Amsal 26:1-22
Amsal 26:1-22 Terjemahan Sederhana Indonesia (TSI)
Seperti salju mustahil turun pada musim panas atau hujan pada musim panen, demikianlah kehormatan tidak pernah cocok diberikan kepada orang bodoh. Seperti burung pipit atau walet yang terbang melayang-layang, demikianlah kutuk tanpa alasan yang benar tidak akan menghinggapi engkau. Seperti cambuk digunakan untuk mengarahkan kuda, dan tali kekang untuk keledai, demikianlah hajaran diperlukan untuk mendidik orang bebal. Tidak usah menjawab ucapan bodoh orang bebal bila jawabanmu itu bisa membuat dia mengira bahwa engkau membenarkan kebodohannya. Namun, ada waktunya engkau perlu membantah orang bebal, supaya dia tidak menganggap dirinya bijak. Menugaskan orang bodoh untuk menyampaikan pesan akan mendatangkan celaka, sama seperti mematahkan kaki sendiri. Orang lumpuh memang mempunyai kaki, tetapi kakinya tidak berfungsi. Orang bebal bisa mengucapkan amsal, tetapi kata-kata itu tidak bermanfaat baginya. Memberi hormat kepada orang bebal adalah kesia-siaan, sama seperti mengikatkan batu pada ketapel. Jika orang mabuk mengayunkan batang berduri, hati-hati! Dan jika orang bebal mengucapkan amsal, awas! Itu juga berbahaya. Seperti bahayanya memanah tanpa membidik, demikianlah resiko mempekerjakan orang bodoh atau orang tak dikenal. Orang bebal yang mengulangi perbuatan bodohnya sama seperti anjing yang memakan kembali muntahnya. Pernahkah engkau melihat orang yang menganggap dirinya bijak? Nah, mengajar orang bodoh jauh lebih mudah daripada mendidik orang seperti itu. Si pemalas membuat alasan, “Ada singa di jalan! Kalau aku keluar, aku akan diterkam.” Seperti pintu yang hanya berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di atas tempat tidurnya. Si pemalas menyendok makanan dari piringnya, tetapi dia terlalu malas untuk memasukkannya ke mulut. Si pemalas merasa dirinya bijak, bahkan lebih bijak daripada banyak penasihat. Ibarat menangkap telinga anjing liar, demikianlah orang yang ikut campur dalam pertengkaran orang lain. Seperti orang gila sembarangan menembakkan panah berapi yang mematikan, lalu si penipu berkata, “Ah, aku hanya bercanda.” Api akan padam ketika kayu bakar habis, begitulah pertengkaran akan berhenti ketika tidak ada lagi yang bergosip. Seperti arang dan kayu membuat api terus menyala, demikianlah orang yang suka berdebat akan mengobarkan pertengkaran. Bergosip terasa sedap di mulut. Orang mengunyahnya seperti makanan dan mempercayainya sepenuh hati.
Amsal 26:1-22 Alkitab Terjemahan Baru (TB)
Seperti salju di musim panas dan hujan pada waktu panen, demikian kehormatan pun tidak layak bagi orang bebal. Seperti burung pipit mengirap dan burung layang-layang terbang, demikianlah kutuk tanpa alasan tidak akan kena. Cemeti adalah untuk kuda, kekang untuk keledai, dan pentung untuk punggung orang bebal. Jangan menjawab orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan engkau sendiri menjadi sama dengan dia. Jawablah orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan ia menganggap dirinya bijak. Siapa mengirim pesan dengan perantaraan orang bebal mematahkan kakinya sendiri dan meminum kecelakaan. Amsal di mulut orang bebal adalah seperti kaki yang terkulai dari pada orang yang lumpuh. Seperti orang menaruh batu di umban, demikianlah orang yang memberi hormat kepada orang bebal. Amsal di mulut orang bebal adalah seperti duri yang menusuk tangan pemabuk. Siapa mempekerjakan orang bebal dan orang-orang yang lewat adalah seperti pemanah yang melukai tiap orang. Seperti anjing kembali ke muntahnya, demikianlah orang bebal yang mengulangi kebodohannya. Jika engkau melihat orang yang menganggap dirinya bijak, harapan bagi orang bebal lebih banyak dari pada bagi orang itu. Berkatalah si pemalas: ”Ada singa di jalan! Ada singa di lorong!” Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya. Si pemalas mencelupkan tangannya ke dalam pinggan, tetapi ia terlalu lelah untuk mengembalikannya ke mulutnya. Si pemalas menganggap dirinya lebih bijak dari pada tujuh orang yang menjawab dengan bijaksana. Orang yang ikut campur dalam pertengkaran orang lain adalah seperti orang yang menangkap telinga anjing yang berlalu. Seperti orang gila menembakkan panah api, panah dan maut, demikianlah orang yang memperdaya sesamanya dan berkata: ”Aku hanya bersenda gurau.” Bila kayu habis, padamlah api; bila pemfitnah tak ada, redalah pertengkaran. Seperti arang untuk bara menyala dan kayu untuk api, demikianlah orang yang suka bertengkar untuk panasnya perbantahan. Seperti sedap-sedapan perkataan pemfitnah masuk ke lubuk hati.
Amsal 26:1-22 Alkitab dalam Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK)
Seperti hujan di musim kemarau, dan salju di musim panas, begitu juga pujian bagi orang bodoh tidak pantas. Seperti burung terbang dan melayang-layang di udara, begitu juga kutukan tak bisa kena pada orang yang tak bersalah. Keledai harus dikenakan kekang, kuda harus dicambuk, demikian juga orang bodoh harus dipukul. Orang yang menjawab pertanyaan orang dungu, sama bodohnya dengan orang itu. Pertanyaan yang bodoh harus dijawab dengan jawaban yang bodoh pula, supaya si penanya sadar bahwa ia tidak pandai seperti yang disangkanya. Mengutus seorang bodoh untuk mengirim berita, sama dengan mematahkan kaki sendiri dan mencari celaka. Seperti orang lumpuh menggunakan kakinya, begitulah orang bodoh yang mengucapkan petuah. Memuji orang yang tak berpengetahuan, seperti mengikat batu erat-erat pada jepretan. Seperti pemabuk mengeluarkan duri dari tangannya, begitulah orang bodoh yang mengucapkan petuah. Siapa mempekerjakan orang bodoh atau sembarang orang akan merugikan banyak orang. Seperti anjing kembali kepada muntahnya, begitulah orang bodoh yang mengulangi kebodohannya. Orang yang bodoh sekali masih lebih baik daripada orang yang menganggap dirinya pandai. Si pemalas suka tinggal di rumah; ia berkata “Ada singa di luar, aku bisa diterkam di tengah jalan.” Seperti pintu berputar pada engselnya, begitulah si pemalas membalik-balikkan badannya di atas tempat tidurnya. Ada orang yang malas bukan kepalang; menyuap makanan ke mulutnya pun ia enggan. Si pemalas menganggap dirinya lebih berhikmat daripada tujuh orang yang memberi jawaban yang tepat. Orang yang ikut campur dalam pertengkaran yang bukan urusannya sama seperti orang yang menangkap anjing liar pada telinganya. Orang yang menipu, lalu berkata, “Aku hanya bergurau saja,” sama dengan orang gila yang bermain dengan senjata berbahaya. Jika kayu telah habis, padamlah api; jika si bocor mulut sudah tiada, pertengkaran pun berhenti. Seperti arang dan kayu membuat api tetap menyala; begitulah orang yang suka bertengkar membakar suasana. Fitnah itu enak rasanya; orang suka menelannya.