KELUARGA SEBAGAI SEBUAH TIM #2Sampel
#2. Inilah Dia: Pasanganku, Bagian dari Diriku!
"Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki." (Kej. 2:23)
Kemarin kita sama-sama merenungkan makna pasangan sebagai "penolong yang sepadan" dalam hidup manusia, yaitu untuk saling melengkapi dalam memenuhi panggilan Allah untuk merawat bumi ini. Kali ini, kita akan merenungkan tentang persatuan dalam pernikahan.
Sahabat Keluarga, kata 'laki-laki' pada bacaan minggu ini (ay. 22) menggunakan kata 'ish' dan 'perempuan' menggunakan kata 'ishah' untuk menunjukkan bahwa ishah (perempuan) diciptakan dari bagian ish (laki-laki). Namun, relasi ini bukanlah relasi superior-inferior, melainkan setara sebagai ''penolong yang sepadan'', terlihat dari asal kata 'ezer' yang berkonotasi aktif dan mampu mengintervensi, bahkan kata ini sering muncul dalam konteks militer sebagai rekan seperjuangan (co-warrior) yang mampu menolong dan melindungi. Menariknya, dari keseluruhan tubuh manusia itu, Tuhan Allah memilih rusuk sebagai 'bahan baku' untuk membentuk perempuan (ay. 21). Pada perikop ini, kata 'rusuk' menggunakan kata 'tsela' yang pada Perjanjian Lama sering digunakan dalam konteks membangun Kemah Suci (Kel. 26:27 & 35) dan Bait Suci (1 Raj. 6), yaitu sebagai konstruksi lantai dan langit-langit bangunan agar kokoh. Sementara itu, frasa 'satu daging' (ay. 24) dalam Bahasa Ibrani menggunakan frasa 'ekhad bassar' yang berarti satu tubuh, satu gumpalan urat, satu bagian tak terpisahkan. Adam dan Hawa menjadi suatu kesatuan yang dibentuk oleh inisiatif Allah.
Sahabat Keluarga, dalam hidup sehari-hari, prinsip "1+1= 2" adalah perhitungan yang kebenarannya dianggap absolut oleh para ahli. Tidak ada jawaban lainnya! Namun dalam pernikahan Kristen, prinsip ini menjadi "1+1= 1" Lho...?! Begini artinya, ketika sepasang umat manusia menikah, 2 pribadi ini menjadi 1, masing-masing harus rela memberikan separuh ego/dirinya untuk dapat bersatu dengan pasangannya dan membangun sebuah pernikahan yang kokoh dan suci seperti inisiatif awal Allah. Selain itu, dalam pernikahan Kristen juga tidak ada prinsip "1+1+1...", yaitu bahwa pernikahan yang diberkati Allah adalah pernikahan kudus antara 2 pribadi, hanya dengan 1 pasangan, tidak lebih!
Dalam prinsip pernikahan Kristen, setiap orang harus melihat dan memaknai pasangannya sebagai bagian dari dirinya sehingga sudah sepatutnya ia memperlakukan pasangannya dengan penuh kasih seperti ia mengasihi dirinya sendiri. Tantangan mungkin akan terus hadir sepanjang jalan kehidupan berkeluarga. Sifat, sikap, karakter, dan perilaku masing-masing pun mungkin akan sering berbenturan. Luka di masa lalu mungkin kerap menghantui sehingga kita sering tergoda untuk mengingat dan menghitung kesalahan pasangan. Namun, ketika masing-masing dari pasangan rela untuk memberikan separuh dirinya, 'mengalahkan' separuh egonya untuk menyatukan prinsip bersama, niscaya setiap tantangan akan menjadi kesempatan belajar untuk memperkokoh ikatan kasih di dalam pernikahan dan keluarga.
Saat ini, katakanlah kepada pasangan Anda: "Suami/Istriku, engkau adalah pasanganku, bagian dari diriku. Aku mengasihimu."
RUANG REFLEKSI
PERTANYAAN ALKITAB
1. Apa yang menjadi 'bahan baku' ketika Allah membentuk perempuan?
2. Apakah arti nama 'perempuan' sesuai bacaan kita hari ini?
PERTANYAAN APLIKATIF
1. Sebutkan hal-hal yang Anda rela berikan/korbankan demi keutuhan pernikahan dan kasih Anda kepada pasangan lalu sharingkan dengannya!
2. Adakah hal-hal yang membuat Anda merasa sulit untuk memberikan/mengorbankan separuh dari ego/diri Anda demi pasangan dan pernikahan Anda? Sebutkan!
KOMITMEN PRIBADI
Buatlah komitmen pribadi yang berkaitan dengan renungan hari ini.
POKOK DOA
1. Ketulusan untuk terus memberi diri bagi keutuhan pernikahan dan keluarga.
2. Kemampuan untuk memaknai pernikahan sebagai inisiatif Allah dan oleh sebab itu, menjaganya dengan penuh tanggung jawab.
“Mencintai berarti mencintai yang tidak dapat dicintai.
Memaafkan berarti mengampuni yang tidak dapat diampuni.
Iman berarti mempercayai hal yang tidak dapat dipercaya.
Harapan berarti berharap ketika segala sesuatu tampak tanpa harapan.”
(Gilbert Keith Chesterton - Filsuf dan Apologis Kristen)
Firman Tuhan, Alkitab
Tentang Rencana ini
Renungan ini bertujuan untuk menyadarkan dan mengingatkan kita agar melihat keluarga kita sebagai sebuah tim, dengan kembali merenungkan tujuan awal Allah menciptakan dunia dan isinya, serta apa tujuan awal Allah menciptakan lembaga keluarga.
More
Kami mengucapkan terima kasih kepada Family First Indonesia yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: https://www.familyfirstindonesia.org