda dan di tempat yang berbeda. Di dalam area agama, seseorang akan menggunakan kitab suci dan pengajaran agamanya sebagai acuan kebenaran. Sementara di dalam kehidupan profesi, standar kebenaran diukur dengan alat yang lain seperti uang, prestasi, kekuasaan, atau kenyamanan.
More
Kami mengucapkan terima kasih kepada Xavier Quentin Pranata yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: http://xavier.web.id