Ibrani 5:1-9
Ibrani 5:1-10 Terjemahan Sederhana Indonesia (TSI)
Setiap imam besar agama Yahudi dipilih dari antara orang biasa. Lalu dia bertugas menjadi perantara bagi manusia dengan Allah, untuk mempersembahkan kepada-Nya berbagai pemberian dari manusia dan kurban-kurban penghapus dosa sesuai dengan peraturan hukum Taurat. Setiap imam besar dapat berpengertian terhadap sesamanya manusia yang tidak paham kehendak Allah dan berbuat salah, karena imam itu sendiri juga manusia biasa yang penuh dengan kelemahan. Itulah sebabnya, sebelum mempersembahkan kurban untuk dosa sesamanya, dia harus lebih dulu mempersembahkan kurban untuk dosanya sendiri. Menjadi imam besar merupakan suatu kehormatan tinggi, karena seseorang tidak bisa mengangkat dirinya sendiri untuk jabatan itu, tetapi Allahlah yang memilih dia, sama seperti Harun pada zaman dulu. Begitu juga dengan Kristus. Dia tidak mengangkat diri-Nya menjadi Imam Agung, tetapi Allah sendiri yang memilih-Nya untuk jabatan terhormat itu ketika Dia berkata kepada Kristus, “Engkau adalah Anak-Ku. Hari ini Aku mengumumkan bahwa Akulah Bapa-Mu.” Di dalam ayat yang lain, Allah juga berkata kepada-Nya, “Engkau menjabat sebagai imam untuk selamanya sesuai dengan pola pengangkatan Imam Melkisedek dahulu.” Ketika Yesus hidup di dunia ini, Dia selalu berdoa memohon pertolongan Allah dengan banyak tangisan dan air mata, karena Dia percaya bahwa Allah sanggup menyelamatkan-Nya dari kematian. Dan Allah menjawab permohonan-Nya itu, karena Yesus selalu menghormati Allah. Meskipun Yesus adalah Anak Allah, Dia rela menderita sebagai bentuk ketaatan-Nya kepada Allah. Dengan demikian, terbuktilah dengan sempurna bahwa Kristus layak menjabat sebagai Imam Agung kita dan menjadi sumber keselamatan kekal bagi setiap orang yang taat kepada-Nya. Hal itu terjadi bukan karena Dia keturunan Imam Besar Harun, melainkan menurut pola pengangkatan Imam Melkisedek.
Ibrani 5:1-9 Firman Allah Yang Hidup (FAYH)
SEORANG imam besar hanyalah seorang manusia yang dipilih untuk berbicara atas nama seluruh umat dalam hubungan mereka dengan Allah. Ia membawa persembahan mereka kepada Allah dan mempersembahkan kepada-Nya darah binatang yang dikurbankan untuk menutupi dosa mereka, termasuk dosanya sendiri. Dan karena ia juga seorang manusia, ia dapat bersikap lunak terhadap orang lain yang karena kurang pengertian melakukan kesalahan, sebab ia sendiri tunduk pada kelemahan yang sama. Suatu hal lain yang harus diingat ialah bahwa tiada seorang pun dapat menjadi imam besar karena keinginannya sendiri. Ia harus ditetapkan oleh Allah untuk pekerjaan ini, sama seperti Allah memilih Harun. Itulah sebabnya Kristus tidak mengangkat diri-Nya sendiri kepada kemuliaan sebagai Imam Besar, tetapi Ia dipilih oleh Allah. Allah berfirman kepada-Nya, “Engkau adalah Anak-Ku, dan pada hari ini Aku mengaruniakan kepada-Mu kemuliaan yang menyertai martabat itu.” Pada saat lain Allah berfirman kepada-Nya, “Engkaulah imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.” Tetapi pada waktu Kristus berada di dunia ini, Ia berdoa dengan air mata dan kesedihan jiwa-Nya, menyampaikan permohonan kepada Allah, yang dapat meluputkan Dia dari kematian. Allah mendengar doa-doa-Nya, sebab keinginan-Nya yang kuat untuk menaati Allah setiap saat. Walaupun Yesus Anak Allah, Ia harus belajar dari pengalaman, apakah makna ketaatan apabila ketaatan itu berarti penderitaan. Sesudah membuktikan bahwa Ia sempurna dalam pengalaman ini, Yesus menjadi sumber keselamatan abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya
Ibrani 5:1-9 Perjanjian Baru: Alkitab Mudah Dibaca (AMD)
Setiap imam besar dipilih dari antara orang-orang. Imam itu mendapat tugas untuk membantu orang-orang dengan hal-hal yang harus mereka lakukan bagi Allah. Ia harus mempersembahkan kepada Allah pemberian dan korban persembahan bagi dosa-dosa mereka. Imam besar mempunyai kelemahannya sendiri. Jadi, ia dapat bersikap lembut kepada mereka yang melakukan kesalahan karena ketidaktahuan. Karena itu, ia memberikan korban persembahan bukan hanya untuk dosa orang banyak, tetapi juga untuk dosanya sendiri. Menjadi imam besar adalah suatu kehormatan. Tetapi tidak ada orang yang memilih dirinya sendiri untuk tugas ini. Orang tersebut harus dipilih oleh Allah sama seperti Harun. Begitu juga dengan Kristus, Ia tidak memilih diri-Nya sendiri untuk menjadi Imam Besar. Allah yang memilih-Nya. Allah berkata kepada-Nya: “Engkau adalah Anak-Ku. Hari ini, Aku menjadi Bapa-Mu.” Dan di bagian lain Kitab Suci, Allah berkata: “Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, sama seperti Melkisedek.” Selama Yesus hidup di dunia, Ia memohon pertolongan dari Dia yang dapat menyelamatkan-Nya dari kematian. Ia berdoa kepada Allah dengan ratapan dan tangisan. Dan Allah mendengar doa-Nya karena Ia menghormati Allah. Walaupun Yesus adalah Anak Allah, tetapi Ia masih menderita, dan melalui penderitaan-Nya Ia belajar menaati apa yang dikehendaki Allah. Ini membuat Yesus Imam Besar yang sempurna, yang menyediakan jalan bagi semua orang yang menaati-Nya untuk diselamatkan selamanya.
Ibrani 5:1-9 Alkitab Terjemahan Baru (TB)
Sebab setiap imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa. Ia harus dapat mengerti orang-orang yang jahil dan orang-orang yang sesat, karena ia sendiri penuh dengan kelemahan, yang mengharuskannya untuk mempersembahkan korban karena dosa, bukan saja bagi umat, tetapi juga bagi dirinya sendiri. Dan tidak seorang pun yang mengambil kehormatan itu bagi dirinya sendiri, tetapi dipanggil untuk itu oleh Allah, seperti yang telah terjadi dengan Harun. Demikian pula Kristus tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar, tetapi dimuliakan oleh Dia yang berfirman kepada-Nya: ”Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini”, sebagaimana firman-Nya dalam suatu nas lain: ”Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.” Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya
Ibrani 5:1-9 Alkitab dalam Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK)
Setiap imam agung dipilih dari antara umat, dan diangkat untuk melayani Allah sebagai wakil mereka. Tugasnya ialah mempersembahkan kepada Allah pemberian-pemberian dan kurban-kurban untuk pengampunan dosa. Imam agung itu sendiri lemah dalam banyak hal, dan karena itu ia dapat berlaku lemah lembut terhadap orang-orang yang tidak tahu apa-apa dan yang sesat jalannya. Dan karena ia sendiri lemah, maka ia harus mempersembahkan kurban, bukan saja karena dosa-dosa umat, tetapi juga karena dosa-dosanya sendiri. Tidak ada seorang pun yang mengangkat dirinya sendiri menjadi imam agung. Orang menjadi imam agung, kalau Allah memanggil dia untuk itu – sama seperti Harun. Begitu juga Kristus. Ia tidak mengangkat diri sendiri menjadi Imam Agung. Allah sendirilah yang mengangkat Dia. Allah berkata kepada-Nya, “Engkaulah Anak-Ku; pada hari ini Aku menjadi Bapa-Mu.” Di tempat lain Allah berkata juga, “Engkau adalah Imam selama-lamanya, seperti Imam Melkisedek.” Pada masa Yesus hidup di dunia ini, Ia berdoa dan memohon dengan teriakan dan tangis kepada Allah, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari kematian. Dan karena Ia tunduk kepada Allah dengan penuh hormat, maka Ia didengarkan. Yesus adalah Anak Allah, tetapi meskipun begitu, Ia belajar menjadi taat melalui penderitaan-Nya. Maka sesudah Ia dijadikan penyelamat yang sempurna, Ia menjadi sumber keselamatan yang kekal bagi semua orang yang taat kepada-Nya