Kisah Para Rasul 7:31-60

Kisah Para Rasul 7:31-60 Terjemahan Sederhana Indonesia (TSI)

Musa sangat heran melihat api itu. Waktu dia datang mendekatinya untuk melihat lebih jelas, dia mendengar suara TUHAN yang berkata, ‘Akulah Allah nenek moyangmu, yang disembah oleh Abraham, Isak, dan Yakub.’ Mendengar perkataan itu, Musa gemetar ketakutan dan tidak berani melihat api itu lagi. Lalu TUHAN berkata kepadanya, ‘Lepaskan sandalmu, karena tempat kamu berdiri ini adalah tanah yang suci. Aku sudah melihat umat-Ku sangat ditindas di Mesir, dan Aku juga sudah mendengar keluhan-keluhan mereka. Karena itu, sekarang Aku turun untuk membebaskan mereka. Bersiap-siaplah, karena Aku mengutusmu pergi ke Mesir.’ “Jadi, Musa yang pernah ditolak orang Israel justru diutus oleh Allah. Dia yang dulu dikatai, ‘Kamu bukan penguasa atau hakim kami,’ justru dijadikan TUHAN sebagai penguasa sekaligus penyelamat, melalui malaikat yang menampakkan diri kepadanya di dalam semak itu. Lalu Musa memimpin umat Israel keluar dari Mesir. Dia melakukan banyak keajaiban di negeri itu, di Laut Merah, dan ketika mereka berada di padang belantara selama empat puluh tahun. Musa ini jugalah yang sudah bernubuat kepada bangsa Israel, ‘TUHAN Allah kita sekali lagi akan mengangkat seorang Nabi bagi kalian dari keturunan bangsa kita sendiri. Nabi itu akan menyampaikan pesan Allah seperti saya.’ Musa hidup bersama umat Allah, yaitu nenek moyang kita, selama mereka berada di padang belantara. Dan malaikat yang dulu menyampaikan pesan Allah kepadanya di gunung Sinai terus membawa pesan kepadanya. Akhirnya Firman itu— yakni perkataan yang memberi hidup— disampaikan kepada kita. “Tetapi nenek moyang kita tidak mau taat kepada Musa. Mereka menolak dia dan malah ingin kembali ke Mesir. Kata mereka kepada Harun, ‘Buatlah untuk kita beberapa patung berhala sebagai dewa untuk memimpin kita kembali ke Mesir. Karena kita tidak tahu apa yang sudah terjadi dengan si Musa, yang menghasut kita keluar dari negeri itu.’ Lalu mereka membuat patung yang berbentuk anak sapi dan memberikan persembahan kepada berhala itu. Dengan gembira, mereka mengadakan pesta besar untuk merayakan patung buatan tangan mereka sendiri. Oleh karena perbuatan itu, Allah berbalik dari mereka dan membiarkan mereka menyembah matahari, bulan, dan bintang-bintang. Seperti yang tertulis dalam kitab para nabi, Allah berkata, ‘Kalian orang Israel tidak sungguh-sungguh membawa kurban sembelihan dan persembahan kepada-Ku ketika kalian hidup di padang belantara selama empat puluh tahun. Sampai sekarang, di dalam hatimu masing-masing, kamu masih lebih suka menyembah di kemah dewamu, Molok, dan patung yang kalian buat dalam rupa dewa Remfan, dewa bintang itu. Oleh karena itu, Aku sudah memutuskan bahwa kalian akan menjadi tawanan perang dan dibawa oleh musuh-musuh sampai melewati kota Babel.’ “Nenek moyang kita selalu membawa kemah Allah ke mana pun mereka berpindah-pindah selama di padang belantara. Kemah itu dibuat sesuai dengan petunjuk Allah, seperti yang sudah diperintahkan dan diperlihatkan Allah kepada Musa. Sesudah itu, Yosua memimpin nenek moyang kita merebut daerah ini. Mereka bisa tinggal di negeri ini karena Allah mengusir orang-orang yang tidak mengenal Dia dari sini. Nenek moyang kita membawa Kemah Suci itu ke sini, dan kemah itu tetap berdiri sampai zaman Daud menjadi raja. Daud sangat berkenan di hati Allah, dan dia meminta izin kepada Allah untuk membangun sebuah rumah bagi-Nya, yaitu Allah yang disembah oleh Yakub. Namun, yang mendapatkan izin untuk membangun rumah Allah adalah Salomo, anaknya. “Tetapi Allah Yang Mahatinggi tidak tinggal di dalam rumah yang dibangun oleh tangan manusia, seperti perkataan TUHAN yang disampaikan oleh seorang nabi, ‘Takhta kerajaan-Ku besarnya bagaikan seluruh langit dan surga, dan bumi hanya sebesar tempat menaruh kaki-Ku. Jadi, tidak mungkin kalian membangun rumah bagi-Ku atau membuat tempat untuk Aku beristirahat. Ingatlah, seluruh semesta ini dijadikan oleh tangan-Ku sendiri!’” Lalu Stefanus berkata, “Kamu semuanya keras kepala! Di dalam hati, kamu sama saja dengan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah! Telingamu tidak mau mendengarkan Dia! Kamu sama saja seperti nenek moyang kita: Selalu melawan Roh Kudus! Coba sebutkan satu nama nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyang kita! Tidak ada! Bahkan mereka membunuh nabi-nabi yang dulu memberitakan tentang kedatangan Kristus! Sekarang kalianlah yang mengkhianati dan membunuh Kristus sendiri, yaitu Hamba Allah yang selalu hidup benar di mata-Nya. Kita memang sudah menerima hukum Taurat yang diberikan Allah melalui para malaikat-Nya, tetapi kamu semua tidak taat kepada hukum itu!” Mendengar perkataan Stefanus, para pemimpin Yahudi sangat tersinggung dan geram. Tetapi saat itu Stefanus dipenuhi oleh Roh Kudus. Ketika dia memandang ke langit, dia melihat kemuliaan Allah dan Yesus yang sedang berdiri di tempat paling terhormat, yaitu di sebelah kanan Allah. Stefanus berkata, “Lihatlah! Saya melihat surga terbuka dan Yesus sebagai Sang Anak Adam berdiri di tempat yang paling terhormat di sana.” Sesudah mendengar perkataan Stefanus itu, mereka berteriak sambil menutup telinga, lalu serentak menyerang dia. Mereka menyeretnya ke luar kota dan melempari dia dengan batu sampai mati. Orang-orang yang tadi bersaksi melawan Stefanus meninggalkan jubah mereka di dekat kaki seorang pemuda bernama Saulus. Selagi orang-orang melempari dia dengan batu, Stefanus berdoa, “Tuhan Yesus, terimalah rohku.” Sambil berlutut, dia berseru dengan suara keras, “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini atas mereka!” Sesudah berkata begitu, Stefanus mati.

Kisah Para Rasul 7:31-60 Firman Allah Yang Hidup (FAYH)

Musa sangat heran. Ketika ia berlari untuk melihat ada apa dalam semak itu, terdengarlah suara Tuhan, ‘Aku adalah Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Ishak, dan Yakub.’ Musa gemetar ketakutan dan tidak berani melihat. “Lalu Tuhan berkata kepadanya, ‘Lepaskanlah kasutmu, sebab engkau berdiri di tempat yang suci. Aku telah melihat kesengsaraan umat-Ku di Mesir dan telah mendengar jeritan hati mereka. Aku telah turun untuk membebaskan mereka, dan engkau akan Kuutus ke Mesir.’ Dengan demikian Allah mengutus kembali orang yang dahulu ditolak oleh bangsanya dengan kata-kata, ‘Siapakah yang mengangkat engkau menjadi penguasa dan hakim kami?’ Musa diutus menjadi penguasa dan penyelamat. Dan dengan melakukan banyak mukjizat ia membawa mereka keluar dari Mesir, melalui Laut Merah dan padang gurun selama empat puluh tahun. “Musa sendiri berkata kepada bangsa Israel, ‘Dari antara saudara-saudaramu Allah akan membangkitkan seorang Nabi seperti aku.’ Ternyata benar sekali ucapannya itu, sebab di padang gurun Musa menjadi perantara umat Israel dan Malaikat yang memberikan kepada mereka Hukum Allah, yaitu Firman Yang Hidup, di Gunung Sinai. “Tetapi nenek moyang kita menolak Musa dan ingin kembali ke Mesir. Mereka berkata kepada Harun, ‘Buatkanlah kami beberapa allah, untuk memimpin kami kembali ke Mesir, sebab kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan Musa, yang telah membawa kami keluar dari negeri itu.’ Mereka membuat suatu berhala berbentuk anak lembu, dan mempersembahkan kurban kepadanya serta bersukaria atas apa yang telah dibuat oleh mereka. “Lalu Allah meninggalkan mereka serta membiarkan mereka menyembah matahari, bulan, dan bintang-bintang sebagai dewa-dewa mereka. Dalam kitab nubuat Nabi Amos Tuhan Allah bertanya, “ ‘Hai Israel, kepada Akukah kamu mempersembahkan kurban selama empat puluh tahun kamu berada di padang gurun? Bukan, sebab sesungguhnya perhatianmu tertuju kepada dewa-dewamu Molokh dan Refan, dewa bintang, serta segala berhala yang kamu buat. Oleh karena itu, Aku akan mengirim kamu ke dalam pembuangan jauh di sebelah sana Babilonia.’ “Dalam perjalanan mereka melalui padang gurun itu, nenek moyang kita membawa Kemah Kesaksian. (Di dalamnya tersimpan batu tertulis yang berisi Sepuluh Hukum.) Bangunan itu dibuat tepat menurut pola yang telah diperlihatkan Allah kepada Musa. Bertahun-tahun kemudian, ketika Yosua berperang melawan bangsa-bangsa lain, Kemah Kesaksian itu dibawa serta ke daerah mereka yang baru, dan dipergunakan sampai kepada masa Raja Daud. “Daud sangat diberkati oleh Allah, dan ia mohon diberi kehormatan untuk membangun tempat kediaman yang tetap bagi Allah Yakub. Tetapi Salomolah yang akhirnya membangun Bait Allah. Namun Allah tidak berdiam di dalam bangunan yang dibuat oleh tangan manusia. Tuhan berkata dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, “ ‘Langit adalah takhta-Ku, dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku. Rumah macam apa dapat kamu dirikan untuk-Ku? Sudikah Aku berdiam di dalamnya? Bukankah Aku yang menciptakan langit dan bumi?’ “Hai orang-orang yang keras kepala dan berpandangan kafir! Apakah kalian mau terus-menerus menentang Roh Kudus? Nenek moyang kalian menentang-Nya, dan kalian pun demikian juga! Coba sebutkan seorang nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyang kalian! Bahkan mereka membunuh nabi-nabi yang menubuatkan kedatangan Orang Benar itu: Mesias yang kalian khianati dan bunuh. Ya, dengan sengaja kalian telah merusak hukum Allah, meskipun kalian menerimanya dari tangan para malaikat.” Tuduhan Stefanus itu membangkitkan amarah para pemimpin orang Yahudi, dan mereka mengertakkan gigi dengan geramnya. Tetapi Stefanus yang dipenuhi Roh Kudus itu, memandang ke arah langit serta melihat kemuliaan Allah dan Yesus yang berdiri di sebelah kanan Allah. Dan ia berkata kepada mereka, “Lihatlah, saya melihat langit terbuka dan Yesus, Mesias, berdiri di sebelah kanan Allah.” Kemudian sambil menutup telinga dan berteriak-teriak, mereka menyerbu Stefanus serta menyeretnya ke luar kota untuk merajamnya. Saksi-saksi resmi, yaitu mereka yang melaksanakan penghukuman, membuka jubah mereka dan meletakkannya di depan kaki seorang pemuda bernama Saulus. Sementara batu-batu yang mematikan bertubi-tubi mengenai badannya, Stefanus berdoa, “Tuhan Yesus, terimalah rohku.” Lalu ia berlutut dan berseru, “Tuhan, janganlah dosa ini ditanggungkan ke atas mereka!” Setelah itu ia pun mengembuskan napasnya yang penghabisan.

Kisah Para Rasul 7:31-60 Perjanjian Baru: Alkitab Mudah Dibaca (AMD)

Ketika Musa melihat itu, ia heran sekali. Ia mendekati semak itu untuk melihat dari dekat. Lalu ia mendengar suara Tuhan, ‘Akulah Allah yang disembah leluhurmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.’ Musa menjadi gemetar ketakutan dan tidak berani lagi melihat ke semak itu. Tetapi Tuhan berkata kepadanya, ‘Lepaskanlah sandalmu karena tempat di mana kamu berdiri itu adalah tanah yang suci. Aku telah melihat betapa tertindasnya umat-Ku di Mesir. Aku telah mendengar tangisan mereka dan Aku akan turun untuk menyelamatkan mereka. Marilah! Aku mengutusmu kembali ke Mesir.’ Inilah Musa, seorang yang pernah ditolak oleh bangsanya sendiri dengan perkataan, ‘Siapakah yang menjadikanmu pemimpin dan hakim atas kami?’ Sekarang diutus Allah untuk menjadi pemimpin dan penyelamat. Allah mengutus Musa dengan bantuan malaikat yang ia lihat dalam semak yang menyala. Maka Musa memimpin bangsa itu keluar dari Mesir. Selama 40 tahun, Musa melakukan berbagai mujizat dan keajaiban di Mesir, di Laut Merah dan di padang gurun. Musa yang sama juga yang berkata kepada bangsa Israel bahwa ‘Allah akan memberikan kepadamu seorang nabi dari antara bangsamu sendiri. Ia akan menjadi seperti Aku.’ Musa inilah yang berkumpul bersama malaikat di padang belantara, yang berbicara dengan Allah di gunung Sinai, dan ia bersama leluhur kita di padang gurun dan menerima firman Allah yang hidup untuk diberikan kepada kita. Tetapi leluhur kita tidak mau menaati Musa. Mereka menolak dia dan ingin kembali ke Mesir. Mereka berkata kepada Harun, ‘Musa memimpin kita ke luar dari Mesir. Tetapi kita tidak tahu apa yang terjadi dengan Musa. Jadi, buatlah beberapa allah yang akan berjalan memimpin kita.’ Maka mereka membuat berhala yang mirip dengan anak sapi. Nenek moyang kita menyembah dan memberikan persembahan kepada berhala itu. Mereka bersukacita dengan allah hasil buatan tangan mereka sendiri. Tetapi Allah berpaling dari mereka dan membiarkan mereka menyembah bintang-bintang dan planet-planet. Inilah yang Allah katakan dalam kitab para nabi: ‘Hai orang-orang Israel, kamu tidak membawa persembahan dan korban sembelihan kepada-Ku di padang gurun selama 40 tahun. Kamu justru membawa kemah untuk Molokh dan patung bintang allahmu, Refan. Itu semua adalah berhala yang kamu buat untuk disembah. Maka Aku akan membuang kamu jauh dari Babel’. Di padang gurun, leluhur kita memiliki Kemah Suci. Allah memberitahu Musa bagaimana caranya untuk membuat Kemah itu. Ia membuatnya sesuai dengan rancangan yang diberikan Allah kepadanya. Kemudian Yosua memimpin leluhur kita untuk merebut daerah dari bangsa-bangsa lain. Umat kita mendatangi daerah itu dan Allah mengusir bangsa-bangsa lain keluar. Ketika umat kita masuk ke negeri yang baru, mereka membawa Kemah yang sama. Umat kita menerima Kemah ini dari leluhur mereka, dan menyimpannya sampai waktunya Daud. Daud adalah seorang yang menyenangkan Allah. Ia memohon kepada Allah agar mengijinkannya membangun Bait Allah bagi umat Yahudi. Tetapi Salomolah yang membangun tempat kediaman itu untuk Allah. Meskipun demikian, Allah Yang Mahatinggi tidak tinggal dalam bangunan yang dibuat oleh tangan manusia. Seperti apa yang ditulis oleh nabi: ‘Tuhan berkata, surga adalah takhta-Ku dan bumi adalah alas kaki-Ku. Jadi, kamu pikir kamu bisa membangun rumah untuk-Ku? Apakah Aku perlu tempat untuk beristirahat? Bukankah Aku yang menciptakan semuanya ini?’ Kalian pemimpin yang keras kepala! Kalian tidak mau memberikan hatimu kepada Allah atau bahkan untuk mendengar-Nya. Kalian selalu menentang Roh Kudus sama seperti leluhurmu, itulah yang kamu lakukan! Mereka menganiaya setiap nabi yang pernah hidup. Bahkan mereka membunuh orang-orang yang telah memberitakan kedatangan Dia yang datang untuk membuat semuanya benar. Dan sekarang kamu melawan Dia dan membunuh-Nya. Kalianlah orang-orang yang menerima hukum Taurat yang diberikan Allah kepadamu melalui para malaikat-Nya. Tetapi kalian tidak menaatinya!” Ketika orang-orang yang hadir dalam sidang Mahkamah Agama mendengar perkataan Stefanus ini, mereka menjadi sangat marah dan geram terhadap Stefanus. Tetapi Stefanus dipenuhi oleh Roh Kudus. Ia menengadah ke langit dan melihat kemuliaan Allah. Dan ia melihat Yesus yang berdiri di sebelah kanan Allah. Stefanus berkata, “Lihat! Aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.” Mendengar perkataan itu, semua orang mulai berteriak dengan kerasnya sambil menutup telinga dengan kedua tangan mereka. Lalu mereka bersama-sama menyerbu Stefanus. Mereka menyeretnya ke luar kota, lalu mulai melempari Stefanus dengan batu. Orang-orang yang memberikan saksi palsu terhadap Stefanus meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang pemuda yang bernama Saulus. Sementara dilempari batu, Stefanus berdoa, “Tuhan Yesus, terimalah rohku!” Ia berlutut dan berseru, “Tuhan, jangan salahkan mereka atas dosa ini!” Itulah kata-kata terakhir Stefanus sebelum ia mati.

Kisah Para Rasul 7:31-60 Alkitab Terjemahan Baru (TB)

Musa heran tentang penglihatan itu, dan ketika ia pergi ke situ untuk melihatnya dari dekat, datanglah suara Tuhan kepadanya: Akulah Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Maka gemetarlah Musa, dan ia tidak berani lagi melihatnya. Lalu firman Allah kepadanya: Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus. Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir dan Aku telah mendengar keluh kesah mereka, dan Aku telah turun untuk melepaskan mereka; karena itu marilah, engkau akan Kuutus ke tanah Mesir. Musa ini, yang telah mereka tolak, dengan mengatakan: Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim? – Musa ini juga telah diutus oleh Allah sebagai pemimpin dan penyelamat oleh malaikat, yang telah menampakkan diri kepadanya di semak duri itu. Dialah yang membawa mereka keluar dengan mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di tanah Mesir, di Laut Merah dan di padang gurun, empat puluh tahun lamanya. Musa ini pulalah yang berkata kepada orang Israel: Seorang nabi seperti aku ini akan dibangkitkan Allah bagimu dari antara saudara-saudaramu. Musa inilah yang menjadi pengantara dalam sidang jemaah di padang gurun di antara malaikat yang berfirman kepadanya di gunung Sinai dan nenek moyang kita; dan dialah yang menerima firman-firman yang hidup untuk menyampaikannya kepada kamu. Tetapi nenek moyang kita tidak mau taat kepadanya, malahan mereka menolaknya. Dalam hati mereka ingin kembali ke tanah Mesir. Kepada Harun mereka berkata: Buatlah untuk kami beberapa allah yang akan berjalan di depan kami, sebab Musa ini yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir – kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia. Lalu pada waktu itu mereka membuat sebuah anak lembu dan mempersembahkan persembahan kepada berhala itu dan mereka bersukacita tentang apa yang dibuat sendiri oleh mereka. Maka berpalinglah Allah dari mereka dan membiarkan mereka beribadah kepada bala tentara langit, seperti yang tertulis dalam kitab nabi-nabi: Apakah kamu mempersembahkan kepada-Ku korban sembelihan dan persembahan selama empat puluh tahun di padang gurun itu, hai kaum Israel? Tidak pernah, malahan kamu mengusung kemah Molokh dan bintang dewa Refan, patung-patung yang kamu buat itu untuk disembah. Maka Aku akan membawa kamu ke dalam pembuangan, sampai di seberang sana Babel. Kemah Kesaksian ada pada nenek moyang kita di padang gurun, seperti yang diperintahkan Allah kepada Musa untuk membuatnya menurut contoh yang telah dilihatnya. Kemah itu yang diterima nenek moyang kita dan yang dengan pimpinan Yosua dibawa masuk ke tanah ini, yaitu waktu tanah ini direbut dari bangsa-bangsa lain yang dihalau Allah dari depan nenek moyang kita; demikianlah sampai kepada zaman Daud. Daud telah mendapat kasih karunia di hadapan Allah dan ia memohon, supaya ia diperkenankan untuk mendirikan suatu tempat kediaman bagi Allah Yakub. Tetapi Salomolah yang mendirikan sebuah rumah untuk Allah. Tetapi Yang Mahatinggi tidak diam di dalam apa yang dibuat oleh tangan manusia, seperti yang dikatakan oleh nabi: Langit adalah takhta-Ku, dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku. Rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku, demikian firman Tuhan, tempat apakah yang akan menjadi perhentian-Ku? Bukankah tangan-Ku sendiri yang membuat semuanya ini? Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu. Siapakah dari nabi-nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu? Bahkan mereka membunuh orang-orang yang lebih dahulu memberitakan tentang kedatangan Orang Benar, yang sekarang telah kamu khianati dan kamu bunuh. Kamu telah menerima hukum Taurat yang disampaikan oleh malaikat-malaikat, akan tetapi kamu tidak menurutinya.” Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi. Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Lalu katanya: ”Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.” Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia. Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus. Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: ”Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.” Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: ”Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.

Kisah Para Rasul 7:31-60 Alkitab dalam Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK)

Musa heran melihat hal itu, sehingga ia pergi dekat-dekat untuk mengetahui apa itu. Lalu ia mendengar suara Tuhan berkata, ‘Akulah Allah nenek moyangmu; Aku Allah dari Abraham, Ishak, dan Yakub.’ Musa gemetar ketakutan sehingga tidak berani lagi melihat kepada belukar itu. Kemudian Tuhan berkata pula, ‘Lepaskan sandal yang kaupakai itu, sebab tanah di tempat kau berdiri itu adalah tanah yang suci. Aku sudah melihat dan memperhatikan pahitnya penderitaan umat-Ku di Mesir. Aku sudah mendengar keluhan mereka dan Aku turun untuk membebaskan mereka. Sekarang, mari! Aku akan mengutus engkau kembali ke Mesir.’ Musa inilah Musa yang tidak diakui oleh bangsa Israel dan yang ditolak dengan perkataan ini, ‘Siapa yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim kami?’ Tetapi justru dialah orang yang diutus Allah untuk menjadi pemimpin dan penyelamat, dengan bantuan dari malaikat yang datang kepadanya di belukar yang menyala itu. Musa itulah yang memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir dengan melakukan keajaiban-keajaiban dan hal-hal luar biasa di Mesir, di Laut Merah dan di padang gurun selama empat puluh tahun. Dialah juga Musa yang berkata kepada bangsa Israel, ‘Allah akan memberikan kepadamu seorang nabi yang dipilih dari antaramu sendiri, sama seperti Ia memilih aku.’ Musalah yang di tengah-tengah bangsa Israel di padang pasir, menjadi perantara untuk malaikat yang berbicara kepadanya di Gunung Sinai dengan nenek moyang kita. Dialah yang menerima dari Allah berita yang hidup untuk disampaikan kepada kita. Sekalipun begitu nenek moyang kita tidak mau taat kepadanya. Mereka menolak dia dan ingin kembali ke Mesir. Mereka berkata kepada Harun, ‘Buatlah dewa-dewa untuk kami, supaya dewa-dewa itu memimpin kami. Sebab kami sudah tidak tahu lagi apa yang terjadi dengan si Musa itu yang membawa kami keluar dari Mesir!’ Lalu pada waktu itu mereka membuat sebuah patung anak lembu, kemudian mereka mempersembahkan kurban kepada patung itu dan mengadakan pesta untuk memuja barang buatan mereka sendiri. Maka Allah meninggalkan mereka dan membiarkan mereka menyembah bintang-bintang di langit. Itu sesuai dengan apa yang tertulis dalam buku nabi-nabi. Begini, ‘Hai orang-orang Israel! Bukannya untuk Aku kamu menyembelih dan mengurbankan binatang selama empat puluh tahun di padang pasir. Kemah berhala Molokhlah yang kamu bawa-bawa bersama-sama dengan patung bintang berhalamu, yaitu Refan; itulah patung yang kamu buat untuk disembah. Oleh sebab itu Aku akan membuang kamu sampai jauh ke seberang di negeri Babel.’ Kemah tempat Allah datang kepada manusia terdapat pada nenek moyang kita di padang gurun. Kemah itu dibuat atas perintah dari Allah kepada Musa dan menurut contoh yang diperlihatkan Allah kepada Musa. Kemudian kemah itu dibawa selanjutnya oleh nenek moyang kita pada waktu mereka dengan Yosua pergi merebut negeri kita ini dari kekuasaan bangsa-bangsa yang diusir Allah di hadapan mereka. Kemah itu berada di situ sampai zaman Daud. Daud menyenangkan hati Allah dan minta kepada-Nya supaya ia diizinkan membuat suatu rumah untuk Allah yang disembah Yakub itu. Tetapi Salomolah yang mendirikan rumah untuk Allah. Namun Allah Yang Mahatinggi tidak tinggal di dalam rumah yang dibuat manusia; sebab di dalam buku nabi tertulis begini, ‘Langit adalah takhta-Ku, dan bumi alas kaki-Ku. Rumah apakah hendak kamu dirikan untuk Aku? Di manakah tempat untuk Aku beristirahat? Bukankah Aku sendiri yang menjadikan segala sesuatu?’ begitulah kata Allah. Bukan main keras kepala Saudara-saudara dan begitu sukar taat kepada Allah! Kupingmu tuli sekali terhadap perkataan Allah! Kalian sama dengan nenek moyangmu; selalu melawan Roh Allah! Apa ada nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu? Mereka membunuh utusan-utusan dari Allah yang dahulu kala sudah mengumumkan bahwa Hamba Allah yang benar itu akan datang. Dan sekarang kalian mengkhianati dan membunuh Hamba Allah itu. Malaikat-malaikat sudah menyampaikan perintah-perintah Allah kepadamu tetapi kalian tidak menurutinya!” Begitu anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya yang dikatakan oleh Stefanus, mereka sakit hati dan marah sekali kepadanya. Tetapi Stefanus yang dikuasai oleh Roh Allah, memandang ke langit. Ia melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di tempat berkuasa di sebelah kanan Allah. “Lihat,” kata Stefanus, “saya melihat surga terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah!” Anggota-anggota mahkamah itu menutup telinga mereka sambil berteriak-teriak, lalu serentak menyerang Stefanus. Mereka menyeret dia ke luar kota kemudian melemparinya dengan batu. Orang-orang yang menyaksikan kejadian itu menitipkan pakaian mereka pada seorang muda yang bernama Saulus. Sementara mereka melempari Stefanus, Stefanus berseru, “Tuhan Yesus, terimalah rohku!” Lalu ia berlutut dan berteriak dengan suara yang keras, “Tuhan, janganlah dosa ini ditanggungkan ke atas mereka!” Sesudah mengatakan begitu ia pun mati.