Kejadian 44:1-29

Kejadian 44:1-29 Terjemahan Sederhana Indonesia (TSI)

Sesudah itu, Yusuf berkata kepada kepala pengurus rumahnya, “Isilah karung orang-orang ini dengan gandum sebanyak yang mampu mereka bawa. Masukkan juga uang pembayaran mereka masing-masing di dekat mulut karungnya. Untuk karung milik adik mereka yang paling bungsu, taruhlah cawan perakku bersama uang pembayarannya.” Maka kepala pengurus rumah itu melakukan sesuai perintah Yusuf. Keesokan harinya, waktu masih subuh, saudara-saudara Yusuf dipersilakan berangkat dengan keledai mereka. Tetapi baru saja mereka keluar dari kota itu, belum jauh jaraknya, Yusuf berkata kepada kepala pengurus rumahnya, “Kejarlah orang-orang itu. Sesudah kamu menyusul mereka, katakanlah, ‘Tuan kami sudah sangat baik kepada kalian, tetapi kalian malah membalas kebaikannya dengan mencuri cawan peraknya! Jahat sekali perbuatanmu! Tuan kami tidak hanya minum dari cawan itu, tetapi juga menggunakannya untuk meramal masa depan.’” Kepala pengurus rumah itu pun mengejar mereka, lalu berbicara kepada mereka sesuai dengan perintah Yusuf. Tetapi jawab saudara-saudara Yusuf kepadanya, “Mengapa Tuan berkata begitu? Hamba-hambamu ini tidak mungkin melakukan hal jahat seperti itu! Tuan sendiri tahu bahwa ketika datang kembali dari Kanaan, kami sudah mengembalikan uang pembayaran yang ditemukan dalam karung-karung kami. Untuk apa kami mencuri emas atau perak dari rumah tuanmu? Bila Tuan menemukan benda itu di dalam salah satu karung kami, biarlah pemilik karung itu dihukum mati dan kami yang lain dijadikan budak Tuan.” Kepala pengurus rumah Yusuf berkata, “Baiklah, sesuai dengan hukuman yang kalian tentukan, maka bila benda itu ditemukan, pemilik karung itulah yang akan dijadikan budak bagiku, sedangkan yang lainnya boleh pergi.” Mereka segera menurunkan karung-karungnya dari keledai masing-masing dan membukanya. Lalu kepala pengurus rumah tangga itu memeriksa semua karung, mulai dari anak yang tertua hingga berakhir pada yang bungsu. Cawan perak itu ditemukan di dalam karung milik Benyamin. Seketika mereka langsung merobek pakaian masing-masing sebagai tanda duka, lalu memuat lagi karung-karung pada keledai-keledai mereka dan kembali menuju kota. Yusuf masih di rumahnya saat Yehuda dan saudara-saudaranya tiba. Mereka bersujud di hadapan Yusuf karena sangat takut. Berkatalah Yusuf kepada mereka, “Apa-apaan perbuatanmu itu! Tidakkah kalian tahu bahwa orang seperti saya pasti bisa meramalkan apa pun yang disembunyikan?” Lalu Yehuda menjawab, “Tuan, kami tidak bisa berkata apa-apa. Kami tidak dapat membuktikan bahwa kami benar. Allah sudah mengungkapkan kesalahan kami. Karena itu, biarlah kami semua menjadi budak Tuan, jangan hanya pemilik karung yang kedapatan cawan Tuan.” Jawab Yusuf, “Tidak! Saya tidak akan berbuat seperti itu. Orang yang di dalam karungnya ditemukan cawan perak saya, dialah yang akan menjadi budak saya. Yang lainnya boleh pergi dengan selamat kepada ayah kalian.” Yehuda pun mendekat dan berkata kepada Yusuf, “Tuan, mohon izinkan saya berbicara, dan janganlah marah kepada hambamu ini, karena saya tahu bahwa Tuan mempunyai kekuasaan besar seperti raja. Tuan pernah menanyakan apakah kami memiliki ayah atau adik. Kami pun sudah menjawab bahwa kami memiliki ayah yang sudah lanjut usia. Dalam masa tuanya, dia mendapat dua anak lagi dari salah seorang istrinya. Yang satu sudah meninggal, dan sekarang tinggal yang bungsu. Itu sebabnya ayah kami sangat menyayanginya. Lalu Tuan berkata kepada kami, ‘Bawalah adikmu itu agar saya dapat melihatnya.’ Kami pun sudah mengatakan kepada Tuan bahwa anak itu tidak dapat dipisahkan dari ayahnya, karena bila itu terjadi, ayah bisa mati. Lalu Tuan mengatakan bahwa kami tidak akan diperbolehkan menghadap jika tidak membawa adik kami itu. Ketika pulang, kami pun sudah menyampaikan pesan Tuan kepada ayah kami. Lalu ayah menyuruh kami ke sini lagi untuk membeli bahan makanan. Tetapi kami mengatakan bahwa tidak mungkin menghadap Tuan tanpa membawa adik kami, karena itu adalah perintah dari Tuan sendiri. Lalu berkatalah hambamu, yaitu ayah kami, ‘Kalian sudah tahu bahwa istriku, Rahel, hanya memberiku dua anak laki-laki. Yang satu sudah meninggalkanku, dan aku berkata, “Pasti dia diterkam binatang buas.” Sejak saat itu, aku tidak pernah melihatnya lagi. Sekarang kalian mau membawa anakku yang bungsu juga. Kalau sampai terjadi sesuatu terhadapnya, aku akan segera masuk Syeol karena dukacita.’”

Kejadian 44:1-29 Alkitab Terjemahan Baru (TB)

Sesudah itu diperintahkannyalah kepada kepala rumahnya: ”Isilah karung orang-orang itu dengan gandum, seberapa yang dapat dibawa mereka, dan letakkanlah uang masing-masing di dalam mulut karungnya. Dan pialaku, piala perak itu, taruhlah di dalam mulut karung anak yang bungsu serta uang pembayar gandumnya juga.” Maka diperbuatnyalah seperti yang dikatakan Yusuf. Ketika paginya hari terang tanah, orang melepas mereka beserta keledai mereka. Tetapi baru saja mereka keluar dari kota itu, belum lagi jauh jaraknya, berkatalah Yusuf kepada kepala rumahnya: ”Bersiaplah, kejarlah orang-orang itu, dan apabila engkau sampai kepada mereka, katakanlah kepada mereka: Mengapa kamu membalas yang baik dengan yang jahat? Bukankah ini piala yang dipakai tuanku untuk minum dan yang biasa dipakainya untuk menelaah? Kamu berbuat jahat dengan melakukan yang demikian.” Ketika sampai kepada mereka, diberitakannyalah kepada mereka perkataan Yusuf itu. Jawab mereka kepadanya: ”Mengapa tuanku mengatakan perkataan yang demikian? Jauhlah dari pada hamba-hambamu ini untuk berbuat begitu! Bukankah uang yang kami dapati di dalam mulut karung kami telah kami bawa kembali kepadamu dari tanah Kanaan? Masakan kami mencuri emas atau perak dari rumah tuanmu? Pada siapa dari hamba-hambamu ini kedapatan piala itu, biarlah ia mati, juga kami ini akan menjadi budak tuanku.” Sesudah itu berkatalah ia: ”Ya, usulmu itu baik; tetapi pada siapa kedapatan piala itu, hanya dialah yang akan menjadi budakku dan kamu yang lain itu akan bebas dari salah.” Lalu segeralah mereka masing-masing menurunkan karungnya ke tanah dan masing-masing membuka karungnya. Dan kepala rumah itu memeriksanya dengan teliti; ia mulai dengan yang sulung sampai kepada yang bungsu; maka kedapatanlah piala itu dalam karung Benyamin. Lalu mereka mengoyakkan jubahnya dan masing-masing memuati keledainya, dan mereka kembali ke kota. Ketika Yehuda dan saudara-saudaranya sampai ke dalam rumah Yusuf, Yusuf masih ada di situ, sujudlah mereka sampai ke tanah di depannya. Berkatalah Yusuf kepada mereka: ”Perbuatan apakah yang kamu lakukan ini? Tidakkah kamu tahu, bahwa seorang yang seperti aku ini pasti dapat menelaah?” Sesudah itu berkatalah Yehuda: ”Apakah yang akan kami katakan kepada tuanku, apakah yang akan kami jawab, dan dengan apakah kami akan membenarkan diri kami? Allah telah memperlihatkan kesalahan hamba-hambamu ini. Maka kami ini, budak tuankulah kami, baik kami maupun orang pada siapa kedapatan piala itu.” Tetapi jawabnya: ”Jauhlah dari padaku untuk berbuat demikian! Pada siapa kedapatan piala itu, dialah yang akan menjadi budakku, tetapi kamu ini, pergilah kembali dengan selamat kepada ayahmu.” Lalu tampillah Yehuda mendekatinya dan berkata: ”Mohon bicara tuanku, izinkanlah kiranya hambamu ini mengucapkan sepatah kata kepada tuanku dan janganlah kiranya bangkit amarahmu terhadap hambamu ini, sebab tuanku adalah seperti Firaun sendiri. Tuanku telah bertanya kepada hamba-hambanya ini: Masih adakah ayah atau saudara kamu? Dan kami menjawab tuanku: Kami masih mempunyai ayah yang tua dan masih ada anaknya yang muda, yang lahir pada masa tuanya; kakaknya telah mati, hanya dia sendirilah yang tinggal dari mereka yang seibu, sebab itu ayahnya sangat mengasihi dia. Lalu tuanku berkata kepada hamba-hambamu ini: Bawalah dia ke mari kepadaku, supaya mataku memandang dia. Tetapi jawab kami kepada tuanku: Anak itu tidak dapat meninggalkan ayahnya, sebab jika ia meninggalkan ayahnya, tentulah ayah ini mati. Kemudian tuanku berkata kepada hamba-hambamu ini: Jika adikmu yang bungsu itu tidak datang ke mari bersama-sama dengan kamu, kamu tidak boleh melihat mukaku lagi. Setelah kami kembali kepada hambamu, ayahku, maka kami memberitahukan kepadanya perkataan tuanku itu. Kemudian ayah kami berkata: Kembalilah kamu membeli sedikit bahan makanan bagi kita. Tetapi jawab kami: Kami tidak dapat pergi ke sana. Jika adik kami yang bungsu bersama-sama dengan kami, barulah kami akan pergi ke sana, sebab kami tidak boleh melihat muka orang itu, apabila adik kami yang bungsu tidak bersama-sama dengan kami. Kemudian berkatalah hambamu, ayahku, kepada kami: Kamu tahu, bahwa isteriku telah melahirkan dua orang anak bagiku; yang seorang telah pergi dari padaku, dan aku telah berkata: Tentulah ia diterkam oleh binatang buas, dan sampai sekarang aku tidak melihat dia kembali. Jika anak ini kamu ambil pula dari padaku, dan ia ditimpa kecelakaan, maka tentulah kamu akan menyebabkan aku yang ubanan ini turun ke dunia orang mati karena nasib celaka.

Kejadian 44:1-29 Alkitab dalam Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK)

Sementara itu Yusuf memerintahkan kepada kepala rumah tangganya, “Isilah karung orang-orang itu dengan gandum, sebanyak yang dapat mereka bawa, dan masukkan uang masing-masing ke dalam karungnya, di atas gandum itu. Masukkan juga piala perakku ke dalam karung adik mereka yang bungsu, bersama-sama dengan uang pembayaran gandumnya.” Pelayan itu melaksanakan perintah itu. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, Yusuf berpisah dengan saudara-saudaranya, lalu mereka berangkat dengan keledai mereka. Mereka belum jauh dari kota itu, waktu Yusuf berkata kepada kepala rumah tangganya, “Cepatlah kejar orang-orang itu. Jika sudah tersusul, katakan kepada mereka, ‘Mengapa kamu membalas kebaikan dengan kejahatan? Mengapa kamu mencuri piala perak tuanku? Piala itu dipakainya untuk minum dan sebagai alat menujum. Kamu telah melakukan kejahatan besar!’ ” Ketika pelayan itu sampai kepada saudara-saudara Yusuf, dikatakannya apa yang diperintahkan Yusuf. Jawab mereka kepadanya, “Apa maksud Tuan? Kami bersumpah bahwa kami tidak berbuat begitu! Tuan sendiri tahu bahwa uang yang kami temukan di dalam karung-karung kami di atas gandum itu, telah kami kembalikan kepada Tuan. Jadi, tak mungkin kami mencuri perak atau emas dari rumah gubernur! Tuan, andaikata benda itu kedapatan pada salah seorang dari kami, biarlah dia dihukum mati, dan kami menjadi hamba Tuan.” Pelayan itu berkata, “Baiklah; tetapi hanya dia pada siapa piala itu kedapatan, dialah yang akan menjadi hambaku; yang lain boleh pergi.” Lalu dengan cepat mereka masing-masing menurunkan dan membuka karungnya. Pelayan Yusuf itu memeriksa karung-karung itu dengan teliti, mulai dari karung kepunyaan yang sulung sampai kepada karung kepunyaan yang bungsu, dan piala itu ditemukan di dalam karung Benyamin. Abang-abangnya sangat sedih sehingga mengoyak-ngoyakkan pakaian mereka. Mereka membebani keledai mereka dan kembali ke kota. Ketika Yehuda dan saudara-saudaranya sampai di rumah Yusuf, ia masih ada di situ, dan mereka sujud di hadapannya. Maka berkatalah Yusuf, “Apa yang kamu lakukan itu? Tak tahukah kamu bahwa orang yang seperti aku ini dapat mengetahui perbuatanmu yang jahat dengan ilmu gaib?” “Apa yang dapat kami katakan, Tuanku?” jawab Yehuda. “Bagaimana kami dapat membantah dan membenarkan diri kami? Allah telah menyingkapkan kesalahan kami. Sekarang kami semua hamba Tuan, bukan hanya dia pada siapa kedapatan piala itu.” Kata Yusuf, “Tidak! Aku tidak mau berbuat begitu! Hanya dia pada siapa kedapatan piala itu akan menjadi hambaku. Yang lain boleh pulang dengan bebas kepada ayahmu.” Yehuda maju mendekati Yusuf dan berkata, “Maaf, Tuanku, izinkanlah hamba berbicara lagi dengan Tuanku. Jangan marah kepada hamba; Tuanku seperti raja Mesir sendiri. Tuanku telah bertanya kepada kami ini, ‘Apakah kamu masih mempunyai ayah atau saudara yang lain?’ Kami menjawab, ‘Ayah kami sudah tua dan adik kami lahir ketika ayah sudah lanjut usia. Abang seibu dari adik kami itu sudah meninggal, jadi sekarang hanya dia sendirilah yang masih hidup dari mereka berdua, dan ayah sangat sayang kepadanya.’ Tuanku menyuruh kami membawa dia kemari, supaya Tuanku dapat melihatnya, lalu kami menjawab bahwa anak itu tidak dapat berpisah dari ayahnya; jika ia berpisah dari ayahnya, ayah akan meninggal. Kemudian Tuanku berkata, ‘Kamu tidak boleh menghadap aku lagi jika tidak membawa adikmu itu.’ Ketika kami kembali kepada ayah kami, kami sampaikan kepadanya perkataan Tuanku itu. Kemudian ayah kami menyuruh kami datang lagi kemari untuk membeli makanan. Kami menjawab, ‘Kami tidak dapat pergi ke sana, sebab kami tak boleh menghadap gubernur jika adik kami yang bungsu tidak ikut. Kami hanya dapat pergi ke sana kalau dia pergi juga.’ Kemudian ayah kami berkata, ‘Kalian tahu bahwa Rahel, istriku hanya punya dua anak. Yang pertama telah meninggalkan aku. Dia pasti sudah diterkam binatang buas, karena sampai sekarang aku tidak melihatnya lagi. Jika kalian mengambil anak yang bungsu ini daripadaku, dan terjadi apa-apa dengan dia, kesedihan yang kalian datangkan kepadaku itu akan mengakibatkan kematianku, karena aku ini sudah tua.’ ”