Mengejar KeunggulanSampel

Dalam pelayanan kasih

"Aku memberimu hadiah!" cucu saya yang berusia dua tahun berteriak dengan penuh semangat saat dia menekan sebuah kotak ke tangan saya. “Dia memilihnya sendiri,” istri saya tersenyum.

Saya membuka kotak untuk menemukan hiasan Natal dari karakter kartun favoritnya. "Bisakah saya melihatnya?" dia bertanya dengan cemas. Kemudian dia bermain dengan hadiah "saya" selama sisa malam itu, dan saat saya melihatnya, saya tersenyum.

Saya tersenyum karena teringat hadiah yang pernah saya berikan kepada orang-orang terkasih di masa lalu, seperti album musik yang saya berikan kepada kakak laki-laki saya pada suatu Natal ketika saya masih di sekolah menengah yang sangat ingin saya dengarkan (dan lakukan). Dan saya menyadari bagaimana bertahun-tahun kemudian Tuhan masih dan mengajari saya untuk memberi lebih tanpa pamrih.

Tuhan dengan murah hati memberi kita hadiah yang paling tidak mementingkan diri sendiri: Putra tunggal-Nya, yang akan mati di kayu salib untuk dosa-dosa kita dan dibangkitkan untuk hidup. Siapa pun yang menerima hadiah utama ini kaya tak terkira. Saat hati kita terfokus pada-Nya, tangan kita terbuka dalam kasih kepada orang lain.

Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima (Kisah Para Rasul 20:35)

Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi.