Mazmur 77:1-14
Mazmur 77:1-14 Alkitab Terjemahan Baru (TB)
Untuk pemimpin biduan. Menurut: Yedutun. Mazmur Asaf. Aku mau berseru-seru dengan nyaring kepada Allah, dengan nyaring kepada Allah, supaya Ia mendengarkan aku. Pada hari kesusahanku aku mencari Tuhan; malam-malam tanganku terulur dan tidak menjadi lesu, jiwaku enggan dihiburkan. Apabila aku mengingat Allah, maka aku mengerang, apabila aku merenung, makin lemah lesulah semangatku. Sela Engkau membuat mataku tetap terbuka; aku gelisah, sehingga tidak dapat berkata-kata. Aku memikir-mikir hari-hari zaman purbakala, tahun-tahun zaman dahulu aku ingat. Aku sebut-sebut pada waktu malam dalam hatiku, aku merenung, dan rohku mencari-cari: ”Untuk selamanyakah Tuhan menolak dan tidak kembali bermurah hati lagi? Sudah lenyapkah untuk seterusnya kasih setia-Nya, telah berakhirkah janji itu berlaku turun-temurun? Sudah lupakah Allah menaruh kasihan, atau ditutup-Nyakah rahmat-Nya karena murka-Nya?” Sela Maka kataku: ”Inilah yang menikam hatiku, bahwa tangan kanan Yang Mahatinggi berubah.” Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala. Aku hendak menyebut-nyebut segala pekerjaan-Mu, dan merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu. Ya Allah, jalan-Mu adalah kudus! Allah manakah yang begitu besar seperti Allah kami?
Mazmur 77:1-14 Alkitab dalam Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK)
Untuk pemimpin kor. Menurut: Yedutun. Mazmur Asaf. Dengan nyaring aku berseru kepada Allah; dengan nyaring aku berseru, dan Ia mendengar aku. Di waktu kesesakan aku berdoa kepada TUHAN; sepanjang malam kuangkat tanganku kepada-Nya tanpa jemu, tetapi hatiku tak mau dihibur. Bila aku ingat Allah, aku mengaduh, bila aku merenung, hatiku semakin lesu. TUHAN membuat aku tak bisa tidur di waktu malam, aku gelisah sehingga tak dapat berbicara. Kupikirkan hari-hari yang lampau, kuingat-ingat dan kurenungkan tahun-tahun yang silam. Di waktu malam aku berpikir-pikir, dan bertanya-tanya dalam hati, “Untuk selamanyakah TUHAN menolak dan tidak berkenan lagi? Apakah Ia sudah berhenti mengasihi kami? Tidakkah Ia memenuhi janji-Nya lagi? Sudah lupakah Allah untuk mengasihani? Marahkah Ia, sehingga tidak berbelaskasihan lagi?” Lalu aku berkata, “Inilah yang menyakiti hatiku, bahwa Yang Mahatinggi tidak berkuasa lagi.” Aku mau mengingat perbuatan-perbuatan-Mu TUHAN, mengenang keajaiban-keajaiban-Mu di zaman dahulu. Aku mau merenungkan segala yang Kaulakukan, dan memikirkan karya-karya-Mu yang hebat. Ya Allah, segala perbuatan-Mu suci, siapakah sebesar Allah kami?