Yesus juga memberikan contoh ini:
“Kerajaan Surga dapat diumpamakan ragi yang dimasukkan oleh perempuan ke dalam adonan roti, yang bekerjanya tidak kelihatan sampai seluruh adonan mengembang.”
Yesus selalu memakai banyak perumpamaan semacam itu untuk mengajar orang. Para nabi menyatakan bahwa Ia akan menggunakan banyak sekali perumpamaan. Sesungguhnyalah, Ia tidak pernah berbicara kepada orang banyak tanpa paling sedikit menggunakan satu perumpamaan. Karena sudah dinubuatkan:
“Aku akan berbicara dengan perumpamaan;
Aku akan menerangkan segala rahasia yang tersembunyi sejak awal zaman.”
Setelah Yesus meninggalkan orang banyak dan masuk ke dalam rumah, murid-murid-Nya minta agar Ia menerangkan arti perumpamaan tentang semak duri dan gandum.
“Baiklah,” kata-Nya, “Akulah petani yang menabur benih pilihan. Ladang ialah dunia ini, dan benih pilihan melambangkan warga Kerajaan Surga, sedangkan semak duri melambangkan orang-orang yang menjadi milik Iblis. Musuh yang menabur benih semak duri di antara benih gandum ialah setan; musim panen ialah akhir dunia ini, dan para penuai ialah para malaikat.
“Sama seperti dalam perumpamaan itu semak duri dipisahkan dan dibakar, demikian jugalah akan terjadi pada akhir dunia ini. Aku akan mengutus malaikat-malaikat-Ku dan mereka akan menyingkirkan setiap cobaan dan setiap orang yang jahat dari Kerajaan Surga, dan melemparkan mereka ke dalam dapur api. Kelak akan terdengar tangisan dan kertakan gigi. Pada waktu itulah orang yang saleh akan bersinar seperti matahari di dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan!
“Kerajaan Surga seperti harta yang ditemukan orang di sebuah ladang. Karena senangnya, ia menjual segala sesuatu yang dimilikinya untuk membeli ladang itu supaya memperoleh harta yang ada di dalamnya!
“Kerajaan Surga juga dapat diumpamakan dengan seorang pedagang mutiara yang sedang mencari mutiara pilihan. Ia menemukan sebuah mutiara yang sangat berharga, lalu menjual segala miliknya untuk membeli mutiara itu!
“Kerajaan Surga juga dapat diumpamakan dengan seorang nelayan yang melemparkan jalanya ke dalam air. Ketika jala itu sudah penuh, ditariknya ke tepi pantai, lalu ia duduk untuk memilih ikan-ikan yang telah diperolehnya. Yang dapat dimakan dimasukkannya ke dalam keranjang dan yang tidak berguna dibuangnya. Demikianlah akan terjadi pada akhir dunia ini. Malaikat-malaikat akan datang dan memisahkan orang-orang yang saleh. Yang jahat akan dilemparkan ke dalam api dan di situ akan terdengar tangisan dan kertakan gigi. Mengertikah kalian?”
“Ya, kami mengerti,” kata mereka.
Lalu Ia menambahkan, “Para ahli hukum Yahudi yang sudah menjadi murid-Ku, memiliki harta (Perjanjian) yang baru maupun yang lama.”
Ketika Yesus selesai menceritakan perumpamaan itu, Ia kembali ke kampung halamannya, yaitu Kota Nazaret di Galilea. Di situ Ia mengajar di rumah-rumah ibadat dan setiap orang heran akan hikmat dan mukjizat-mukjizat-Nya.
“Bagaimana mungkin hal itu dapat terjadi?” seru orang-orang itu. “Ia hanya anak seorang tukang kayu, dan kami kenal Maria, ibu-Nya, dan saudara-saudara-Nya yang laki-laki, Yakobus, Yusuf, Simon, dan Yudas. Demikian juga saudara-saudara-Nya yang perempuan—mereka semua tinggal di sini. Bagaimana mungkin Ia dapat memiliki hikmat dan kuasa sebesar itu?” Dan mereka marah sekali terhadap Dia!
Lalu Yesus berkata, “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di antara bangsanya di negerinya sendiri.” Ia tidak banyak membuat mukjizat di situ, sebab mereka tidak percaya.