“Tetapi, Tuhan,” seru Ananias, “saya telah mendengar mengenai kejahatan-kejahatan yang telah dilakukannya terhadap Kristen di Yerusalem! Dan kami dengar bahwa ia membawa surat kuasa dari imam besar untuk menangkap semua orang yang menyembah-Mu di Damsyik!”
Tetapi Tuhan berkata, “Pergilah dan lakukan yang Kuperintahkan, sebab Saulus telah Kupilih sebagai alat untuk menyampaikan pesan-Ku bukan saja kepada orang-orang Israel, melainkan juga kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja. Akan Kutunjukkan kepadanya betapa ia harus menderita bagi-Ku.”
Maka Ananias pun pergilah dan ketika ia bertemu dengan Saulus, ia menumpangkan tangan ke atasnya sambil berkata, “Saudaraku Saulus, Tuhan Yesus Kristus yang menampakkan diri kepada Saudara dalam perjalanan, telah mengutus saya supaya Saudara dipenuhi Roh Kudus dan supaya penglihatan Saudara pulih.”
Seketika itu juga seolah-olah ada selaput yang gugur dari matanya. Saulus dapat melihat lagi dan segera ia dibaptiskan. Kemudian ia makan dan pulihlah kekuatannya. Ia tinggal bersama-sama dengan orang-orang Kristen di Damsyik selama beberapa hari. Setelah itu ia segera pergi ke rumah ibadat dan bercerita kepada orang-orang di sana mengenai Berita Kesukaan tentang Yesus Kristus—bahwa Dia sesungguhnya Anak Allah!
Semua orang yang mendengar dia merasa heran. “Bukankah orang ini yang dengan kejamnya menganiaya pengikut-pengikut Kristus di Yerusalem?” tanya mereka. “Dan bukankah dia datang ke sini untuk menangkap dan membawa mereka dengan terbelenggu kepada imam-imam kepala?”
Saulus makin bersemangat menyampaikan khotbahnya, dan orang-orang Yahudi di Damsyik tidak dapat membantah bukti-bukti yang menyatakan bahwa Yesus sesungguhnya Kristus.
Beberapa waktu kemudian para pemimpin orang Yahudi bertekad akan membunuh Saulus. Tetapi Saulus diberi tahu tentang rencana mereka, dan bahwa siang malam mereka mengawasi semua pintu gerbang kota, siap sedia akan membunuhnya. Oleh karena itu, pada malam hari beberapa muridnya menurunkan dia dalam sebuah keranjang dari suatu lubang di tembok kota!
Sesampainya di Yerusalem, ia berusaha menemui umat Kristen, tetapi mereka semua takut kepadanya. Mereka mengira bahwa ia hanya berpura-pura saja. Kemudian Barnabas membawanya kepada para rasul dan menceritakan kepada mereka bagaimana Saulus melihat Tuhan ketika ia sedang dalam perjalanan ke Damsyik, apa yang dikatakan Tuhan kepadanya, serta bagaimana ia berkhotbah dengan penuh kuasa dalam nama Tuhan Yesus. Lalu mereka menerima dia, dan setelah itu ia selalu bersama-sama dengan mereka. Dengan berani ia berkhotbah dalam nama Tuhan. Tetapi kemudian beberapa orang Yahudi yang berbahasa Yunani dan yang pernah bersoal jawab dengan dia, mengadakan komplotan untuk membunuhnya. Namun, ketika teman-teman Saulus mengetahui bahaya itu, mereka membawa dia ke Kaisarea, dan kemudian membantu dia pulang ke Tarsus.
Sementara itu jemaat di seluruh Yudea, Galilea, dan Samaria berada dalam keadaan aman tenteram, serta bertambah kuat dan anggotanya pun bertambah banyak. Mereka hidup di bawah lindungan Roh Kudus serta takut akan Tuhan.
Petrus pergi dari satu tempat ke tempat lain mengunjungi orang-orang percaya, dan dalam kunjungannya itu ia singgah di Kota Lida. Di sana ia berjumpa dengan seseorang bernama Eneas, yang telah delapan tahun lamanya terbaring di tempat tidur karena lumpuh.
Petrus berkata kepadanya, “Eneas! Yesus Kristus telah menyembuhkan Saudara! Bangunlah dan bereskan tempat tidur Saudara!” Seketika itu juga ia sembuh. Semua penduduk Lida dan Saron yang melihat dia berjalan, bertobat kepada Tuhan.
Di Kota Yope adalah seorang wanita bernama Tabitha (yang berarti “Kijang”), seorang Kristen yang suka berbuat baik kepada orang lain, terutama kepada orang miskin. Pada waktu itu ia jatuh sakit, lalu meninggal. Teman-temannya mengurus mayatnya untuk dikuburkan dan meletakkannya di ruang atas. Tetapi, ketika mereka mendengar, bahwa Petrus berada di Lida, mereka menyuruh dua orang pergi kepadanya meminta supaya ia datang ke Yope.