Mengarahkan Dukacita Menuju Harapan dan KesembuhanSampel
Mencari Teman Dalam Perjalanan
Ketika anda sedang berduka, anda merasa seolah kekuatan anda sedang melemah dan anda mungkin bertanya-tanya apakah kesedihan yang melelahkan ini akan pernah berakhir.
Apa yang dapat saya katakan pada anda dari pengalaman ini adalah rasa kehilangan itu tidak pernah hilang, tetapi luka tajam itu tidak lagi terasa seperti gelas pecah dan lebih seperti batu kali yang halus. Sesuatu yang masih dapat anda lihat dan rasakan, tetapi menjadi pengalaman yang lebih menyenangkan.
Anda mungkin terkejut menemukan bahwa menghibur orang lain dalam situasi yang sama akan memberikan anda penghiburan juga.
Tempatkan diri anda di luar sana. Jadilah yang pertama mengucapkan halo. Saya bahkan tidak dapat mulai menghitung berapa banyak janda yang telah muncul dalam perjalanan saya sejak saya kehilangan suami. Saya harap saya bisa terus menghitung karena kelihatannya seolah mereka tersalurkan ke dalam GPS saya!
Baru-baru ini, saya mampir di sebuah toko yang sering saya kunjungi ketika suami saya masih hidup. Tidak ada yang perlu saya beli, jadi saya hanya berkeliling di dalam toko sambil bernostalgia. Saya sedang setengah melihat barang-barang diskon yang bertumpuk di rak belakang ketika saya memperhatikan seorang wanita sedang melihat satu set mangkok pengaduk berbahan baja. Saya ingin mengambilnya juga. Harganya sangat bagus, tetapi hal terakhir yang saya butuhkan adalah satu set mangkok lagi memenuhi lemari dapur saya.
Saya menengok pada wanita itu dan berkata, “Saya hampir tidak bisa menolak membeli ini. Harganya sangat bagus.” Wanita ini menengok dan tertawa. “Saya tergoda, tetapi saya berjanji pada anak-anak saya tidak akan membeli barang lagi. Suami saya baru saja meninggal. Mereka bilang saya perlu menunggu dan melihat bagaimana kondisi keuangan saya. Sungguh kacau.”
Hati saya dipenuhi belas kasihan. Kesedihan yang ada di dalam hati saya saat itu bergeser begitu kami mulai terlibat dalam percakapan. Sungguh sebuah diskusi yang menyenangkan. Hanya kami berdua berbagi pengalaman—hal yang baik dan buruk dari kehidupan menjanda. Ketika kami mengucapkan selamat tinggal, dia memberi saya sebuah pelukan dan mengucapkan terima kasih. Saya masih ingat dia berkata, “Tuhan memberkatimu” ketika saya berjalan pergi, dan saya berpikir, Ya, ya Dia telah memberkati saya.
Saya tidak pernah bertemu wanita itu lagi, tetapi saya akan mengingat dia selamanya. Saya cukup yakin dia merasakan hal yang sama di mana pun dia berada hari ini. Saya telah memiliki banyak pengalaman yang mirip sejak saat itu. Karena sudah beberapa tahun berlalu sejak saya kehilangan suami, membicarakannya terasa lebih mudah. Namun, saya masih terkejut ketika menyebutkan hal itu dan siapa pun yang berbicara pada saya mengakui mengalami kehilangan yang sama. Di momen-momen itu, saya tahu Tuhan sedang tersenyum pada kami berdua, menyaksikan kami berdua pulih dan memuji-Nya karena mempertemukan kami.
Tuhan memberkatimu.
Bapa Surgawi, terima kasih karena Engkau membawa orang lain masuk dalam hidup saya di musim yang sulit ini. Firman-Mu dan berkat berlimpah memberi saya kekuatan dan membawa damai sejahtera. Tolong bantu saya fokus pada betapa bersyukurnya saya untuk waktu yang saya miliki dengan suami saya, dan ijinkan saya untuk merasakan kenangan itu dengan senyum dalam hati saya. Saya berdoa agar Engkau memakai saya untuk menolong orang lain dengan cara yang sama di sepanjang perjalanan ini. Dengan kerendahan hati saya mendengarkan tuntunan-Mu. Amin.
Firman Tuhan, Alkitab
Tentang Rencana ini
Dukacita sulit dimengerti atau dijelaskan. Ketika kehilangan suami saya, rasanya seperti menggabungkan kesedihan dan kesepian dengan kegelisahan tentang apa yang akan terjadi di hari esok dan ketakutan akan bagaimana saya dapat menghadapi itu semua. Jika anda menemukan diri anda bergumul dengan rasa duka, ketahuilah bahwa anda tidak sendiri. Seperti yang saya bagikan dalam novel saya Si Pengumpul Cangkang, Tuhan selalu bersama kita melalui kepedihan dan akan menolong kita menavigasi jalan.
More