Kasih dan PengampunanSampel

Mengatakan hal yang benar

Salah satu masalah moral terbesar yang digumulkan oleh kita semua adalah mengatakan kebenaran, semua tentang kebenaran, dan hanya kebenaran. Kita bisa membengkokkan kebenaran dalam banyak cara atau hanya setengah benar. Hal ini berarti bahwa kita mengatakan kebenaran, tetapi tidak semua yang kita katakan adalah benar. Misalnya, kita memberi tahu bos kita, "Saya tidak enak badan," yang sebenarnya memang betul. Namun, pada kenyataannya, kita tidak begitu sakit sehingga harus bolos kerja. Sebenarnya, kita hanya ingin melakukan hal yang lain. Atau, ada istilah "bohong putih", yaitu kebohongan yang dianggap “tidak salah” atau yang tidak menyakiti siapa pun. Misalnya, “Ya, potongan rambut barumu bagus sekali!”

Kebenaran bukan hanya tentang kesesuaian dengan fakta atau kenyataan. Di dalam Alkitab, kebenaran berarti sesuai dengan standar Tuhan, seperti yang diungkapkan dalam firman-Nya (Yohanes 17:17). Dalam Efesus 4:25, Rasul Paulus mengatakan bahwa kita yang telah mengalami kelahiran baru, harus membuang dusta dan berkata benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota.

Kejujuran penting bagi Tuhan karena Dia adalah Allah Kebenaran yang membenci kebohongan dan kepalsuan. Amsal 12:22 berkata, “Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang berlaku setia dikenan-Nya." Bersikaplah jujur setiap saat. Bahkan jika hal tersebut mungkin menyakiti perasaan orang lain. Berdoalah dan mintalah hikmat Tuhan bagaimana menyampaikannya kepada orang tersebut. Jika kita membutuhkan lebih banyak bantuan, kita dapat mencari seorang pendeta atau penatua untuk mendapatkan nasihat yang saleh. Penting bagi kita untuk mencari nasihat saleh karena hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya suka damai, lembut, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik (Yakobus 3:17). Ketika kita melibatkan Tuhan dalam hubungan kita, Dia akan membantu kita untuk memperbaikinya kembali karena Dialah Damai Sejahtera kita (baca Efesus 2:14-16).