Renungan Hari Pengucapan Syukur bersama Paul TrippSampel

Paul Tripp's Daily Thanksgiving Devotional

HARI KE 9 DARI 12

Saat saya menuliskan kualitas karakter kasih yang sejati, “benar, rendah hati, penuh suka cita, dan tekun”, hati saya dipenuhi dengan kesedihan akan penghukuman. Saya berpikir, “Kasih saya seringkali tidak benar.” Bukan, yang saya maksud benar di sini bukanlah lawan dari palsu. Di sini saya tidak berpikir tentang kemunafikan “Saya akan berbuat seolah-olah saya mengasihi Anda sekalipun saya tidak mengasihi Anda.” Benar yang saya maksud di sini adalah “lurus”, seperti jenis panah yang dipastikan oleh pemanah untuk ditarik keluar dari tabung anak panahnya. Dia menginginkan panah yang benar-benar lurus sehingga saat dilepaskan dari busurnya, tidak akan melenceng ke arah yang salah. Benar di sini berarti konsisten, bisa diandalkan, dan tidak condong ke arah yang tidak dikehendaki. Sayangnya, masih ada ketidakkonsistenan dalam kasih saya. Ketika seseorang tidak sependapat dengan saya, ketika seseorang mengganggu rencana saya, ketika saya terpaksa menunggu, atau ketika seseorang mendapatkan sesuatu yang seharusnya untuk saya, itulah saat di mana saya tergoda untuk merespon dengan cara yang kurang mengasihi.

Kata yang kedua, rendah hati, menjelaskan mengapa saya merespon demikian. Saya masih kurang rendah hati. Saya masih cenderung mementingkan rencana saya, perasaan saya, keinginan saya, dan harapan saya. Saya masih tergoda untuk menilai “seberapa baiknya” sebuah hari dari seberapa ia menyenangkan saya dan bukannya dari seberapa saya berkenan kepada Tuhan dan mengasihi sesama. Saya masih tergoda untuk hidup menurut kehendak saya dan melupakan bahwa saya telah dibeli dan harganya telah lunas. Dan semua ini menyebabkan kasih menjadi sebuah beban dan bukannya suka cita, seperti kata yang ketiga. Memang benar bahwa ketika Anda hidup untuk diri sendiri, panggilan untuk mengasihi sesama selalu menjadi beban bagi Anda.

Kata yang terakhir menunjukkan standar tertinggi dan tersulit dari kasih: ketekunan. Kasih yang tidak setia adalah kasih yang bernilai rendah. Kasih yang berubah sesuai arah angin sama sekali bukanlah kasih. Itu hanya angin-anginan dan bersifat sementara sehingga lebih banyak membawa kerusakan daripada kebaikan. Itulah sebabnya kasih Allah yang kekal dan setia merupakan penghiburan yang sangat besar dan memotivasi kita.

Pertanyaan selanjutnya adalah, “Di manakah di dunia ini saya bisa memperoleh kasih seperti ini?” Memang, hal ini takkan pernah muncul dengan hanya mengatakan pada diri sendiri bahwa Anda akan berbuat lebih baik. Jika Anda memiliki kuasa untuk mengubah diri sedemikian rupa, maka salib Yesus Kristus tidak penting lagi. Satu-satunya cara agar saya bisa terlepas dari belenggu keegoisan yang mengasihi diri sendiri dan benar-benar mulai mengasihi orang lain adalah dengan mengampuni, membebaskan, memberdayakan kasih kekal yang ditempatkan dalam diri saya. Semakin saya bersyukur atas kasih itu, semakin saya menemukan suka cita dalam memberi kepada orang lain. Kasih Allah, yang diberikan dengan suka rela, menyediakan satu-satunya pengharapan bahwa saya bisa memiliki kasih dalam hati saya sehingga bisa memberi dengan penuh suka cita juga.

Firman Tuhan, Alkitab

Hari 8Hari 10

Tentang Rencana ini

Paul Tripp's Daily Thanksgiving Devotional

Hari Pengucapan Syukur adalah hari di saat kita mengingat semua hal baik yang Tuhan berikan pada kita dengan murah hati. Namun terkadang kesibukan perayaan ini malah mengambil terlalu banyak dari waktu kita untuk mensyukuri pemberian-Nya. Dalam rencana bacaan dari Paul David Tripp, hanya butuh 5 menit saja untuk membaca renungan singkat ini, namun Anda akan diajak untuk merenungkan belas kasih Tuhan sepanjang hari.

More

Kami berterima kasih kepada Crossway yang telah menyediakan rencana bacaan ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi: https://www.crossway.org/books/new-morning-mercies-hcj/