Yohanes 9:1-27

Yohanes 9:1-27 Alkitab Terjemahan Baru (TB)

Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: ”Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” Jawab Yesus: ”Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja. Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.” Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludah-Nya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi dan berkata kepadanya: ”Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam.” Siloam artinya: ”Yang diutus.” Maka pergilah orang itu, ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek. Tetapi tetangga-tetangganya dan mereka, yang dahulu mengenalnya sebagai pengemis, berkata: ”Bukankah dia ini, yang selalu mengemis?” Ada yang berkata: ”Benar, dialah ini.” Ada pula yang berkata: ”Bukan, tetapi ia serupa dengan dia.” Orang itu sendiri berkata: ”Benar, akulah itu.” Kata mereka kepadanya: ”Bagaimana matamu menjadi melek?” Jawabnya: ”Orang yang disebut Yesus itu mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku dan berkata kepadaku: Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu. Lalu aku pergi dan setelah aku membasuh diriku, aku dapat melihat.” Lalu mereka berkata kepadanya: ”Di manakah Dia?” Jawabnya: ”Aku tidak tahu.” Lalu mereka membawa orang yang tadinya buta itu kepada orang-orang Farisi. Adapun hari waktu Yesus mengaduk tanah dan memelekkan mata orang itu, adalah hari Sabat. Karena itu orang-orang Farisi pun bertanya kepadanya, bagaimana matanya menjadi melek. Jawabnya: ”Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku dapat melihat.” Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu: ”Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.” Sebagian pula berkata: ”Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mujizat yang demikian?” Maka timbullah pertentangan di antara mereka. Lalu kata mereka pula kepada orang buta itu: ”Dan engkau, apakah katamu tentang Dia, karena Ia telah memelekkan matamu?” Jawabnya: ”Ia adalah seorang nabi.” Tetapi orang-orang Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan baru dapat melihat lagi, sampai mereka memanggil orang tuanya dan bertanya kepada mereka: ”Inikah anakmu, yang kamu katakan bahwa ia lahir buta? Kalau begitu bagaimanakah ia sekarang dapat melihat?” Jawab orang tua itu: ”Yang kami tahu ialah, bahwa dia ini anak kami dan bahwa ia lahir buta, tetapi bagaimana ia sekarang dapat melihat, kami tidak tahu, dan siapa yang memelekkan matanya, kami tidak tahu juga. Tanyakanlah kepadanya sendiri, ia sudah dewasa, ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri.” Orang tuanya berkata demikian, karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, sebab orang-orang Yahudi itu telah sepakat bahwa setiap orang yang mengaku Dia sebagai Mesias, akan dikucilkan. Itulah sebabnya maka orang tuanya berkata: ”Ia telah dewasa, tanyakanlah kepadanya sendiri.” Lalu mereka memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu dan berkata kepadanya: ”Katakanlah kebenaran di hadapan Allah; kami tahu bahwa orang itu orang berdosa.” Jawabnya: ”Apakah orang itu orang berdosa, aku tidak tahu; tetapi satu hal aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat.” Kata mereka kepadanya: ”Apakah yang diperbuat-Nya padamu? Bagaimana Ia memelekkan matamu?” Jawabnya: ”Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya; mengapa kamu hendak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga?”

Yohanes 9:1-27 Alkitab dalam Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK)

Waktu Yesus berjalan, Ia melihat orang yang buta sejak lahir. Pengikut-pengikut Yesus bertanya kepada Yesus, “Bapak Guru, mengapa orang ini dilahirkan buta? Apakah karena ia sendiri berdosa atau karena ibu bapaknya berdosa?” Yesus menjawab, “Dia buta bukan karena dosanya sendiri atau dosa orang tuanya, tetapi supaya orang bisa melihat kuasa Allah bekerja dalam dirinya. Selama masih siang, kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku. Malam akan tiba, dan seorang pun tak akan dapat bekerja. Selama Aku di dunia ini, Akulah terang dunia.” Setelah berkata begitu Yesus meludah ke tanah, dan mengaduk ludah-Nya itu dengan tanah. Kemudian Ia mengoleskannya pada mata orang itu, lalu berkata kepadanya, “Pergilah bersihkan mukamu di Kolam Siloam.” (Siloam berarti ‘Diutus’.) Maka orang itu pergi membersihkan mukanya. Waktu ia kembali, ia sudah dapat melihat. Tetangga-tetangganya dan orang-orang yang sebelumnya melihat dia mengemis, semuanya berkata, “Bukankah dia ini orang yang biasanya duduk minta-minta?” Ada yang berkata, “Memang dia.” Tetapi ada pula yang berkata, “Bukan, ia hanya mirip orang itu.” Tetapi orang itu sendiri berkata, “Sayalah dia.” “Bagaimana jadinya sampai engkau bisa melihat?” kata mereka kepadanya. Ia menjawab, “Orang yang bernama Yesus itu membuat sedikit lumpur, lalu mengoleskannya pada mata saya dan berkata, ‘Pergilah bersihkan mukamu di Kolam Siloam.’ Lalu saya pergi. Dan ketika saya membersihkan muka saya, saya bisa melihat.” “Di mana orang itu?” tanya mereka. Ia menjawab, “Tidak tahu.” Hari itu adalah hari Sabat waktu Yesus mengaduk tanah dengan ludah-Nya untuk membuat orang buta itu bisa melihat. Maka orang yang tadinya buta itu dibawa kepada orang-orang Farisi. Mereka juga bertanya kepadanya bagaimana ia dapat melihat. Ia menjawab, “Dia menaruh lumpur di mata saya, lalu saya membersihkannya dan saya bisa melihat.” Beberapa di antara orang-orang Farisi itu berkata, “Tak mungkin orang yang melakukan ini berasal dari Allah, sebab Ia tidak mengindahkan hari Sabat.” Tetapi orang lain berkata, “Mana mungkin orang yang berdosa melakukan keajaiban-keajaiban seperti ini?” Lalu timbullah pertentangan pendapat di antara mereka. Maka orang-orang Farisi itu bertanya lagi kepada orang itu, “Apa pendapatmu tentang Dia yang membuat engkau melihat?” “Dia nabi,” jawab orang itu. Tetapi para pemimpin Yahudi itu tidak mau percaya bahwa orang itu memang buta sebelumnya dan sekarang dapat melihat. Karena itu mereka memanggil orang tuanya, dan bertanya, “Benarkah ini anakmu yang katamu lahir buta? Bagaimana ia bisa melihat sekarang?” Ibu bapak orang itu menjawab, “Memang ini anak kami; dan ia memang buta sejak lahir. Tetapi bagaimana ia bisa melihat sekarang, kami tidak tahu. Dan siapa yang membuat dia bisa melihat, itu pun kami tidak tahu. Tanya saja kepadanya, ia sudah dewasa; ia dapat menjawab sendiri.” Ibu bapak orang itu berkata begitu sebab mereka takut kepada para pemimpin Yahudi; karena mereka itu sudah sepakat, bahwa orang yang mengakui Yesus sebagai Raja Penyelamat, tidak boleh lagi masuk rumah ibadat. Itu sebabnya ibu bapak orang itu berkata, “Ia sudah dewasa; tanya saja kepadanya.” Lalu mereka memanggil lagi orang yang tadinya buta itu, dan berkata kepadanya, “Bersumpahlah bahwa engkau akan berkata yang benar. Kami tahu orang itu orang berdosa.” “Apakah Dia berdosa atau tidak,” jawab orang itu, “saya tidak tahu. Tetapi satu hal saya tahu; dahulu saya buta, sekarang saya melihat.” Lalu mereka berkata lagi kepadanya, “Ia berbuat apa kepadamu? Bagaimana Ia membuat engkau melihat?” Orang itu menjawab, “Sudah saya ceritakan kepadamu, tetapi kalian tidak mau mendengarkan. Mengapa kalian mau mendengarnya lagi? Barangkali kalian mau menjadi pengikut-pengikut-Nya juga?”

Yohanes 9:1-27 Terjemahan Sederhana Indonesia (TSI)

Sewaktu kami murid-murid berjalan bersama Yesus, kami semua melihat seseorang yang buta sejak lahir. Lalu kami bertanya, “Guru, kira-kira siapa yang berbuat dosa sampai dia dilahirkan buta? Apakah karena dosanya sendiri waktu dia masih di dalam kandungan ibunya, atau karena dosa ibu atau bapaknya?” Yesus menjawab, “Dia dilahirkan buta bukan karena dosanya. Bukan juga karena dosa orangtuanya. Tetapi hal itu terjadi supaya melalui dirinya kuasa Allah bisa dinyatakan kepada banyak orang. Selama Aku masih berada di dunia ini, Aku adalah terang dunia. Jadi sekarang, selagi hari masih siang, Aku harus melakukan berbagai tugas dari Bapa yang sudah mengutus Aku. Karena malam akan segera tiba dan tidak ada seorang pun yang bisa melakukan apa-apa lagi.” Sesudah berkata begitu, Yesus membuang ludah ke tanah dan mengaduk ludah-Nya itu dengan tanah sampai menjadi lumpur, kemudian mengoleskannya pada kelopak mata orang buta itu. Lalu Dia berkata, “Pergilah ke kolam Siloam dan cucilah matamu di sana.” (Dalam bahasa Ibrani, ‘Siloam’ berarti ‘Diutus.’) Lalu orang itu pergi mencuci matanya di kolam itu. Ketika dia kembali, dia sudah bisa melihat. Sesudah dia kembali, para tetangganya dan orang-orang yang sebelumnya pernah melihat dia mengemis berkata satu sama lain, “Bukankah dia ini orang buta yang biasa duduk minta-minta uang?” Ada yang menjawab, “Benar, itu memang dia.” Tetapi ada juga yang berkata, “Bukan! Dia hanya mirip dengan orang buta itu.” Lalu orang itu sendiri berkata, “Benar. Sayalah si buta yang dulu itu!” Karena itu mereka bertanya kepadanya, “Bagaimana caranya kamu bisa melihat?” Dia menjawab, “Orang yang bernama Yesus mencampur ludahnya dengan tanah sampai menjadi lumpur, lalu dia mengoleskannya pada kelopak mata saya. Dia menyuruh saya pergi mencuci mata saya di kolam Siloam. Kemudian saya pergi dan melakukannya. Sesudah itu saya langsung bisa melihat.” Lalu mereka bertanya lagi kepadanya, “Di mana orang itu?” Dan dia menjawab, “Saya tidak tahu.” Kemudian mereka membawa laki-laki yang tadinya buta itu kepada para anggota kelompok Farisi, karena Yesus membuat lumpur dan menjadikan orang buta itu bisa melihat pada hari Sabat. Jadi orang-orang Farisi itu juga bertanya kepadanya, “Bagaimana caranya kamu bisa melihat?” Dia menjawab, “Yesus mengoleskan lumpur pada kelopak mata saya, lalu saya pergi mencucinya, dan sekarang saya bisa melihat.” Kemudian beberapa orang Farisi itu berkata, “Tidak mungkin Yesus diutus Allah, karena dia tidak taat kepada aturan hukum Taurat tentang hari Sabat.” Tetapi beberapa anggota lain berkata, “Orang berdosa tidak mungkin bisa melakukan keajaiban seperti ini!” Maka terjadilah perdebatan sengit di antara mereka. Lalu mereka bertanya lagi kepada orang itu, “Nah, menurutmu sendiri bagaimana? Karena kamu yang sudah dibuatnya dapat melihat, apa pendapatmu tentang Yesus itu?” Orang yang tadinya buta itu menjawab, “Dia adalah nabi.” Tetapi mereka tetap tidak percaya bahwa dia memang buta sebelumnya dan baru sekarang bisa melihat. Oleh karena itu mereka memanggil bapak-ibunya. Mereka bertanya kepada kedua orangtuanya, “Orang ini anakmu, bukan? Apakah dia benar-benar buta sejak lahir? Kalau begitu, bagaimana dia sekarang bisa melihat?” Orangtuanya menjawab, “Betul, dia ini anak kami. Dia benar-benar buta sejak lahir. Tetapi kami tidak tahu bagaimana caranya dia bisa melihat. Kami juga tidak mengenal orang yang membuat matanya bisa melihat. Silakan Bapak-bapak bertanya langsung kepadanya. Dia sudah dewasa, dan dia bisa menjawabnya sendiri.” Bapak dan ibunya berkata begitu kepada orang-orang Farisi karena mereka takut kena hukuman, yaitu dilarang masuk ke dalam setiap rumah pertemuan orang Yahudi. Karena sebelumnya, para pemimpin orang Yahudi sudah bersepakat bahwa siapa pun yang mengakui Yesus sebagai Kristus dilarang masuk ke dalam setiap rumah pertemuan. Itulah sebabnya orangtua lelaki itu berkata, “Silakan Bapak-bapak bertanya langsung kepadanya. Dia sudah dewasa, dan dia bisa menjawabnya sendiri.” Maka untuk kedua kalinya orang-orang Farisi memanggil orang yang tadinya buta itu dan berkata kepadanya, “Bersumpahlah di hadapan Allah bahwa kamu akan mengatakan yang benar kepada kami! Karena kami tahu Yesus itu orang berdosa.” Dia menjawab, “Yesus orang berdosa atau bukan, saya tidak tahu. Yang saya tahu hanya ini: Dulu saya buta, tetapi sekarang saya sudah bisa melihat!” Lalu mereka bertanya lagi, “Apa yang dia perbuat terhadap kamu? Bagaimana dia membuat matamu bisa melihat?” Orang itu menjawab, “Ya ampun! Baru saja saya jelaskan kepada kalian, tetapi kalian tidak memperhatikan. Kenapa kalian mau mendengarnya lagi? Jangan-jangan kalian juga mau menjadi pengikut Yesus!”

Yohanes 9:1-27 Firman Allah Yang Hidup (FAYH)

SEMENTARA berjalan, Yesus melihat seseorang yang buta sejak lahir. “Guru,” tanya murid-murid-Nya, “mengapa orang ini lahir dalam keadaan buta? Apakah hal itu akibat dosanya sendiri atau dosa orang tuanya?” “Bukan akibat dosanya sendiri, bukan pula akibat dosa orang tuanya,” jawab Yesus, “melainkan untuk menyatakan kuasa Allah. Kita semua harus dengan cepat melaksanakan tugas-tugas yang telah dibebankan kepada kita oleh Dia yang mengutus Aku, karena waktunya tinggal sedikit lagi sebelum malam tiba dan semua pekerjaan berakhir. Tetapi selama Aku ada di dunia ini, Aku memberikan terang-Ku kepada dunia.” Kemudian Ia meludah ke tanah dan membuat lumpur dengan ludah-Nya, lalu mengoleskannya pada mata orang buta itu, serta berkata kepadanya, “Pergilah dan basuh mukamu di Kolam Siloam” (kata “Siloam” artinya “diutus”). Orang itu pergi ke kolam itu, membasuh mukanya, dan kembali lagi dengan mata yang sudah celik. Para tetangga dan orang-orang lain yang mengenal dia sebagai pengemis buta, saling bertanya, “Benarkah orang ini si pengemis itu?” Ada yang mengatakan “ya” dan ada yang mengatakan “bukan”. “Tidak mungkin,” pikir mereka, “tetapi memang kelihatannya seperti orang buta itu!” Pengemis itu berkata, “Sayalah pengemis itu!” Kemudian mereka bertanya kepadanya bagaimana ia dapat melihat. Apakah yang telah terjadi? Dan ia pun memberi tahu mereka, “Seseorang yang disebut Yesus membuat lumpur dan mengoleskannya pada mata saya, lalu menyuruh saya pergi ke Kolam Siloam membasuh mata saya. Saya pergi membasuh mata saya, dan sekarang saya dapat melihat!” “Di mana Ia sekarang?” tanya mereka. “Saya tidak tahu,” jawabnya. Kemudian mereka membawa orang itu kepada orang-orang Farisi. Kebetulan semua itu terjadi pada hari Sabat. Orang-orang Farisi menanyakan hal ihwal kejadian itu. Maka berceritalah orang itu mengenai bagaimana Yesus mengoleskan lumpur pada matanya, dan ketika matanya dibasuh, ia dapat melihat. Beberapa dari mereka berkata, “Kalau begitu, orang yang bernama Yesus itu bukan dari Allah, sebab Ia bekerja pada hari Sabat.” Yang lain berkata, “Tetapi bagaimana orang berdosa dapat membuat mukjizat semacam itu?” Maka timbullah perbedaan pendapat di antara mereka. Kemudian orang-orang Farisi berpaling kepada orang yang tadinya buta itu dan bertanya, “Menurut pendapatmu siapakah orang yang telah membuat matamu dapat melihat lagi?” “Saya kira, Ia pasti seorang nabi yang diutus oleh Allah,” jawab orang itu. Pemimpin-pemimpin orang Yahudi tidak mau percaya, bahwa orang itu tadinya buta. Mereka memanggil orang tuanya, dan bertanya kepada mereka, “Apakah ini anakmu? Apakah ia memang lahir dalam keadaan buta? Kalau demikian halnya, bagaimanakah ia dapat melihat?” Orang tuanya menjawab, “Kami tahu, ini anak kami dan ia dilahirkan dalam keadaan buta, tetapi kami tidak tahu apa yang telah terjadi sehingga ia dapat melihat, atau siapa yang melakukannya. Ia sudah cukup dewasa untuk berbicara sendiri. Tanyakanlah kepadanya!” Mereka berkata demikian, sebab mereka takut kepada pemimpin-pemimpin orang Yahudi yang telah mengumumkan, bahwa siapa pun yang mengatakan Yesus itu Mesias akan dikucilkan. Sebab itu, untuk kedua kalinya mereka memanggil orang yang tadinya buta itu, lalu berkata kepadanya, “Berikanlah kemuliaan kepada Allah dan bukan kepada Yesus, sebab kami tahu, bahwa Yesus itu orang jahat.” “Saya tidak tahu, apakah Ia baik atau jahat,” jawab orang itu, “hanya inilah yang saya ketahui: dulu saya buta, tetapi sekarang saya dapat melihat!” “Tetapi apakah yang dilakukan-Nya?” tanya mereka. “Bagaimana Ia menyembuhkan engkau?” Orang itu berseru, “Bukankah sudah saya katakan? Apakah Saudara tidak mendengarkan? Mengapa Saudara ingin mendengarnya sekali lagi? Apakah Saudara juga ingin menjadi murid-Nya?”

Yohanes 9:1-27 Perjanjian Baru: Alkitab Mudah Dibaca (AMD)

Ketika Yesus sedang berjalan, Ia melihat seorang yang buta sejak lahir. Pengikut Yesus bertanya pada-Nya, “Guru, mengapa orang ini dilahirkan buta? Dosa siapakah yang menyebabkan dia buta? Dosanya sendiri atau dosa orang tuanya?” Yesus menjawab, “Yang menyebabkan orang ini buta bukanlah dosanya sendiri atau dosa orang tuanya. Ia buta sejak lahir supaya pekerjaan Allah dapat dinyatakan melalui dirinya. Karena itu, selama hari masih siang, kita harus melakukan pekerjaan dari Dia yang mengutus Aku. Karena malam akan tiba, dan tak seorang pun dapat bekerja pada waktu itu. Selama Aku masih ada di dunia, Akulah terang dunia.” Setelah Yesus mengatakan ini, Ia meludah ke tanah dan membuat lumpur dan mengoleskan pada mata orang itu. Lalu Yesus berkata kepadanya, “Pergilah dan bersihkanlah mukamu di kolam Siloam.” Siloam artinya “Diutus”. Jadi, orang itu pergi ke kolam dan membersihkan mukanya lalu kembali. Sekarang ia sudah bisa melihat. Tetangganya dan orang-orang lain yang selalu melihat orang buta itu mengemis berkata, “Lihat! Bukankah dia ini orang yang selalu duduk dan mengemis?” Beberapa orang berkata, “Ya, dialah pengemis itu.” Tetapi ada pula yang berkata, “Bukan, dia hanya mirip dengan pengemis itu.” Jadi, orang itu berkata, “Akulah pengemis itu.” Mereka bertanya kepadanya, “Apa yang terjadi? Bagaimana kamu bisa dapat penglihatanmu?” Ia menjawab, “Orang yang bernama Yesus itu membuat lumpur dengan ludah-Nya dan mengoleskan pada mataku, lalu Ia menyuruhku pergi ke Siloam untuk membersihkan muka. Jadi, aku pergi ke sana dan bersihkan muka. Lalu aku dapat melihat.” Mereka bertanya lagi, “Di manakah Orang itu?” Ia menjawab, “Aku tidak tahu.” Kemudian mereka membawa orang yang tadinya buta itu kepada orang Farisi. Hari ketika Yesus membuat lumpur dan menyembuhkan mata orang itu adalah hari Sabat. Jadi, orang Farisi bertanya kepadanya bagaimana matanya bisa melihat. Jawabnya, “Ia mengoleskan lumpur pada mataku. Aku bersihkan mukaku, sekarang aku dapat melihat.” Sebagian dari orang Farisi itu berkata, “Orang itu tidak mematuhi hukum tentang hari Sabat. Jadi, Ia tidak datang dari Allah.” Yang lain berkata, “Tetapi bagaimanakah seorang berdosa dapat melakukan perbuatan ajaib seperti ini?” Jadi, timbullah perbedaan di antara mereka. Mereka kembali bertanya pada orang itu lagi, “Karena Ia telah menyembuhkan matamu, apa pendapatmu tentang Dia?” Jawab orang itu, “Ia adalah seorang nabi.” Tetapi para pemimpin Yahudi itu tetap tidak percaya bahwa orang itu memang buta sebelumnya dan sekarang sudah disembuhkan. Karena itu, mereka memanggil orang tuanya. Lalu mereka bertanya, “Apakah ini anakmu? Kamu bilang bahwa ia buta sejak lahir. Jadi, bagaimana mungkin sekarang ini ia bisa melihat?” Orang tuanya menjawab, “Kami tahu bahwa dia ini anak kami. Dan kami tahu bahwa ia buta sejak lahir. Tetapi kami tidak tahu bagaimana sekarang ia dapat melihat. Kami juga tidak tahu siapa yang menyembuhkan matanya. Tanyakan saja padanya, ia sudah cukup dewasa untuk menjawabnya sendiri.” Orang tuanya mengatakan demikian sebab mereka takut kepada para pemimpin Yahudi. Para pemimpin Yahudi itu telah sepakat bahwa mereka akan menghukum setiap orang yang mengakui Yesus sebagai Mesias. Mereka yang melanggar akan dikucilkan dari jemaat. Itulah sebabnya orang tuanya berkata, “Ia sudah cukup dewasa, tanyakan kepadanya sendiri.” Karena itu, para pemimpin Yahudi memanggil orang yang tadinya buta itu dan berkata kepadanya, “Kamu harus menghormati Allah dan menceritakan yang sebenarnya kepada kami. Kami tahu bahwa Orang itu adalah orang berdosa.” Orang itu menjawab, “Aku tidak tahu apakah Ia berdosa atau tidak. Tetapi satu hal yang aku tahu, dulu aku buta dan sekarang aku bisa melihat.” Mereka bertanya kepadanya, “Apa yang Ia lakukan kepadamu? Bagaimana Ia menyembuhkan matamu?” Jawab orang itu, “Aku sudah jelaskan kepadamu, tetapi kamu tidak mau mendengar. Mengapa kamu ingin mendengar lagi? Apakah kamu ingin menjadi pengikut-Nya juga?”