YouVersion Logo
Search Icon

Alkitab dalam Satu Tahun 2023 dengan pemikiran dari Nicky dan Pippa GumbelSample

Alkitab dalam Satu Tahun 2023 dengan pemikiran dari Nicky dan Pippa Gumbel

DAY 9 OF 365

Percaya kepada Allah untuk Melakukan Segala Sesuatunya dengan Benar

Pippa dan saya suka bermain teka-teki silang bersama. Ketika kami mulai tersendat di satu soal, kami tidak menyerah, kami beralih kepada soal lain. Setiap kali kami mendapatkan jawabannya, kami turut terbantu memecahkan soal-soal yang lain. Akhirnya, kami terkadang dapat memecahkan hampir semua teka-tekinya (meski jarang semuanya, sih). Kadang, ketika membaca bagian-bagian sulit dari Alkitab itu ibarat seperti usaha memecahkan permainan teka-teki silang. Daripada tersendat di bagian yang rumit, Anda bisa gunakan bagian-bagian lain yang mudah dipahami untuk membantu memecahkan bagian-bagian lain yang lebih sulit. Seringkali saya kesulitan tak hanya dalam memahami beberapa bagian yang sukar dari Alkitab, tetapi juga dalam memahami alasan hal-hal tertentu terjadi di dunia kita. Misalnya, ketidakadilan. Tidak mudah menjawab hal itu. Saya suka dengan pertanyaan retoris kedua dari bagian kemarin, ‘Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?’ (Kejadian 18:25) Satu hal yang pasti adalah pada hari terakhir, di saat semuanya disingkapkan, Anda akan menyaksikan penghakiman Allah yang sempurna – dan semua orang akan berkata, ‘Benar sekali.’ Setiap bagian yang ada pada hari ini menjelaskan pada kita bahwa pada akhirnya, *Allah akan menghakimi semua hal dengan adil.*

Mazmur 7:1-9

1. Percaya akan adanya penghakiman yang adil

Beberapa orang mungkin berpikir bahwa percaya pada Allah yang menghakimi akan mendatangkan banyak kekerasan di dunia zaman sekarang. Faktanya, itu adalah kebalikannya. Ketika orang-orang berhenti meyakini penghakiman adil yang dari Allah, mereka mungkin tergoda untuk main hakim sendiri dan membalas dendam terhadap musuh mereka.

Daud percaya adanya penghakiman – bahwa Allah akan menjadi hakim dan mengadili dengan adil. ‘Biarlah bangsa-bangsa berkumpul mengelilingi Engkau, dan bertakhtalah di atas mereka di tempat yang tinggi. TUHAN mengadili bangsa-bangsa. Hakimilah aku, TUHAN, apakah aku benar, dan apakah aku tulus ikhlas’ (Ay.7-8). Dengan kata lain, Daud percaya Allah yang akan berurusan dengan para musuhnya.

Jika Anda percaya Tuhan yang hendak menghakimi dengan keadilan yang sempurna, Anda bisa berserah pada-Nya dengan menjalankan perintah Yesus: kasihilah musuhmu (lihat Matius 5:43–48; Lukas 6:27–36).

Miroslav Volf mengemukakan, ‘Praktik non-kekerasan memerlukan adanya kepercayaan mengenai adanya pembalasan ilahi.’ Begitu banyaknya masalah dunia zaman kini akan terpecahkan jika orang percaya akan adanya Allah yang menghakimi dengan adil dan bahwa kita bisa mempercayai-Nya untuk menjalankan segalanya sesuai kebenaran pada akhirnya.

Ya TUHAN, Allahku, pada-Mu aku berlindung (Maz 7:1). Terimakasih aku bisa percaya akan penghakiman-Mu yang sempurna. Tak perlu aku menuntut balas melainkan mengasihi musuh-musuhku dan berdoa bagi mereka yang menganiaya aku (Matius 5:44).

Matius 7:24–8:22

2. Percaya dalam Yesus, yang Allah percayakan semua penghakiman

Yesus tahu semua cara dalam membangun rumah karena Dia dulu berkerja sebagai tukang kayu. Ilustrasi yang Dia gunakan begitu membumi: dua orang yang membangun rumah (7:24–26). Keduanya membangun sesuatu dengan manfaat yang bertahan lama. Kehidupan kita sama seperti rumah-rumah tersebut, namun manfaatnyalah yang berlangsung seterusnya.

Bagian terpenting dari sebuah rumah adalah pondasinya. Kedua rumah ini tidak banyak bedanya. Tetapi hanya satu yang dasarnya terbuat dari batu (Ay.25). Penampilan keduanya boleh mirip, tetapi perbedaan mengenai pondasinya akan jelas nampak ketika badai kehidupan datang menerpa.

Siapapun akan menghadapi tantangan hidup yang datang dalam berbagai rupa: kesalah-pahaman, kekecewaan, keinginan yang tidak kesampaian, keraguan, cobaan, godaan, kemerosotan, hingga serangan setan. Bahkan kesuksesan pun bisa jadi merupakan sebuah ujian. Ada lagi tekanan, penderitaan, sakit, kehilangan, dukacita, trauma, tragedi, penganiayaan dan kegagalan.

Pada akhirnya, kita semua akan menghadapi kematian dan penghakiman Allah. Gambaran ‘hujan lebat... rambun... angin topan’ digunakan dalam Yehezkiel untuk merujuk pada penghakiman Allah (Yehezkiel 13:11), tetapi bahasa penghakiman tersebut tidak terikat pada Perjanjian Lama. Di sini, dan dimanapun, Yesus memperingatkan akan datangnya penghakiman, seperti yang para penulis Perjanjian Baru peringatkan.

‘Turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu’ (Matius 7:25,27), tetapi rumah itu ‘tidak rubuh’ sebab didirikan di atas batu (Ay.25). Tetapi rumah yang didirikan di atas pasir rubuh dan rusak dengan hebatnya (Ay.27). Ini adalah kata-kata penghakiman. Cobaan boleh ada selama orang hidup atau bisa datang saat hari penghakiman. Yang jelas, Yesus berkata bahwa penghakiman adalah suatu hal yang pasti akan terjadi.

Namun, Anda tidak usah takut. Memang tidaklah mudah, tetapi ada jalanyang bisa Anda yakini bahwa ketika fondasi rumah Anda diuji, fondasi tersebut tetap kokoh, maka mungkin sekali untuk bisa diketahui bahwa masa depan Anda aman.

Yesus berkata bahwa perbedaannya adalah si orang bijak tidak hanya mendengarkan firman Yesus, tapi dia juga ‘melaksanakannya’ (Ay.24). Orang bodoh, di sisi lain, meski orang tersebut mendengarkan firman Yesus, ‘tetapi ia tidak melaksanakannya’ (Ay.26).

Pengetahuan harus menuntun pada tindakan – pengetahuan agamawi kita harus mempengaruhi hidup kita, jika tidak, kita membangun hidup kita di atas pasir.

Firman Yesus, pertama-tama, adalah panggilan untuk percaya pada-Nya (Yoh 6:28-29). Kita diselamatkan dengan iman dalam Yesus dan hidup dalam ketaatan.

Anda bisa saja sangat yakin dengan penghakiman Yesus, karena Dia memiliki kuasa dari Allah sendiri. Yesus sendiri heran dengan iman si perwira. Dia berkata, ‘Sesungguhnya, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel’ (Matius 8:10).

Bukti yang membuat iman terjadi adalah karena si perwira percaya bahwa firman Yesus sendiri cukup untuk menyembuhkan hambanya (Ay.8). Dasar pemikirannya untuk percaya sangat dalam. Si perwira mengakui bahwa, seperti dalam pasukan, perintah dijalankan menurut kuasa dari yang di atas– jadi kuasa Yesus terjadi menurut kuasa Bapa-Nya. Si perwira menyaksikan pada saat Yesus berfirman, Allahlah yang berfirman.

Selanjutnya, Hakim yang sempurna ini tidak jauh dari penderitaan manusiawi. Kita tahu bahwa Yesus mengalami ketidakadilan, dipenjara, disiksa sampai-sampai disalib. Tetapi dalam bagian ini, kita memahami bahwa Dia turut mengalami sakit (karena kita, Ay.17) dan bahkan tak memiliki tempat tinggal (Ay.20). Tak sedikit penderitaan yang Dia alami.

Bapa, terimakasih bahwa Yesus tidak hanya bisa memahami kelemahanku, tetapi Dia juga mati atas dosa-dosaku, memikul penghakiman bagiku supaya aku tidak perlu takut lagi.

Kejadian 19:1–20:18

3. Percaya, pada akhirnya, sang Hakim seluruh bumi akan menghakimi dengan adil

Kemarin, kita melihat bagaimana Abraham memohon demi Sodom dan Gomora. Kita tidak tahu pasti apa dosa mereka, tetapi, 'TUHAN berkata, “Sesungguhnya banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya”' (18:20).

Tampaknya dari renungan hari ini, dosa mereka termasuk budaya pemerkosaan bergilir yang mengerikan (19:3, 5). Kita baca dalam Yehezkiel 16 bahwa dosa-dosa mereka termasuk 'kecongkakan, ketamakan dan ketidakpedulian; mereka tidak menolong yang miskin dan yang membutuhkan’ (Yehezkiel 16:49). Ini dapat menjadi gambaran dari masyarakat Barat.

Allah berkata jika ada 10 orang benar di Sodom dan Gomora, Dia akan mengasihani: ‘Aku tidak akan memusnahkannya karena yang sepuluh itu’ (Kejadian 18: 32). Dia memberikan kesempatan hanya bagi orang-orang yang ‘benar’ untuk pergi. Saat Lot berlambat-lambat, para malaikat menggenggam tangannya dan tangan istrinya dan dua orang putrinya dan menuntun mereka keluar dari kota dengan selamat, karena TUHAN mengasihani mereka (19:16).

Penghakiman atas istri Lot tampaknya sangat parah (Ay.26). Apa pun alasannya, itu menjadi contoh. Yesus berkata, ‘Ingatlah istri Lot!’ (Lukas 17:32). Kita tidak boleh menoleh ke belakang. Jika kita telah meninggalkan kehidupan dosa, jangan pernah lagi kembali padanya. Mereka telah diperintahkan, ‘Lari, selamatkan diri kalian!’ (Kejadian 19:17). Dengan cara yang sama, kita diperintahkan untuk lari dari nafsu dosa (2 Timotius 2:22).

Bahkan Abraham pun berdosa. Dia mengulangi dosa yang sama – mencoba berpura-pura bahwa Sara itu adiknya dan hampir menyebabkan Sara melakukan perzinahan. Pesan yang ada di dalam Alkitab bukanlah sebatas Allah hanya menyelamatkan orang berdosa, tetapi Ia juga menggunakan orang berdosa. Dia memberkati Abraham dan menjawab doanya (Kejadian 20:7). Allah menggunakan kita meskipun kita berdosa karena Dia adalah maha pengasih, dan di dalam Yesus, Allah telah menempatkan penghakiman atas diri-Nya.

Tuhan, terimakasih banyak atas pembeda yang salib Kristus buat untuk hari penghakiman. Terimakasih karena saya yakin bahwa, pada akhirnya, Hakim seluruh bumi akan menghakimi dengan adil.

Pippa Adds

Matius 8:6

“Tuhan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita.”

Si perwira tidak hanya peduli pada keluarga dan teman-temannya, tetapi juga orang yang bekerja padanya. Walaupun si perwira orang asing dan bukan bagian dari masyarakat yang ‘agamis’, dia mencari Yesus demi hambanya itu. Iman bisa ditemukan di banyak tempat yang tidak terduga.

References

Miroslav Volf, *Exclusion and Embrace*, (Abingdon Press, 1994) pp.303–304