Kemudian Salomo mengundang para tua-tua Israel, semua pemimpin suku, dan kepala kaum untuk datang berkumpul di Yerusalem untuk membicarakan pemindahan peti perjanjian TUHAN dari bagian lama Yerusalem, yang disebut Sion dan Kota Daud, ke rumah TUHAN.
Lalu, pada waktu perayaan Hari Raya Pondok di bulan Oktober seluruh rakyat Israel berkumpul di Yerusalem. Setelah semua tua-tua bangsa Israel hadir, para imam mengangkat peti perjanjian TUHAN, dibantu oleh orang-orang Lewi yang mengangkut kemah pertemuan dan semua barang kudus di dalam kemah itu. Raja Salomo dan seluruh umat Israel hadir mengiringi pemindahan peti perjanjian. Mereka mempersembahkan domba dan sapi yang tidak terhitung banyaknya.
Para imam membawa masuk peti perjanjian ke tempat yang sudah disiapkan untuknya, yaitu ruang mahakudus di bagian paling dalam rumah TUHAN, dan meletakkannya di bawah sayap kedua bentuk malaikat penjaga. Sayap-sayap malaikat penjaga itu terbentang penuh sehingga dapat menaungi peti perjanjian beserta tongkat-tongkat pengusungnya. Tongkat pengusung itu sangat panjang sehingga ujung-ujungnya terlihat dari ruang kudus, tetapi tidak terlihat dari luar rumah TUHAN. Tongkat pengusung itu masih terpasang pada peti perjanjian sampai saat kitab ini ditulis. Di dalam peti perjanjian TUHAN hanya ada dua lempengan batu yang dahulu Musa letakkan di dalamnya. Kedua lempengan itu bertuliskan perjanjian yang TUHAN buat dengan bangsa Israel di gunung Sinai, setelah mereka keluar dari Mesir.
Ketika para imam meninggalkan ruang kudus, tiba-tiba awan memenuhi rumah TUHAN, yaitu awan yang menandakan kemuliaan TUHAN hadir, sehingga para imam tidak sanggup melanjutkan tugas pelayanan di dalam rumah TUHAN.
Kemudian Salomo berdoa, “Ya TUHAN, Engkau pernah mengatakan bahwa di kemah-Mu, Engkau hadir di balik awan tebal. Sekarang aku sudah membangun rumah yang mulia bagi-Mu supaya Engkau berdiam di sini untuk selamanya.”
Kemudian raja berbalik menghadap rakyat Israel yang sedang berdiri di tempat itu, lalu mengucapkan doa berkat atas mereka. Salomo berkata, “Terpujilah TUHAN, Allah Israel, yang sudah memenuhi janji-Nya kepada ayahku, Daud. Dalam janji-Nya itu, TUHAN berkata, ‘Sejak Aku membawa umat-Ku Israel keluar dari Mesir sampai mereka sudah menetap di negeri Kanaan, Aku tidak pernah memilih satu pun kota di daerah suku-suku Israel untuk mendirikan rumah sebagai tempat menyembah Aku. Akan tetapi, Aku memilih Daud untuk memimpin umat-Ku Israel.’ Sesungguhnya, ayahku Daud sangat ingin mendirikan sebuah rumah untuk menghormati TUHAN, Allah Israel. Namun, TUHAN berkata kepadanya, ‘Niat dan rencanamu itu baik, tetapi bukan kamu yang akan membangun rumah itu, melainkan anak kandungmu yang akan lahir kelak. Dialah yang akan membangun rumah bagi kehormatan-Ku.’ Dan sekarang, TUHAN sudah menepati janji-Nya dengan membuat saya menjadi raja menggantikan ayah saya untuk memimpin kerajaan Israel, dan saya sudah membangun rumah ini bagi TUHAN, Allah Israel. Semua terjadi sesuai janji-Nya. Di dalam rumah ini saya sudah menyiapkan sebuah ruangan untuk menaruh peti yang berisi dua lempengan batu bertuliskan perjanjian yang TUHAN buat dengan nenek moyang kita ketika Dia membawa mereka keluar dari Mesir.”
Kemudian raja Salomo berbalik lagi menghadap mezbah TUHAN, dan di depan seluruh rakyat Israel dia menengadahkan tangannya ke langit. Dia berdoa, “Ya TUHAN, Allah Israel, selain Engkau tidak ada yang ilahi, baik di langit maupun di bumi. Engkau memegang janji-Mu dengan selalu setia mengasihi kami semua hamba-hamba-Mu yang menaati Engkau dengan segenap hati. Engkau menepati janji-Mu kepada hamba-Mu Daud, ayahku. Hari ini Engkau sudah menggenapi perkataan-Mu itu. Dahulu Engkau berjanji kepada ayahku, ‘Anak-cucumu akan terus memerintah sebagai raja Israel turun temurun, asalkan mereka selalu hidup menaati Aku sepertimu.’ Karena itu, ya TUHAN, Allah Israel, tetaplah memegang janji-Mu itu dan genapilah apa yang Engkau ucapkan kepada hamba-Mu, Daud.
“Tetapi, ya Allah, aku tahu bahwa Engkau terlalu agung untuk tinggal di rumah yang aku bangun ini. Jangankan bumi, seluruh tingkat surga dan langit pun tidak cukup untuk menjadi tempat kediaman-Mu! Meski begitu, mohon dengarlah doa hamba-Mu ini, permintaan yang aku serukan kepada-Mu hari ini, ya TUHAN Allahku. Kiranya Engkau selalu memperhatikan rumah ini, yang Engkau janjikan untuk menjadi tempat kehadiran-Mu, dan selalu mendengar doa-doa yang dipanjatkan hamba-Mu dengan menghadap ke rumah ini. Baik aku maupun rakyat Israel, ketika kami berdoa dengan menghadap ke rumah ini, kiranya Engkau mendengar doa kami dari rumah-Mu di surga dan mengampuni dosa-dosa kami.
“Ketika ada orang berselisih karena yang satu berbuat salah terhadap yang lain, lalu dia diminta bersumpah di hadapan mezbah-Mu di rumah ini, dengan mengatakan, ‘Jika aku bersalah, biarlah TUHAN menghukumku,’ maka, ya TUHAN, dengarlah dari surga perkara-perkara para hamba-Mu itu, dan berilah keadilan. Nyatakanlah siapa yang benar dan siapa yang salah, supaya yang salah mendapat hukuman dan yang benar mendapat pembelaan.
“Ketika umat-Mu Israel dikalahkan oleh musuh karena mereka berdosa terhadap Engkau, lalu terpaksa mengungsi ke negeri lain, tetapi kemudian mereka bertobat, mengakui kekuasaan-Mu, dan memanjatkan permohonan mereka dengan menghadap ke rumah-Mu ini, dengarlah doa mereka dari surga. Ampunilah dosa-dosa umat-Mu Israel dan bawalah mereka kembali ke negeri ini, yang sudah Engkau berikan kepada nenek moyang kami.
“Ketika umat-Mu berdosa terhadap Engkau sehingga Engkau menghukum mereka dengan menahan hujan dan mengadakan kekeringan, lalu mereka berdoa dengan menghadap ke rumah-Mu ini untuk mengakui kekuasaan-Mu dan bertobat dari dosa-dosa mereka, dengarlah doa mereka dari surga dan ampunilah dosa hamba-hamba-Mu, umat Israel. Ajarilah mereka cara hidup yang benar, dan turunkanlah hujan ke atas negeri yang sudah Engkau berikan menjadi milik mereka turun temurun.
“Apabila di negeri ini terjadi bencana kelaparan, atau wabah penyakit, atau serangan hama seperti belalang dan ulat, atau jika musuh datang menyerang gerbang kota, apapun musibah atau penyakit yang melanda negeri ini, lalu seseorang atau seluruh umat-Mu Israel menghadap ke rumah ini, menengadahkan tangan untuk mendoakan kesulitan apapun dalam hati mereka masing-masing, dengarlah doa mereka dari rumah-Mu di surga. Ampunilah mereka dan berikanlah jawaban doa kepada setiap orang sesuai dengan sikap dan perbuatan mereka, karena hanya Engkau sajalah yang mengetahui isi hati setiap orang. Dengan begitu, mereka belajar takut dan hormat kepada-Mu sepanjang hidup mereka di tanah yang Engkau berikan kepada nenek moyang kami.
“Begitu juga, ketika ada orang-orang asing, yang bukan umat-Mu Israel, datang dari negeri jauh untuk berdoa di rumah-Mu ini karena mendengar tentang nama-Mu yang termasyhur, kekuasaan-Mu yang hebat, dan kekuatan-Mu yang dahsyat, dengarlah juga doa mereka dari rumah-Mu di surga dan kabulkanlah permohonan mereka, supaya semua bangsa di bumi mengenal Engkau dan belajar takut dan hormat kepada-Mu seperti umat-Mu Israel. Mereka juga akan tahu bahwa rumah yang aku dirikan ini adalah untuk kehormatan-Mu.
“Apabila umat-Mu pergi berperang melawan musuh ke daerah mana pun Engkau mengutus mereka, lalu mereka berdoa kepada-Mu dengan menghadap ke arah kota ini, yang sudah Engkau pilih, yaitu ke arah rumah yang aku dirikan untuk menghormati Engkau, dengarlah doa permohonan mereka dari surga dan berilah mereka kemenangan.
“Suatu hari nanti, tentu umat-Mu akan berdosa terhadap Engkau, karena memang tidak ada manusia yang tak berdosa. Ketika itu terjadi, Engkau akan marah dan menyerahkan umat-Mu untuk ditawan ke negeri musuh, baik yang dekat maupun yang jauh. Tetapi jika kemudian di sana umat-Mu menyadari dosa mereka dan memohon belas kasihan-Mu dengan berkata, ‘Kami sudah berdosa dan berbuat sangat jahat, ya TUHAN,’ lalu dengan sepenuh hati mereka kembali kepada-Mu dan berdoa dengan menghadap ke rumah-Mu ini, yang berada di kota dan negeri yang sudah Engkau pilih dan berikan kepada nenek moyang kami, dengarlah doa permohonan mereka dari rumah-Mu di surga, dan kasihanilah mereka. Ampunilah segala dosa dan pelanggaran yang sudah dilakukan umat-Mu terhadap Engkau. Buatlah musuh-musuh yang menawan mereka berbelas kasihan kepada mereka. Karena mereka adalah umat-Mu, milik kepunyaan-Mu yang istimewa, yang sudah Engkau bawa keluar dari Mesir, negeri perbudakan yang menyiksa seperti panasnya tempat peleburan besi.
“Kiranya Engkau memperhatikan dan mendengar permohonan hamba-hamba-Mu umat Israel, setiap kali mereka berseru kepada-Mu, sebab Engkau ya, TUHAN, sudah mengkhususkan mereka dari antara segala bangsa di bumi untuk menjadi milik-Mu yang istimewa, sebagaimana Engkau katakan melalui hamba-Mu Musa, ketika Engkau membawa nenek moyang kami keluar dari Mesir.”
Demikianlah Salomo berdoa di depan mezbah TUHAN sambil berlutut dan menengadahkan tangannya ke langit. Sesudah selesai, dia pun berdiri dan mengucapkan berkat atas seluruh umat Israel dengan suara nyaring, “Terpujilah TUHAN, yang sudah memberikan tempat tinggal yang tenang bagi umat-Nya Israel sesuai janji-Nya! Semua yang baik, yang sudah TUHAN janjikan melalui hamba-Nya, Musa, sudah Dia penuhi. Kiranya TUHAN, Allah kita, selalu menyertai kita, seperti Dia menyertai nenek moyang kita. Kiranya Dia tidak pernah meninggalkan dan mengabaikan kita. Kiranya Dia mengarahkan hati kita kepada-Nya, agar kita selalu menuruti petunjuk-Nya, dan menaati segala perintah, ketetapan, serta keputusan-Nya, yang telah Dia perintahkan kepada nenek moyang kita. Kiranya TUHAN, Allah kita, selalu mengingat permohonanku ini setiap waktu, juga memperhatikan dan memelihara hamba-Nya ini serta seluruh umat-Nya, dengan menyediakan apapun yang kita perlukan tiap-tiap hari. Maka segala bangsa di bumi akan tahu bahwa TUHAN adalah satu-satunya Allah yang sejati. Selain Dia tidak ada yang ilahi. Dan kiranya kalian masing-masing tetap setia kepada TUHAN Allah kita dengan sepenuh hati, dan selalu hidup mengikuti seluruh ketetapan dan perintah-Nya, seperti yang kalian lakukan sekarang.”
Kemudian Raja Salomo dan seluruh rakyat Israel yang berkumpul di sana mempersembahkan kurban-kurban bagi TUHAN.