Matius 13:33-58

Matius 13:33-58 Alkitab Terjemahan Baru (TB)

Dan Ia menceriterakan perumpamaan ini juga kepada mereka: ”Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.” Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan suatu pun tidak disampaikan-Nya kepada mereka, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: ”Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan.” Maka Yesus pun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: ”Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu.” Ia menjawab, kata-Nya: ”Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!” ”Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.” ”Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. Setelah penuh, pukat itu pun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang. Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Mengertikah kamu semuanya itu?” Mereka menjawab: ”Ya, kami mengerti.” Maka berkatalah Yesus kepada mereka: ”Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya.” Setelah Yesus selesai menceriterakan perumpamaan-perumpamaan itu, Ia pun pergi dari situ. Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: ”Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: ”Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.” Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ.

Matius 13:33-58 Terjemahan Sederhana Indonesia (TSI)

Selanjutnya Yesus memberikan perumpamaan yang lain, “Kerajaan Allah juga seperti ragi yang dicampurkan oleh seorang perempuan ke dalam tepung yang sangat banyak. Walaupun raginya sedikit dan tepungnya banyak, tetapi semuanya mengembang dan bisa dipanggang menjadi roti.” Hal-hal tentang kerajaan Allah itu Yesus sampaikan kepada orang banyak dengan berbagai perumpamaan. Dia selalu memakai perumpamaan untuk mengajar mereka. Yesus melakukan itu supaya terjadilah apa yang dinubuatkan oleh seorang nabi, yaitu, “Aku akan berbicara menggunakan berbagai perumpamaan, dan dengan demikian Aku menyatakan hal-hal yang dirahasiakan sejak dunia diciptakan.” Sesudah Yesus selesai mengajar orang banyak itu, Dia pulang ke rumah tempat-Nya menginap. Kemudian kami datang kepada-Nya dan meminta, “Guru, tolong jelaskan kepada kami arti perumpamaan tentang lalang-lalang di ladang tadi.” Jawab Yesus, “Pemilik tanah yang menabur bibit yang baik itu adalah Aku, Sang Anak Adam, sedangkan ladang itu adalah dunia ini. Bibit yang baik menggambarkan orang yang menjadi warga kerajaan Allah, dan lalang-lalang itu adalah pengikut iblis. Musuh yang menabur bibit lalang adalah iblis. Musim panen adalah akhir zaman. Dan hamba-hamba yang memanen adalah para malaikat. “Jadi pada akhir zaman, waktu Aku memerintah sebagai Sang Anak Adam, Aku akan mengutus para malaikat-Ku untuk mengumpulkan dan mengeluarkan semua orang yang membujuk orang-orang lain untuk berdosa, juga semua orang yang melakukan kejahatan. Mereka seperti lalang-lalang yang dikumpulkan lalu dibuang ke dalam api neraka. Di sanalah mereka akan selalu menangis dan sangat menderita. Saat itu orang-orang yang benar akan bersinar seperti matahari dalam kerajaan Allah Bapa mereka. “Nah, jangan sampai ajaran-Ku tadi masuk telinga kanan keluar telinga kiri! Renungkanlah itu.” “Kerajaan Allah seperti harta karun yang terpendam dalam tanah di sebuah ladang. Suatu hari, seseorang menemukan harta itu. Dengan sangat gembira dia menguburnya lagi, lalu pergi menjual seluruh miliknya untuk membeli ladang itu. “Kerajaan Allah juga seperti pedagang yang mencari mutiara yang sangat indah. Ketika dia menemukan sebutir mutiara yang luar biasa indahnya, dia pergi dan menjual seluruh miliknya, lalu membeli mutiara itu.” “Kerajaan Allah juga seperti jala yang diturunkan ke dalam danau, lalu menjaring semua jenis ikan. Sesudah jala itu penuh, para nelayan menariknya ke darat. Kemudian mereka duduk memisah-misahkan ikan itu. Ikan yang baik ditaruh di dalam keranjang, sedangkan yang tidak baik dibuang. Seperti itulah yang akan terjadi pada akhir zaman. Para malaikat akan datang memisahkan orang-orang jahat dari antara orang-orang benar. Lalu orang-orang jahat itu akan dibuang ke dalam api neraka. Di sanalah mereka akan selalu menangis dan sangat menderita.” Yesus bertanya kepada kami, “Apakah kalian mengerti arti semuanya itu?” “Mengerti, Tuhan,” jawab kami. Kata-Nya lagi, “Jadi karena kalian sudah mengerti semua itu, kalian juga akan mengerti hal ini: Setiap orang yang mengajarkan tentang kerajaan Allah hendaklah menjadi seperti pengelola rumah yang berhikmat. Dia tahu bagaimana menggunakan semua harta yang sudah disimpannya, baik yang baru maupun yang lama.” Sesudah Yesus selesai menceritakan semua perumpamaan tadi, Dia meninggalkan tempat itu bersama kami. Setibanya di kampung tempat Dia dibesarkan, Yesus diundang mengajar di rumah pertemuan mereka. Penduduk kampung itu heran sekali mendengar ajaran-Nya, tetapi mereka berkata satu sama lain, “Berani sekali dia mengajar kita! Dari manakah orang ini mendapat pengetahuan dan kuasa untuk melakukan keajaiban-keajaiban? Dia hanyalah anak Yusuf, tukang kayu itu. Ibunya Maria. Adik-adiknya yang laki-laki Yakobus, Yoses, Simon, dan Yudas. Semua adik perempuannya juga ada di sini bersama kita. Bisa-bisanya dia berpikir hendak mengajar kita!” Jadi karena orang-orang itu mengetahui asal-usul-Nya, mereka tidak mau percaya kepada-Nya. Lalu kata Yesus kepada mereka, “Seorang nabi selalu dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya dan di antara keluarganya.” Yesus tidak melakukan banyak keajaiban di sana karena mereka tidak percaya kepada-Nya.

Matius 13:33-58 Firman Allah Yang Hidup (FAYH)

Yesus juga memberikan contoh ini: “Kerajaan Surga dapat diumpamakan ragi yang dimasukkan oleh perempuan ke dalam adonan roti, yang bekerjanya tidak kelihatan sampai seluruh adonan mengembang.” Yesus selalu memakai banyak perumpamaan semacam itu untuk mengajar orang. Para nabi menyatakan bahwa Ia akan menggunakan banyak sekali perumpamaan. Sesungguhnyalah, Ia tidak pernah berbicara kepada orang banyak tanpa paling sedikit menggunakan satu perumpamaan. Karena sudah dinubuatkan: “Aku akan berbicara dengan perumpamaan; Aku akan menerangkan segala rahasia yang tersembunyi sejak awal zaman.” Setelah Yesus meninggalkan orang banyak dan masuk ke dalam rumah, murid-murid-Nya minta agar Ia menerangkan arti perumpamaan tentang semak duri dan gandum. “Baiklah,” kata-Nya, “Akulah petani yang menabur benih pilihan. Ladang ialah dunia ini, dan benih pilihan melambangkan warga Kerajaan Surga, sedangkan semak duri melambangkan orang-orang yang menjadi milik Iblis. Musuh yang menabur benih semak duri di antara benih gandum ialah setan; musim panen ialah akhir dunia ini, dan para penuai ialah para malaikat. “Sama seperti dalam perumpamaan itu semak duri dipisahkan dan dibakar, demikian jugalah akan terjadi pada akhir dunia ini. Aku akan mengutus malaikat-malaikat-Ku dan mereka akan menyingkirkan setiap cobaan dan setiap orang yang jahat dari Kerajaan Surga, dan melemparkan mereka ke dalam dapur api. Kelak akan terdengar tangisan dan kertakan gigi. Pada waktu itulah orang yang saleh akan bersinar seperti matahari di dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan! “Kerajaan Surga seperti harta yang ditemukan orang di sebuah ladang. Karena senangnya, ia menjual segala sesuatu yang dimilikinya untuk membeli ladang itu supaya memperoleh harta yang ada di dalamnya! “Kerajaan Surga juga dapat diumpamakan dengan seorang pedagang mutiara yang sedang mencari mutiara pilihan. Ia menemukan sebuah mutiara yang sangat berharga, lalu menjual segala miliknya untuk membeli mutiara itu! “Kerajaan Surga juga dapat diumpamakan dengan seorang nelayan yang melemparkan jalanya ke dalam air. Ketika jala itu sudah penuh, ditariknya ke tepi pantai, lalu ia duduk untuk memilih ikan-ikan yang telah diperolehnya. Yang dapat dimakan dimasukkannya ke dalam keranjang dan yang tidak berguna dibuangnya. Demikianlah akan terjadi pada akhir dunia ini. Malaikat-malaikat akan datang dan memisahkan orang-orang yang saleh. Yang jahat akan dilemparkan ke dalam api dan di situ akan terdengar tangisan dan kertakan gigi. Mengertikah kalian?” “Ya, kami mengerti,” kata mereka. Lalu Ia menambahkan, “Para ahli hukum Yahudi yang sudah menjadi murid-Ku, memiliki harta (Perjanjian) yang baru maupun yang lama.” Ketika Yesus selesai menceritakan perumpamaan itu, Ia kembali ke kampung halamannya, yaitu Kota Nazaret di Galilea. Di situ Ia mengajar di rumah-rumah ibadat dan setiap orang heran akan hikmat dan mukjizat-mukjizat-Nya. “Bagaimana mungkin hal itu dapat terjadi?” seru orang-orang itu. “Ia hanya anak seorang tukang kayu, dan kami kenal Maria, ibu-Nya, dan saudara-saudara-Nya yang laki-laki, Yakobus, Yusuf, Simon, dan Yudas. Demikian juga saudara-saudara-Nya yang perempuan—mereka semua tinggal di sini. Bagaimana mungkin Ia dapat memiliki hikmat dan kuasa sebesar itu?” Dan mereka marah sekali terhadap Dia! Lalu Yesus berkata, “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di antara bangsanya di negerinya sendiri.” Ia tidak banyak membuat mukjizat di situ, sebab mereka tidak percaya.

Matius 13:33-58 Perjanjian Baru: Alkitab Mudah Dibaca (AMD)

Kemudian Yesus menceritakan perumpamaan lainnya, “Kerajaan Allah adalah seperti ragi yang digunakan seorang ibu untuk membuat roti. Ia menyampuri ragi itu dengan tepung yang banyak, tapi ragi itulah yang membuat adonan tepung itu mengembang.” Yesus menggunakan berbagai perumpamaan dan perbandingan untuk mengajarkan banyak hal kepada orang-orang. Demikianlah cara Ia mengajar mereka. Hal ini adalah untuk memperjelaskan arti sebenarnya apa yang dikatakan nabi: “Aku akan berbicara menggunakan perumpamaan, dan Aku akan mengatakan hal-hal rahasia sejak dunia diciptakan.” Kemudian Yesus meninggalkan orang-orang itu dan masuk ke dalam rumah. Para pengikut-Nya datang kepada-Nya dan berkata, “Jelaskanlah arti perumpamaan tentang lalang di ladang gandum itu kepada kami.” Yesus menjawab, “Orang yang menanam benih yang baik di ladang itu adalah Anak Manusia. Yang dimaksud dengan ladang adalah dunia ini. Benih yang baik adalah orang yang masuk ke dalam Kerajaan Allah. Yang dimaksud dengan lalang adalah orang-orang yang dikuasai oleh iblis. Dan musuh yang menabur benih lalang itu adalah iblis. Musim panen adalah akhir jaman, dan para pekerja yang mengumpulkan hasil panen adalah malaikat-malaikat Allah. Seperti halnya dengan lalang-lalang yang dikumpulkan untuk dibakar dalam api, demikianlah juga yang akan terjadi pada akhir jaman. Anak Manusia akan mengutus para malaikat-Nya untuk mengumpulkan orang-orang yang menyebabkan orang lain berbuat dosa dan semua yang melakukan kejahatan. Malaikat-malaikat-Nya akan mengeluarkan mereka dari kerajaan-Nya. Mereka akan membuang orang-orang jahat itu ke dalam tempat api, di sana mereka akan menangis dan mengertakkan gigi karena kesakitan. Kemudian orang-orang benar akan bersinar seperti matahari dan mereka akan tinggal di Kerajaan Allah bersama Bapa mereka. Siapa yang memiliki telinga, dengarlah baik-baik!” “Kerajaan Allah adalah seperti harta yang terpendam di ladang. Pada suatu hari, ada orang yang menemukannya lalu menyembunyikannya kembali. Kemudian dengan gembira orang itu pergi menjual semua harta miliknya untuk membeli ladang itu. Demikian juga Kerajaan Allah adalah seperti seorang pedagang yang mencari mutiara yang sangat berharga. Ketika ia menemukannya, ia pergi menjual semua harta miliknya untuk membeli mutiara itu.” “Demikian juga Kerajaan Allah adalah seperti jala yang ditebarkan ke dalam danau untuk menangkap berbagai macam ikan. Ketika jala itu telah penuh, para nelayan menarik jala itu ke darat. Kemudian mereka duduk dan memasukkan ikan-ikan yang baik ke dalam keranjang. Sedangkan ikan-ikan yang jelek dibuang. Demikianlah yang akan terjadi pada akhir jaman. Para malaikat akan datang dan memisahkan orang jahat dari antara orang benar. Lalu mereka akan membuang orang-orang jahat ke dalam tempat api. Di sanalah orang-orang itu akan menangis dan merintih kesakitan.” Lalu Yesus bertanya kepada pengikut-Nya, “Apakah kalian mengerti maksud dari semua perumpamaan ini?” Mereka menjawab, “Ya, kami mengerti.” Kemudian Yesus berkata kepada pengikut, “Jadi, setiap guru Taurat yang telah belajar tentang Kerajaan Allah mempunyai hal-hal baru untuk diajar. Ia adalah seperti seorang pemilik rumah yang mengeluarkan barang-barang dari gudangnya baik yang baru maupun yang lama.” Setelah Yesus selesai mengajar dengan perumpamaan, Ia meninggalkan tempat itu. Yesus pergi ke kota di mana Ia dibesarkan. Di sana, Ia mengajar banyak orang di rumah ibadah, dan mereka menjadi sangat heran. Mereka berkata, “Dari mana Orang ini mendapat hikmat dan kuasa untuk melakukan mujizat seperti itu? Bukankah Ia ini anak dari tukang kayu yang kita kenal? Bukankah ibu-Nya adalah Maria, dan saudara-saudara-Nya adalah Yakobus, Yusuf, Simon, dan Yudas? Dan bukankah saudari-saudari-Nya masih tinggal di kota ini? Bagaimana Ia mampu melakukan hal-hal ini?” Jadi, sulit sekali bagi mereka untuk menerima-Nya. Tetapi Yesus berkata kepada mereka, “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di kota asalnya sendiri.” Yesus tidak melakukan banyak mujizat di sana, sebab orang-orang tidak percaya kepada-Nya.

Matius 13:33-58 Alkitab dalam Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK)

Ada sebuah perumpamaan lain yang diceritakan Yesus kepada orang banyak. “Apabila Allah memerintah, keadaannya seperti ragi yang diambil oleh seorang wanita, lalu diaduk dengan empat puluh liter tepung terigu sampai berkembang semuanya!” Semuanya diajarkan Yesus kepada orang banyak dengan memakai perumpamaan. Dengan demikian terjadilah yang dikatakan oleh nabi, “Aku memakai perumpamaan kalau berbicara dengan mereka; Aku akan memberitakan hal-hal yang tersembunyi semenjak terjadinya dunia ini.” Setelah itu Yesus meninggalkan orang banyak itu, lalu masuk rumah. Pengikut-pengikut-Nya datang dan berkata, “Coba Bapak terangkan kepada kami arti perumpamaan tentang alang-alang di antara gandum itu.” Yesus menjawab, “Orang yang menabur benih yang baik itu adalah Anak Manusia. Ladang itu ialah dunia ini. Benih yang baik itu adalah orang-orang yang sudah menjadi umat Allah. Alang-alang itu ialah orang-orang yang berpihak kepada Iblis. Musuh yang menanam alang-alang itu ialah Iblis. Masa panen ialah Hari Kiamat, dan orang-orang yang menuai itu ialah malaikat-malaikat. Sebagaimana alang-alang dikumpulkan dan dibakar di dalam api, begitu juga pada Hari Kiamat nanti. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya mengumpulkan dari antara umat-Nya semua yang menyebabkan orang berbuat dosa, dan semua orang lainnya yang melakukan kejahatan. Mereka semua akan dibuang ke dalam tungku berapi yang bernyala-nyala; di situ mereka akan menangis dan menderita. Dan orang-orang yang melakukan kehendak Allah akan bersinar seperti matahari di dalam Dunia Baru Allah, Bapa mereka. Jadi, kalau punya telinga, dengarkan!” “Apabila Allah memerintah, keadaannya seperti perumpamaan ini: Ada harta yang terpendam di dalam tanah lalu ditemukan oleh seseorang, dan dimasukkan kembali ke dalam tanah. Kemudian karena gembiranya, orang itu pergi menjual seluruh miliknya, lalu kembali dan membeli tanah itu.” “Apabila Allah memerintah, keadaannya seperti perumpamaan ini: Seorang pedagang mencari mutiara-mutiara yang berharga. Ketika ia menemukan sebutir mutiara yang luar biasa indahnya, segera ia pergi dan menjual semua miliknya, lalu membeli mutiara yang satu itu.” “Apabila Allah memerintah, keadaannya diumpamakan dengan pukat yang ditebarkan ke danau, lalu mendapat bermacam-macam ikan. Sesudah pukat itu penuh, pukat itu diangkat ke darat oleh nelayan-nelayan. Kemudian mereka duduk dan memisah-misahkan ikan-ikan itu: Yang baik disimpan dalam tempayan dan yang tidak baik dibuang. Begitulah halnya pada Hari Kiamat, malaikat-malaikat akan pergi memisahkan orang-orang jahat dari orang-orang yang melakukan kehendak Allah. Kemudian orang-orang jahat itu dibuang ke dalam tungku berapi. Di situlah mereka akan menangis dan menderita.” “Apakah kalian mengerti semuanya itu?” tanya Yesus. “Mengerti Pak!” jawab mereka. Lalu Yesus berkata, “Itu sebabnya setiap guru agama yang sudah menjadi anggota umat Allah, adalah seperti seorang tuan rumah yang mengeluarkan dari tempat hartanya barang-barang baru dan lama.” Setelah Yesus selesai menceritakan perumpamaan-perumpamaan itu, Ia meninggalkan tempat itu, lalu kembali ke kampung halaman-Nya. Di sana Ia pergi mengajar di rumah ibadat, dan orang-orang yang mendengarkan Dia di situ, heran sekali. Mereka berkata, “Dari mana orang ini mendapat hikmat seperti itu? Dan dari mana Ia mendapat kuasa untuk membuat keajaiban? Bukankah Ia anak tukang kayu? Bukankah Maria itu ibu-Nya; dan saudara-saudara-Nya adalah Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara perempuan-Nya tinggal di sini juga? Dari mana Ia mendapat semuanya itu?” Maka mereka menolak Yesus. Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di kampung halamannya dan di rumahnya sendiri.” Maka itu Yesus tidak mengerjakan banyak keajaiban di situ sebab mereka tidak percaya.