Ada sebuah perumpamaan lain yang diceritakan Yesus kepada orang banyak. “Apabila Allah memerintah, keadaannya seperti ragi yang diambil oleh seorang wanita, lalu diaduk dengan empat puluh liter tepung terigu sampai berkembang semuanya!”
Semuanya diajarkan Yesus kepada orang banyak dengan memakai perumpamaan. Dengan demikian terjadilah yang dikatakan oleh nabi,
“Aku memakai perumpamaan kalau berbicara dengan mereka;
Aku akan memberitakan hal-hal yang tersembunyi semenjak terjadinya dunia ini.”
Setelah itu Yesus meninggalkan orang banyak itu, lalu masuk rumah. Pengikut-pengikut-Nya datang dan berkata, “Coba Bapak terangkan kepada kami arti perumpamaan tentang alang-alang di antara gandum itu.”
Yesus menjawab, “Orang yang menabur benih yang baik itu adalah Anak Manusia. Ladang itu ialah dunia ini. Benih yang baik itu adalah orang-orang yang sudah menjadi umat Allah. Alang-alang itu ialah orang-orang yang berpihak kepada Iblis. Musuh yang menanam alang-alang itu ialah Iblis. Masa panen ialah Hari Kiamat, dan orang-orang yang menuai itu ialah malaikat-malaikat. Sebagaimana alang-alang dikumpulkan dan dibakar di dalam api, begitu juga pada Hari Kiamat nanti. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya mengumpulkan dari antara umat-Nya semua yang menyebabkan orang berbuat dosa, dan semua orang lainnya yang melakukan kejahatan. Mereka semua akan dibuang ke dalam tungku berapi yang bernyala-nyala; di situ mereka akan menangis dan menderita. Dan orang-orang yang melakukan kehendak Allah akan bersinar seperti matahari di dalam Dunia Baru Allah, Bapa mereka. Jadi, kalau punya telinga, dengarkan!”
“Apabila Allah memerintah, keadaannya seperti perumpamaan ini: Ada harta yang terpendam di dalam tanah lalu ditemukan oleh seseorang, dan dimasukkan kembali ke dalam tanah. Kemudian karena gembiranya, orang itu pergi menjual seluruh miliknya, lalu kembali dan membeli tanah itu.”
“Apabila Allah memerintah, keadaannya seperti perumpamaan ini: Seorang pedagang mencari mutiara-mutiara yang berharga. Ketika ia menemukan sebutir mutiara yang luar biasa indahnya, segera ia pergi dan menjual semua miliknya, lalu membeli mutiara yang satu itu.”
“Apabila Allah memerintah, keadaannya diumpamakan dengan pukat yang ditebarkan ke danau, lalu mendapat bermacam-macam ikan. Sesudah pukat itu penuh, pukat itu diangkat ke darat oleh nelayan-nelayan. Kemudian mereka duduk dan memisah-misahkan ikan-ikan itu: Yang baik disimpan dalam tempayan dan yang tidak baik dibuang. Begitulah halnya pada Hari Kiamat, malaikat-malaikat akan pergi memisahkan orang-orang jahat dari orang-orang yang melakukan kehendak Allah. Kemudian orang-orang jahat itu dibuang ke dalam tungku berapi. Di situlah mereka akan menangis dan menderita.”
“Apakah kalian mengerti semuanya itu?” tanya Yesus.
“Mengerti Pak!” jawab mereka.
Lalu Yesus berkata, “Itu sebabnya setiap guru agama yang sudah menjadi anggota umat Allah, adalah seperti seorang tuan rumah yang mengeluarkan dari tempat hartanya barang-barang baru dan lama.”
Setelah Yesus selesai menceritakan perumpamaan-perumpamaan itu, Ia meninggalkan tempat itu, lalu kembali ke kampung halaman-Nya. Di sana Ia pergi mengajar di rumah ibadat, dan orang-orang yang mendengarkan Dia di situ, heran sekali. Mereka berkata, “Dari mana orang ini mendapat hikmat seperti itu? Dan dari mana Ia mendapat kuasa untuk membuat keajaiban? Bukankah Ia anak tukang kayu? Bukankah Maria itu ibu-Nya; dan saudara-saudara-Nya adalah Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara perempuan-Nya tinggal di sini juga? Dari mana Ia mendapat semuanya itu?” Maka mereka menolak Yesus. Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di kampung halamannya dan di rumahnya sendiri.” Maka itu Yesus tidak mengerjakan banyak keajaiban di situ sebab mereka tidak percaya.