MarilahSampel

Let's Go

HARI KE 8 DARI 21

Siapakah Sesamaku Manusia?

Oleh S. George Thomas

Suatu hari, seorang ahli taurat datang kepada Yesus bertanya, "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Yesus melihatnya, dan bukannya menjawab, Dia bertanya kepada sang ahli taurat pertanyaannya sendiri: "Kamu seorang ahli taurat. Beritahu Aku. Apa yang tertulis dalam hukum Taurat, dan bagaimana kamu mengartikannya?" Tanpa ragu, ahli taurat itu menjawab: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."

Setelah mengomentari sang ahli taurat atas jawabannya, Yesus menyuruhnya untuk pergi dan melakukan seperti itu juga ia benar-benar menginginkan hidup yang kekal. Sang ahli taurat tidak bermasalah dengan mengasihi Tuhan, namun ia menginginkan penjelasan. Jadi dia meneruskan untuk menekan Yesus lebih jauh dan bertanya: "Dan siapakah sesamaku manusia?" Dengan kata lain, ia berkata: Beritahu aku siapa yang harus aku kasihi dan siapa yang tidak. Siapa yang aku harus terima dan siapa yang bisa aku tolak? Siapa yang harus aku jangkau, dan siapa yang bisa aku abaikan? Tidakkah ada beberapa orang yang layak dikasihi dan ada yang tidak?

Yesus menolak untuk menjawab pertanyaan orang itu lagi. Malahan, Dia bercerita. Skenarionya seperti sandiwara: Ahli taurat bertanya, "Siapakah sesamaku manusia?" dan Yesus menanggapinya dengan: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho …." Bisakah Anda bayangkan betapa frustasinya sang ahli taurat? Yang dia inginkan hanyalah sebuah jawaban sederhana, dan Yesus mulai bercerita tentang seorang pra yang bepergian dari Yerusalem ke Yerikho. Namun ini lebih dari sekedar cerita. Ada tujuan, makna, dan rincian dalam cerita ini yang sengaja Yesus masukkan untuk membuka segala alasan yang menghalangi kita untuk mengasihi dan terhubung dengan orang-orang di sekitar kita.

Semua orang yang mendengarkan Yesus pada jaman itu tahu bahwa perjalanan dari Yerusalem ke Yerikho jaraknya 18 mil melewati pegunungan dan naik turun setinggi 3.300 kaki. Dan ini tentunya bukan jalur yang Anda ambil setelah hari gelap, karena jalur ini terkenal sebagai tempat persembunyian para penyamun.

Tentu saja, orang itu diserang oleh para penyamun, ditelanjangi, dipukuli sampai pingsan dan dibiarkan mati. Kebetulan, seorang imam datang. Pada masa itu, para imam memegang posisi paling makmur, paling berkuasa dan paling terhormat di seluruh Israel. Sebagai pemimpin politik dan rohani, mereka adalah pucuk dari masyarakat Yahudi. Ketika imam ini melihat pria itu tertutupi debu dan darah menggenang di sisi jalan, ia menyerong ke sisi lain dari jalan untuk menghindarinya dan melewatinya. Imam itu diikuti oleh seorang Lewi—pemimpin rohani yang lain. Melihat bahwa pria itu telah dipukuli oleh para penyamun dan takut kehilangan nyawanya, ia terus bergegas secepat mungkin.

Kini, inilah dimana Yesus melakukan sesuatu yang benar-benar bernyali: Dia menampilkan orang Samaria sebagai pahlawan dari cerita itu. Dan inilah mengapa hal itu begitu revolusioner: Orang Yahudi tidak menyukai orang Samaria; mereka membenci mereka. Ada kebencian yang begitu dalam terhadap orang Samaria hingga orang Yahudi menyanyikan lagu-lagu di bait mereka tentang betapa bodohnya mereka. Bahkan ada bukti bahwa beberapa doa yang didoakan di sinagoga pada abad pertama meliputi permohonan kepada Allah untuk memastikan bahwa orang Samaria tidak diperbolehkan ambil bagian dalam hidup yang kekal! Dapatkah Anda bayangkan doa mereka? "Tuhan, aku berdoa untuk isteriku, anak-anakku, orang tuaku. Oh, dan bisakah Engkau tidak memasukkan orang Samaria manapun ke dalam surga? Terima kasih. Amin."

Sangat menyadari akan kebencian orang Yahudi yang mendalam terhadap orang Samaria, tujuan Yesus menjadikan seorang Samaria sebagai pahlawan dari cerita-Nya itu membebaskan dan bermakna. Ketika orang Samaria mendatangi pria yang terluka itu, ia tergerak karena belas kasih. Ia membersihkan luka-luka pria itu dan memberikannya pertolongan pertama. Kemudian setelah menaruhnya diatas keledainya, orang Samaria itu membawa pria itu ke kota berikutnya (yang kemungkinan besar adalah sebuah kota Yahudi) dimana ia memesan sebuah kamar di sebuah penginapan dan membayarnya.

Mengakhiri ceritanya, Yesus berpaling kepada sang ahli taurat dan bertanya: "Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Sambil memandang ke bawah, sang ahli taurat tidak sanggup untuk berkata. "Orang Samaria." Sebaliknya, ia bergumam, "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." "Itu benar," Yesus menjawab. "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"

Jadi apa perbedaan utama di antara imam, orang Lewi dan orang Samaria? Semuanya tertuju pada satu kata … belas kasih. Ketika ia melihat orang yang terluka, orang Samaria tidak berkata bahwa orang itu "harusnya sudah tahu," bahwa siapapun yang cukup bodoh untuk bermain-main dengan bahaya dengan melakukan perjalanan di jalur yang sulit dari Yerusalem ke Yerikho layak untuk mendapatkan akibat dari pilihan mereka yang bodoh. Tidak, ia mengangkatnya dan membawanya ke tempat penyembuhan.

Tanyakan diri Anda hari ini, "Siapakah sesamaku manusia?" Ia adalah mereka yang telah dirampas oleh para penjahat dan penyamun dunia—ketakutan, keputusasaan, kesedihan, penderitaan, kemiskinan, sakit penyakit, kebencian, kehilangan harapan, kesengsaraan—lalu dipukuli dan ditinggalkan sampai mati. Mereka ada di sekitar setiap pojok dimana kita berbelok—dari semua perjalanan hidup. Tak seorangpun terkecuali. Tak seorangpun tak terjamah.

Apakah kita menjaga jarak? Mengapa kita berpura-pura tidak melihat penderitaan mereka dan bergegas dengan hidup kita? Mengapa kita berpikir sendiri, "Saya akan berdoa bagi mereka" dan kemudian melanjutkan jalan kita? Atau akankah kita mengijinkan hati kita digerakkan oleh belas kasih? Akankah kita menghentikan apa yang kita kerjakan—meski itu adalah sesuatu yang baik, sesuati yang rohani—dan berlutut di samping mereka yang menderita … mereka yang tersesat dan sendiri … merangkul mereka dan membawa mereka ke sebuah tempat dimana mereka bisa menemukan hidup, harapan, dan pemulihan?

Mintalah Tuhan untuk melembutkan hati terhadap mereka yang ada di sekitar Anda—terhadap tetangga Anda, rekan kerja Anda, mereka yang terhubung dengan Anda. Mintalah Dia untuk membangkitkan kasih dan belas kasih dalam diri Anda bagi mereka dan yang membutuhkan. Mintalah Dia untuk memberi Anda keberanian dan hikmat untuk berjalan bersama mereka dan memberikan mereka harapan dan hidup.

Belas kasih adalah kemampuan untuk melihat lebih dari kesombongan dosa pria dan wanita ke dalam jiwa manusia yang hancur … ke dalam hati yang sangat membutuhkan kasih karunia Allah.
~Matt Chandler

Ayat Hafalan

Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!" Roma 10:14-15 (TB)

Firman Tuhan, Alkitab

Hari 7Hari 9

Tentang Rencana ini

Let's Go

Renungan selama 21 hari dari Gateway Church ini ditujukan untuk mendorong dan menginspirasi Anda untuk mengikuti Amanah Agung Yesus untuk, "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk" (Markus 16:15).

More

Kami mengucapkan terima kasih kepada Gateway Church yang telah menyediakan rencana bacaan ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi: https://gatewaypeople.com