Dalam Pelukan Sang GembalaSampel

Dalam Pelukan Sang Gembala

HARI KE 2 DARI 3

Siapa Diri Kita Sesungguhnya Di Hadapan Tuhan

“Lalu Ia berkata kepada perempuan itu, ‘Dosamu telah diampuni’ (Lukas 7:48).”

Suasana hiruk pikuk di sebuah jamuan pesta yang diselenggarakan Simon, seorang Farisi terpandang di daerahnya. Banyak tamu-tamu penting yang diundang.

Tuhan Yesus juga ada di situ bersama murid-murid-Nya.

Tiba-tiba keramaian itu berganti dengan bisik-bisik. Seorang wanita berjalan menghampiri Tuhan Yesus. Di tangannya dia membawa sebuah buli-buli.

“Hmm, tahukah Yesus bahwa perempuan itu adalah seorang pelacur?” bisik-bisik mendengung.

Tanpa ragu-ragu, perempuan itu, Maria namanya, bersimpuh di kaki Yesus, memecahkan buli-buli itu dan menumpahkan minyaknya ke kaki Yesus.

Dalam sekejap ruangan itu dipenuhi oleh wangi harum dari minyak yang mahal itu. Mengalir di kaki Yesus, menetes. Tidak ada yang menawarinya handuk. Sebagian mencibir. Kasak kusuk tambah ramai mendengung. Kalau sudah ada medsos, kurang lebih sudah mulai ramai di kancah tiktok, instagram, facebook.

Tak diduga-duga oleh semua orang, Maria menguraikan rambutnya yang panjang dan tebal, lalu menyeka kaki Yesus dengan rambutnya.

Hadirin semua ternganga. Bisikan tambah kencang, kali ini bukan hanya dari tamu yang lain, bahkan gerutu pedas dari murid-murid Yesus sendiri.

“Pemborosan!”

Akan tetapi bagaimana reaksi Tuhan Yesus? Dalam Lukas 7:36-50, yang dicuplik sebagian di sini (ayat 44-47), demikian kisahnya:

“Sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: ”Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya. Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku. Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi. Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih.”

Ayat 47 di atas, menggunakan kata penghubung “sebab (hoti)”, dalam bahasa asli dan konteksnya sebetulnya lebih tepat diterjemahkan “oleh sebab itu”. Dosanya yang banyak itu telah diampuni, oleh sebab itu ia telah banyak berbuat kasih, atau oleh karena dosanya telah diampuni, maka ia (dimampukan untuk) banyak berbuat kasih. Sebaliknya orang yang merasa tidak diampuni, maka tidak “mampu” untuk berbuat banyak kasih.

Maria datang kepada Yesus, apa adanya. Menguraikan rambutnya, mencurahkan semua yang dia miliki, dan tak berhenti menciumi kaki Yesus, karena dia tahu bahwa dia diampuni dan diterima oleh Yesus sepenuhnya.

Yesus tahu siapa Maria sesungguhnya.
Yesus tahu masa lalunya.
Yesus tahu bagaimana dia melacurkan dirinya.
Namun yang Yesus lihat adalah anak-Nya yang kekasih.

Maria datang apa adanya, karena dia tahu dia sepenuhnya diampuni.

Seringkali pengertian kita akan pengampunan itu berhenti sampai di kepala kita. Kita diampuni, kemudian kita diajarkan bahwa dengan demikian kita bisa masuk sorga, nanti. Selesai. Kemudian kita berusaha tidak memikirkannya lagi.

Mengapa?

Karena jauh dalam lubuk hati kita, yang terdalam, mungkin ada rasa bersalah. Ada rasa malu. Ada rasa menghukum diri sendiri. Ada aib. Yang berusaha kita tutup-tutupi dan bahkan enggan untuk kita buka kepada Tuhan.

Kadang kita pakai topeng kita untuk menutupi kekhawatiran kita, entah Tuhan menerima aku atau tidak? Entah Tuhan sungguh-sungguh mengampuniku-kah? Topeng itu, seringkali kita pakai dalam bentuk pelayanan atau persembahan kita. Sesuatu yang kita pakai, karena dalam hati kita yang terdalam, kita masih merasa takut dan ragu kalau Tuhan menerima kita.

Kita berusaha melakukan sesuatu untuk melunakkan hati-Nya.

Ketahuilah Tuhan menerima kita apa adanya, mengampuni kita sepenuhnya. Semua dosa masa lalu bahkan dosa yang di masa depan sekalipun. Kita tidak dapat membeli kasih karunia-Nya.

Kalau kita tahu itu, maka kita akan bebas. Siapa diri kita sesungguhnya itu ditentukan bukan oleh apa yang kita pikir siapa kita, tetapi apa yang Allah pikir siapa kita. Mungkin kita pikir kita menjijikkan, mungkin kita benci kepada diri kita sendiri, mungkin kita muak kepada diri kita sendiri, mungkin kita hidup dengan rasa sesal yang diam tidak mau pergi …..

……. tetapi ……

Tuhan Yesus melihat kita sebagai anak-Nya yang kekasih, sebagai orang benar yang dibenarkan oleh darah Kristus, sebagai kekasih yang diampuni, dipeluk, dicintai dan dirindukan.

Itu yang Tuhan Yesus lihat dari kita, dan itulah yang seharusnya kita lihat akan diri kita sendiri.

Agar kita bebas untuk mengampuni diri kita sendiri. Bebas dari aib, malu, rasa bersalah, dan menghakimi diri sendiri.

Lalu kita bisa bebas datang apa adanya kepada Yesus dan mencurahkan segalanya bagi Dia, seperti Maria.

Firman Tuhan, Alkitab

Hari 1Hari 3

Tentang Rencana ini

Dalam Pelukan Sang Gembala

Adakalanya perjalanan hidup kita itu seperti dibanjiri masalah. Masalah yang satu belum selesai, eh, satu lagi masalah datang lagi. Sedang bergumul, eh, bukannya membaik, malah tambah rumit. Mungkin kita tidak mengerti, tetapi percayalah Tuhan sedang bekerja untuk kebaikan kita dan Dia merangkai semua yang terjadi dalam hidup kita. Kiranya renungan 3 hari yang disertai dengan komik (fellowsheep.co) ini memberikan penghiburan dan kekuatan.

More

Kami mengucapkan terima kasih kepada Henry Sujaya yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: https://www.thehopemessage.com/