YouVersion Logo
Search Icon

Mencari Tuhan di Tumpukan KerjaSample

Mencari Tuhan di Tumpukan Kerja

DAY 1 OF 7

Life is Gift, Not Gain

"Aku tahu bahwa untuk mereka tak ada yang lebih baik dari pada bersuka-suka dan menikmati kesenangan dalam hidup mereka. Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah." (Pkh 3:12-13 TB)

Pernahkah kamu merasakan tiba-tiba rasanya jenuh sekali di tengah kesibukan kerja? Bukan hanya jenuh, tapi juga gelisah. Restless. Tidak tahu kamu sibuk itu untuk apa. Tidak tahu lagi untuk apa kita lelah membanting tulang dari pagi hingga senja, bahkan kadang sampai lembur.

Ya, mungkin kamu berpikir, karena nggak ada pilihan juga, karena kita perlu makan dan perlu membeli makanan dan kita perlu uang untuk banyak hal lain. Makanya kita perlu bekerja dan membanting tulang.

Tapi hambar rasanya kalau arti hidup itu hanya demi bertahan hidup.

Atau mungkin ada yang berpikir, si A yang gonta-ganti mobil, si B yang pake baju branded, si C yang jalan-jalan ke luar negeri dan pamer di instagram-nya. Itu yang namanya sukses, dan kita juga ingin seperti mereka.

Bukankah uang itu penting? Tentu.

Tetapi apakah uang, materi, menjadi terkenal dan dipuja-puja, mencapai posisi tinggi dan berkuasa adalah arti dan tujuan hidup?

Tidak demikian, kata Salomo dalam kitab Pengkhotbah, menuliskan pengalaman perjalanan hidupnya sendiri. Ia menceritakan tentang usahanya mencari kekayaan, tetapi ujungnya hampa. Lalu ia berusaha mencari ilmu sebanyak-banyaknya tetapi ujung-ujungnya seperti menangkap angin. Ia mencoba merasakan semua kenikmatan duniawi, tetapi tetap tidak merasa puas. Ia membangun istana yang megah, taman yang indah, mengumpulkan emas dan perak. Pendek kata, ia meraih kesuksesan dan kekayaan jauh di atas raja-raja Israel sebelum dan sesudahnya. Namun, segala sesuatu yang ditujukan hanya untuk diri sendiri, berakhir dalam kehampaan. Dan itulah yang ia simpulkan, pada akhirnya hampa, mengejar angin kosong. Ia tidak bisa menemukan apa pun di dunia ini yang membuat hidupnya berarti. Pada akhirnya ia mengingatkan, apa pun yang kita kumpulkan di dunia ini hanyalah sementara, dan akan ada saatnya masa kita di dunia ini selesai. Kita, toh, tidak bisa membawa harta dan kemasyhuran kita dari dunia ini ke dunia sana.

Salomo mengatakan demikian (Pengkhotbah 3:12-13, terjemahan Alkitab versi The Message): “I’ve decided that there’s nothing better to do than go ahead and have a good time and get the most we can out of life. That’s it—eat, drink, and make the most of your job. It’s God’s gift. - Aku tahu bahwa bagi kita tak ada yang lebih baik daripada bergembira dan menikmati hidup sepanjang umur kita. Sebaiknya kita semua makan dan minum serta menikmati hasil kerja kita. Itu adalah pemberian Allah.

Tuhan ingin kita bahagia dan menikmati hidup kita. Kebalikan dari banyak orang yang berpikir bahwa Tuhan itu ingin membatasi kesenangan kita. Tuhan tidak ingin membatasi kebahagiaan dan kesenangan kita. Yang Dia inginkan adalah kita memperoleh kebahagiaan sejati dan hidup yang bermakna. “Aku datang supaya manusia mendapat hidup -- hidup berlimpah-limpah" (Yoh 10:10, BIMK).

Dia datang bukan supaya hidup kita tambah merana dan beban hidup kita bertambah berat lagi. Sebaliknya, justru Dia datang supaya kita memiliki hidup dan menjalaninya dengan penuh kelimpahan, sampai meluap. Dia rindu agar hidup yang kita jalani di muka bumi ini benar-benar berarti.

Pandanglah hidup ini bukan sebagai arena untuk mencapai keuntungan pribadi yang sebesar-besarnya, tetapi sebagai anugerah pemberian dari Tuhan. Perspektif hidup kita akan berubah. Terimalah hidup ini sebagai berkat dari Tuhan dan jalanilah sebagai ungkapan syukur kita kepada Tuhan.

Kalau kita melihat hidup ini sekadar untuk menjadi lebih kaya atau lebih terkenal dari orang di sekeliling kita, suatu saat kita akan mencapai titik jenuh dan kehampaan belaka yang akan kita temui di akhir hidup kita.

Sebaliknya, kalau kita sungguh-sungguh percaya bahwa life is a gift, maka hidup ini rasanya jadi enteng, karena kita tahu, hidup kita adalah berkat dari Tuhan. Apa pun yang kita miliki itu karena Dia memelihara dan memberkati kita.

Kita tidak lagi berlelah untuk memuaskan ambisi kita sendiri. Kita melakukan yang terbaik dalam hidup kita, meraih prestasi, dan bermimpi setinggi bintang di langit, bukan untuk ambisi pribadi, tetapi bagi Tuhan. Hidup seperti inilah, yang kita jalani dengan relaks dan rasa syukur, itulah hidup berkelimpahan. Allah rindu kita menikmati hidup ini dengan segala kelimpahannya dan menikmati Dia di sepanjang hidup kita.

Life is gift and not gain.

Day 2

About this Plan

Mencari Tuhan di Tumpukan Kerja

Pernahkah kamu merasakan tiba-tiba jenuh sekali di tengah kesibukan kerja? Bukan hanya jenuh, tapi juga gelisah. Terutama buat kita-kita yang bekerja di dunia marketplace, kadang kita merasa pekerjaan kita itu urusan duniawi, tidak se-rohani kalau bekerja atau melayani di gereja. Mari kita ambil waktu untuk merenungkan apa yang Firman Tuhan katakan untuk mencari Tuhan di tumpukan kerja kita, di mana pun kita bekerja.

More