Kisah Para Rasul 27:14-44

Kisah Para Rasul 27:14-44 Alkitab dalam Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK)

Tetapi tak lama kemudian angin ribut -- yaitu angin yang disebut angin Timur Laut -- membadai dari darat, dan memukul kapal kami. Oleh sebab tidak mungkin kapal berlayar terus melawan angin, maka kami menyerah saja dan membiarkan kapal terhanyut dibawa angin. Kami terlindung sedikit, ketika kami lewat di sebelah selatan pulau Kauda yang kecil itu. Di situ dengan susah payah kami berhasil menguasai sekoci kapal kami. Sesudah sekoci itu dinaikkan ke kapal, kapal itu sendiri diperkuat dengan memakai tali yang diikat melingkari kapal itu. Karena takut terdampar di dasar pasir Sirtis yang dangkal, layar diturunkan lalu kapal dibiarkan mengikuti angin. Angin terus mengamuk, sehingga keesokan harinya muatan kapal mulai dibuang ke dalam laut. Hari berikutnya lagi awak-awak kapal itu membuang pula perkakas-perkakas kapal ke laut dengan tangan mereka sendiri. Berhari-hari lamanya kami tidak melihat matahari dan bintang, dan angin pun terus-menerus mengamuk. Akhirnya lenyaplah harapan kami untuk selamat. Beberapa waktu lamanya orang-orang itu tidak makan. Maka Paulus pergi berdiri di tengah-tengah mereka lalu berkata, “Saudara-saudara! Kalau kalian sudah menuruti nasihat saya dan tidak berlayar dari Kreta, kita tidak mengalami semua kerusakan dan kerugian ini. Tetapi sekarang pun saya minta dengan sangat supaya kalian berbesar hati. Tidak seorang pun dari Saudara yang akan mati; kita akan kehilangan hanya kapal ini saja. Sebab tadi malam malaikat dari Allah yang saya sembah, yaitu Allah yang memiliki saya, datang kepada saya. Malaikat itu berkata, ‘Jangan takut, Paulus! Sebab engkau akan menghadap Kaisar. Dan atas kebaikan hati Allah kepadamu, semua orang yang berlayar denganmu akan selamat karena engkau.’ Oleh sebab itu, Saudara-saudara, hendaklah Saudara berbesar hati! Sebab saya percaya kepada Allah bahwa semuanya akan terjadi seperti yang dikatakan-Nya kepada saya. Tetapi kita akan terdampar nanti di pantai suatu pulau.” Pada malam yang keempat belas kami sedang terapung-apung di Laut Adria. Kira-kira tengah malam awak kapal merasa kapal sedang mendekati darat. Jadi mereka mengulurkan tali dengan batu untuk mengukur dalamnya laut. Ternyata tempat itu sedalam hampir empat puluh meter. Tidak lama kemudian mereka mengukur lagi, lalu mendapati laut di tempat itu sedalam hampir tiga puluh meter. Mereka takut kapal akan terkandas pada batu karang, jadi mereka menurunkan empat buah sauh dari bagian belakang kapal, lalu mengharap kalau boleh cepat-cepat pagi. Diam-diam para awak kapal mencoba lari dari kapal itu. Mereka menurunkan sekoci ke air dengan berbuat seolah-olah mau menurunkan sauh dari depan kapal. Tetapi Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajurit yang di kapal itu, “Kalau awak kapal ini tidak tinggal di kapal, Saudara-saudara semuanya tidak dapat selamat.” Oleh sebab itu prajurit-prajurit itu memotong tali sekoci itu, sehingga sekoci itu hanyut. Pada waktu sebelum fajar, Paulus menganjurkan supaya mereka semua makan. Paulus berkata, “Sudah empat belas hari lamanya Saudara semuanya hanya menunggu-nunggu saja dalam keadaan tegang dan tidak makan apa-apa. Saya anjurkan, makanlah sedikit. Itu baik untuk kalian, supaya kalian kuat lagi. Sebab Saudara semuanya akan selamat dan tidak kurang apa-apa.” Sesudah berkata begitu Paulus mengambil roti lalu mengucap terima kasih kepada Tuhan di hadapan mereka semua. Kemudian ia membagi-bagi roti itu, lalu makan. Maka mereka semua bersemangat kembali dan turut makan juga. Semua yang berada di kapal itu ada dua ratus tujuh puluh enam orang. Setelah semua makan secukupnya, mereka membuang muatan gandum ke laut supaya kapal menjadi ringan. Waktu hari sudah siang, awak kapal melihat daratan, tetapi mereka tidak tahu daratan apa itu. Mereka melihat sebuah teluk dengan pantainya. Jadi mereka bermaksud mendaratkan kapal di sana kalau dapat. Maka tali-tali sauh dipotong lalu sauh-sauh itu dibiarkan tenggelam ke laut. Sejalan dengan itu juga mereka melepaskan tali yang mengikat kemudi-kemudi. Kemudian mereka menaikkan layar di bagian depan kapal supaya angin meniup kapal itu maju menuju pantai. Tetapi kapal itu terbentur dasar pasir. Bagian depannya terkandas dan tidak bergerak, sedangkan bagian belakangnya hancur dipukul ombak yang keras. Prajurit-prajurit di kapal itu berniat membunuh semua orang tahanan, karena mereka takut jangan-jangan nanti ada yang berenang ke darat dan lari. Tetapi perwira itu mencegah niat mereka itu karena ia mau menyelamatkan Paulus. Ia menyuruh semua orang yang dapat berenang terjun dahulu dan berenang ke pantai; yang lain-lainnya harus menyusul dengan berpegang pada papan-papan atau pecahan kapal itu. Dengan jalan begitulah kami semua selamat sampai ke darat.

Kisah Para Rasul 27:14-44 Terjemahan Sederhana Indonesia (TSI)

Namun tidak lama kemudian, angin topan— yang terkenal sebagai ‘Angin Timur Laut’— bertiup dari arah pulau itu. Kapal kami terjebak di tengah angin topan dan tidak mungkin bisa berlayar lagi melawan angin keras itu. Jadi para anak buah kapal membiarkan kapal terbawa oleh angin. Ketika kami sedikit terlindung dari badai karena melewati tepian sebuah pulau kecil bernama Klauda, dengan susah payah kami berhasil mengamankan perahu kecil yang terikat di belakang kapal itu. Sesudah perahu kecil itu ditarik ke atas, para anak buah kapal memasang tali kuat-kuat melingkar di sekeliling kapal, lalu menurunkan layar dan jangkar supaya kapal lebih lambat terbawa angin. Mereka melakukannya karena takut jangan sampai kapal itu terkandas di Sirtis, yaitu daerah perairan dangkal yang berpasir. Tetapi angin topan dan gelombang masih sangat kencang menghantam kapal, sehingga besoknya, para anak buah kapal membuang muatan ke laut supaya kapal lebih ringan. Hari berikutnya, mereka bahkan membuang sebagian alat-alat kapal ke laut. Berhari-hari lamanya kami tidak melihat matahari atau bintang. Angin topan terus saja bertiup kencang, sampai akhirnya kami tidak punya harapan lagi untuk bisa selamat. Apalagi, selama berhari-hari itu kami semua juga tidak makan. Kemudian Paulus berdiri di antara kami dan berkata, “Saudara-saudara, seandainya dulu kalian mengikuti saran saya supaya tidak berlayar dari Kreta, kita tidak akan mengalami bencana dan kerugian seperti ini. Tetapi sekarang, saya menasihatkan supaya kalian jangan putus asa. Karena tidak ada satu pun di antara kita yang akan mati. Hanya kapal ini saja yang hancur nanti. Saya berkata begitu karena tadi malam, saya didatangi oleh malaikat utusan Allah yang saya sembah dan saya layani. Malaikat itu berkata, ‘Paulus, jangan takut. Kamu pasti akan menghadap raja Romawi. Dan atas kebaikan hati Allah kepadamu, Dia berjanji bahwa semua orang yang berlayar denganmu akan selamat.’ Jadi Saudara-saudara, janganlah putus asa. Karena saya yakin Allah akan menepati janji-Nya itu kepada saya. Tetapi kapal ini pasti akan terkandas di sebuah pulau.” Sampai malam keempat belas, kapal masih diombang-ambingkan angin topan di tengah Laut Adria. Lalu pada tengah malam para anak buah kapal merasakan kapal sedang mendekati daratan. Lalu mereka mengukur kedalaman laut dengan menjatuhkan batu bertali, ternyata dalamnya kira-kira tiga puluh tujuh meter. Sesudah maju sedikit lagi, mereka kembali mengukur kedalaman dan ternyata laut di tempat itu dalamnya hanya dua puluh tujuh meter. Karena takut kalau-kalau kapal terkandas pada batu karang, mereka menurunkan empat jangkar di bagian belakang untuk memperlambat laju kapal, sambil berharap supaya hari cepat pagi. Tetapi waktu itu para anak buah kapal menurunkan perahu kecil untuk melarikan diri. Mereka menipu kami dengan berpura-pura mau menurunkan beberapa jangkar dari depan kapal. Tetapi Paulus berkata kepada Yulius dan tentara-tentaranya, “Kalau anak buah kapal itu tidak tetap tinggal di dalam kapal, kalian semua tidak akan selamat.” Jadi para tentara memotong tali-tali yang mengikat perahu kecil itu dan membiarkannya jatuh dan hanyut terbawa ombak. Menjelang pagi, Paulus mendesak kami semua untuk makan dengan berkata, “Sudah empat belas hari kita tidak makan apa-apa karena menunggu dengan kuatir. Karena itu, saya mohon Saudara-saudara, makanlah sekarang, demi kebaikan kalian. Karena percayalah, tidak seorang pun dari antara kalian yang akan binasa. Bahkan sehelai rambut di kepala kita pun tidak akan ada yang hilang.” Sesudah berkata begitu, Paulus mengambil roti dan mengucap syukur kepada Allah atas makanan itu di hadapan semua orang. Lalu dia menyobek-nyobek roti itu, mengambil sebagian dan mulai makan. Lalu kami semua menjadi bersemangat lagi dan ikut makan bersama Paulus. (Kami yang ada di kapal itu berjumlah dua ratus tujuh puluh enam orang.) Sesudah kami semua makan dengan cukup, para anak buah kapal meringankan kapal lagi dengan membuang muatan gandum ke laut. Ketika matahari sudah terbit, mereka melihat daratan yang tidak dikenal, tetapi di situ ada teluk yang berpantai. Jadi mereka memutuskan untuk mencoba mendaratkan kapal di pantai itu. Mereka pun memotong tali-tali jangkar dan membiarkan jangkar itu tenggelam ke laut, serta melepaskan tali-tali yang mengikat alat kemudi kapal. Lalu mereka menaikkan layar supaya angin meniup kapal itu menuju pantai. Tetapi di suatu tempat yang dangkal, kapal itu menabrak pasir sehingga terkandas. Bagian depan kapal terbentur dengan sangat keras ke pasir sehingga tidak bisa bergerak sama sekali, sedangkan bagian belakang kapal mulai hancur dihantam ombak. Pada waktu itu, tentara-tentara berencana untuk membunuh semua tahanan supaya tidak ada yang berenang ke darat dan melarikan diri. Tetapi Yulius mau menyelamatkan Paulus. Maka dia melarang mereka dan memerintahkan supaya orang-orang yang bisa berenang lebih dulu terjun ke laut dan berenang ke daratan. Sedangkan penumpang lain yang tidak bisa berenang disuruh berpegangan pada papan-papan pecahan kapal atau benda-benda lain yang mengapung. Dengan cara begitu, semua orang sampai di pantai dengan selamat.

Kisah Para Rasul 27:14-44 Firman Allah Yang Hidup (FAYH)

Tetapi tidak lama kemudian tiba-tiba cuaca berubah dan angin badai (disebut “Angin Timur Laut”) melanda kapal kami dan meniupnya ke tengah laut. Mula-mula awak kapal berusaha mengarahkan kapal ke pantai tetapi sia-sia. Akhirnya mereka menyerah dan membiarkan kapal dibawa angin. Kami berlayar di balik pulau kecil bernama Kauda, dan di situ dengan susah payah kami mengangkat sekoci yang ditarik di belakang kapal. Mereka melilitkan tali-temali melingkari kapal untuk memperkuatnya. Karena takut terdampar pada pasir terapung di pantai Afrika, mereka menurunkan layar dan membiarkan kapal itu terombang-ambing. Keesokan harinya, karena badai semakin hebat, awat kapal membuang muatan kapal ke laut. Pada hari yang ketiga, mereka membuang alat-alat derek dan semua benda yang dapat mereka buang. Kami tidak melihat matahari maupun bintang selama berhari-hari, jadi tidak ada orientasi yang mungkin. Badai mengamuk terus begitu hebat, sehingga akhirnya putuslah segala harapan kami untuk menyelamatkan diri. Sudah beberapa hari lamanya kami tidak makan, tetapi akhirnya Paulus berdiri di tengah-tengah awak kapal, lalu berkata, “Saudara-saudara, seandainya nasihat saya diturut dan kita tidak meninggalkan Pelabuhan Indah, kita tentu terhindar dari segala kesulitan dan kerugian ini. Tetapi tetaplah bertabah hati! Sebab tidak seorang pun di antara kita akan binasa, meskipun kapal ini akan tenggelam. “Karena tadi malam datang seorang malaikat dari Allah yang saya sembah karena saya adalah milik-Nya. Ia berdiri di samping saya, dan berkata, ‘Jangan takut, Paulus! Engkau pasti akan menghadap Kaisar. Lebih daripada itu, Allah telah mendengar permohonanmu dan akan menyelamatkan semua orang yang berlayar bersama dengan engkau.’ Sebab itu, tabahkanlah hatimu! Karena saya percaya kepada Allah! Segala yang difirmankan-Nya pasti terjadi. Namun kita akan terdampar di sebuah pulau.” Pada tengah malam, ketika kami terombang-ambing di Laut Adria setelah dilanda badai empat belas hari lamanya, para pelaut merasa bahwa mereka mendekati daratan. Mereka mengukur dalamnya laut dan ternyata air di situ dua puluh depa dalamnya. Setelah maju sedikit, mereka mengukur lagi dan ternyata air lima belas depa dalamnya. Mereka tahu bahwa kapal mereka akan segera terdampar ke pantai. Karena takut kandas pada batu karang di tepi pantai, mereka pun membuang empat buah sauh di buritan dan mengharapkan fajar segera menyingsing. Beberapa orang pelaut bermaksud melarikan diri dari kapal. Mereka menurunkan sekoci berpura-pura hendak membuang sauh di haluan. Tetapi Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya, “Setiap orang harus tinggal di kapal. Kalau tidak, kalian semua akan binasa.” Lalu prajurit-prajurit memutuskan tali sekoci dan sekoci itu jatuh ke laut lalu hanyut. Ketika hari menjelang pagi, Paulus mengajak semua orang untuk makan. “Sudah selama dua minggu Saudara sekalian tidak makan apa-apa,” katanya. “Sekarang makanlah untuk menjaga kesehatan, karena tidak seorang pun di antara Saudara akan binasa.” Kemudian ia mengambil roti kering dan mengucap syukur kepada Allah di hadapan mereka semua, lalu mulai makan. Semua orang merasa lebih besar hati dan mulai makan. Jumlah orang yang berada di kapal ialah dua ratus tujuh puluh enam. Sesudah makan, para awak kapal memperingan kapal dengan membuang semua muatan gandum ke laut. Ketika hari sudah siang, mereka melihat suatu teluk yang rata pantainya, tetapi mereka tidak mengenal daratan itu. Mereka ragu-ragu apakah dapat berlayar di antara karang-karang itu, lalu mendamparkan kapal itu ke pantai. Akhirnya mereka memutuskan untuk mencoba. Setelah memutuskan tali-tali sauh dan membiarkan sauh-sauh itu di dalam laut, mereka menurunkan kemudi, memasang layar topang, lalu mengarah ke pantai. Tetapi mereka melanggar busung pasir dan kapal itu kandas. Haluannya terpancang kukuh, sedangkan buritannya hancur dilanda gelombang yang dahsyat. Para prajurit menyarankan kepada atasan mereka agar para tawanan dibunuh supaya tidak melarikan diri dengan berenang ke darat. Tetapi Yulius ingin menyelamatkan Paulus. Karena itu, saran mereka ditolaknya. Semua yang dapat berenang diperintahkannya supaya terjun ke laut menuju darat. Selebihnya agar berusaha menyusul ke darat dengan menggunakan papan dan pecahan-pecahan kapal. Dengan demikian semua tiba di darat dengan selamat.

Kisah Para Rasul 27:14-44 Perjanjian Baru: Alkitab Mudah Dibaca (AMD)

Tetapi setelah itu, tiba-tiba angin kencang yang dinamakan angin “Timur Laut” bertiup dari arah darat. Kapal itu terjebak dalam angin keras dan tidak bisa menahan angin. Maka kami berhenti mencoba dan membiarkan angin itu membawa kapal kami. Dengan berlindung di pesisir pulau kecil bernama Kauda dari angin, kami berhasil menambatkan sekoci, meskipun dengan banyak kesulitan. Setelah menaikkan sekoci, mereka mengikatkan tali ke sekeliling kapal untuk memperkuatnya. Orang-orang takut kalau kapal itu akan menabrak dasar pantai Sirtis, mereka menurunkan jangkar dan membiarkan angin membawa kapal itu. Keesokan harinya badai yang hebat menerpa kami sehingga orang-orang mulai membuang sebagian muatan ke laut. Pada hari berikutnya, mereka membuang peralatan kapal ke laut. Selama berhari-hari, kami tidak melihat matahari ataupun bintang-bintang. Badai yang sangat mengerikan terus menerpa kami sehingga putuslah harapan kami untuk bisa selamat. Orang-orang tidak makan untuk beberapa waktu. Lalu suatu hari Paulus berdiri di hadapan mereka dan berkata, “Saudara-saudara, kamu seharusnya mendengarkan nasihatku untuk tidak berlayar ketika kita masih berada di pulau Kreta. Jadi, kamu tidak akan mengalami kerusakan dan kehilangan ini. Tetapi sekarang aku minta dengan sangat agar kamu tidak putus asa. Sebab tak seorang pun dari antaramu yang akan mati, meskipun kapal ini akan hancur. Tadi malam, malaikat dari Allah, Allahku yang aku layani, datang berdiri di hadapanku. Malaikat itu berkata, ‘Paulus, jangan takut! Kamu harus berdiri di depan pengadilan Kaisar. Dan Allah telah bermurah hati kepadamu dan akan menyelamatkan semua orang yang berlayar bersamamu.’ Jadi, Saudara-saudara, tabahkanlah hatimu, karena aku percaya kepada Allah. Hal ini akan terjadi seperti apa yang telah Ia katakan kepadaku. Tetapi kita akan terdampar di suatu pulau.” Pada malam yang keempat belas ketika kami masih terapung-apung di sekitar Laut Adria. Para awak kapal mengira kami mendekati daratan. Mereka melempari tali yang diberi pemberat untuk mengukur kedalaman air, ternyata kedalamannya 40 meter. Mereka maju sedikit lagi dan kembali melemparkan tali. Kedalaman air itu adalah 30 meter. Karena para awak kapal takut kalau kami akan menabrak karang, maka mereka menurunkan empat jangkar dari belakang kapal dan berharap pagi segera datang. Beberapa awak kapal mencoba untuk melarikan diri dari kapal. Mereka menurunkan sekoci dari haluan kapal dengan berpura-pura menurunkan lebih banyak jangkar dari depan kapal. Tetapi Paulus berkata kepada perwira dan para prajurit lainnya, “Jika orang-orang tidak tetap di kapal, kalian semua tidak akan selamat.” Jadi, para prajurit itu memotong tali dan membiarkan sekocinya hanyut. Tepat sebelum fajar, Paulus mengajak mereka semua untuk makan. Ia berkata, “Selama 14 hari ini kamu terus-menerus menunggu dalam keadaan tegang tanpa makan apa pun. Sekarang, aku sarankan supaya kamu makan sesuatu. Kamu perlu makan untuk tetap hidup. Tidak ada seorangpun di antaramu yang akan mati.” Setelah mengatakan demikian, Paulus mengambil roti dan bersyukur kepada Allah di hadapan mereka semua. Kemudian ia membagi-bagikannya dan mulai makan. Semua orang menjadi bersemangat dan mulai makan juga. (Ada 276 orang di dalam kapal itu.) Kami semua makan secukupnya. Lalu kami mulai meringankan kapal dengan membuangi muatan gandum ke laut. Ketika hari mulai terang, para awak kapal belum bisa melihat daratan, tetapi mereka melihat teluk dengan pantainya dan mereka berencana untuk melabuhkan kapal itu ke sana kalau mereka bisa. Jadi, mereka memotong tali-tali jangkar dan meninggalkan jangkar-jangkar di dasar laut. Pada saat yang sama, mereka melepaskan tali-tali yang mengikat kemudi. Kemudian mereka menaikkan layar searah angin dan berlayar menuju ke pantai. Akan tetapi kapal itu membentur dasar pantai dan bagian depan kapal tersangkut dan tidak dapat bergerak. Kemudian gelombang besar mulai memecahkan bagian belakang kapal itu sampai berkeping-keping. Para prajurit memutuskan untuk membunuh semua tahanan supaya tidak ada yang berenang ke darat dan meloloskan diri. Tetapi Yulius, perwira itu ingin menyelamatkan Paulus sehingga ia tidak mengijinkan rencana itu dilakukan. Maka ia memerintahkan agar orang-orang yang dapat berenang melompat ke laut dan berenang ke daratan. Orang-orang lainnya akan menyusul dengan menggunakan papan atau pecahan kapal. Dengan begitu, semua orang selamat sampai ke daratan.

Kisah Para Rasul 27:14-44 Alkitab Terjemahan Baru (TB)

Tetapi tidak berapa lama kemudian turunlah dari arah pulau itu angin badai, yang disebut angin ”Timur Laut”. Kapal itu dilandanya dan tidak tahan menghadapi angin haluan. Karena itu kami menyerah saja dan membiarkan kapal kami terombang-ambing. Kemudian kami hanyut sampai ke pantai sebuah pulau kecil bernama Kauda, dan di situ dengan susah payah kami dapat menguasai sekoci kapal itu. Dan setelah sekoci itu dinaikkan ke atas kapal, mereka memasang alat-alat penolong dengan meliliti kapal itu dengan tali. Dan karena takut terdampar di beting Sirtis, mereka menurunkan layar dan membiarkan kapal itu terapung-apung saja. Karena kami sangat hebat diombang-ambingkan angin badai, maka pada keesokan harinya mereka mulai membuang muatan kapal ke laut. Dan pada hari yang ketiga mereka membuang alat-alat kapal dengan tangan mereka sendiri. Setelah beberapa hari lamanya baik matahari maupun bintang-bintang tidak kelihatan, dan angin badai yang dahsyat terus-menerus mengancam kami, akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami. Dan karena mereka beberapa lamanya tidak makan, berdirilah Paulus di tengah-tengah mereka dan berkata: ”Saudara-saudara, jika sekiranya nasihatku dituruti, supaya kita jangan berlayar dari Kreta, kita pasti terpelihara dari kesukaran dan kerugian ini! Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorang pun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milik-Nya, berdiri di sisiku, dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku. Namun kita harus mendamparkan kapal ini di salah satu pulau.” Malam yang keempat belas sudah tiba dan kami masih tetap terombang-ambing di laut Adria. Tetapi kira-kira tengah malam anak-anak kapal merasa, bahwa mereka telah dekat daratan. Lalu mereka mengulurkan batu duga, dan ternyata air di situ dua puluh depa dalamnya. Setelah maju sedikit mereka menduga lagi dan ternyata lima belas depa. Dan karena takut, bahwa kami akan terkandas di salah satu batu karang, mereka membuang empat sauh di buritan, dan kami sangat berharap mudah-mudahan hari lekas siang. Akan tetapi anak-anak kapal berusaha untuk melarikan diri dari kapal. Mereka menurunkan sekoci, dan berbuat seolah-olah mereka hendak melabuhkan beberapa sauh di haluan. Karena itu Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: ”Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.” Lalu prajurit-prajurit itu memotong tali sekoci dan membiarkannya hanyut. Ketika hari menjelang siang, Paulus mengajak semua orang untuk makan, katanya: ”Sudah empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa. Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorang pun di antara kamu akan kehilangan sehelai pun dari rambut kepalanya.” Sesudah berkata demikian, ia mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah di hadapan semua mereka, memecah-mecahkannya, lalu mulai makan. Maka kuatlah hati semua orang itu, dan mereka pun makan juga. Jumlah kami semua yang di kapal itu dua ratus tujuh puluh enam jiwa. Setelah makan kenyang, mereka membuang muatan gandum ke laut untuk meringankan kapal itu. Dan ketika hari mulai siang, mereka melihat suatu teluk yang rata pantainya. Walaupun mereka tidak mengenal daratan itu, mereka memutuskan untuk sedapat mungkin mendamparkan kapal itu ke situ. Mereka melepaskan tali-tali sauh, lalu meninggalkan sauh-sauh itu di dasar laut. Sementara itu mereka mengulurkan tali-tali kemudi, memasang layar topang, supaya angin meniup kapal itu menuju pantai. Tetapi mereka melanggar busung pasir, dan terkandaslah kapal itu. Haluannya terpancang dan tidak dapat bergerak dan buritannya hancur dipukul oleh gelombang yang hebat. Pada waktu itu prajurit-prajurit bermaksud untuk membunuh tahanan-tahanan, supaya jangan ada seorang pun yang melarikan diri dengan berenang. Tetapi perwira itu ingin menyelamatkan Paulus. Karena itu ia menggagalkan maksud mereka, dan memerintahkan, supaya orang-orang yang pandai berenang lebih dahulu terjun ke laut dan naik ke darat, dan supaya orang-orang lain menyusul dengan mempergunakan papan atau pecahan-pecahan kapal. Demikianlah mereka semua selamat naik ke darat.