1 Raja-raja 22:1-35
1 Raja-raja 22:1-35 Alkitab Terjemahan Baru (TB)
Tiga tahun lamanya orang tinggal aman dengan tidak ada perang antara Aram dan Israel. Pada tahun yang ketiga pergilah Yosafat, raja Yehuda, kepada raja Israel. Berkatalah raja Israel kepada pegawai-pegawainya: ”Tahukah kamu, bahwa Ramot-Gilead sebenarnya milik kita? Tetapi kita tinggal diam saja dan tidak merebutnya dari tangan raja negeri Aram.” Lalu katanya kepada Yosafat: ”Maukah engkau pergi bersama-sama aku untuk memerangi Ramot-Gilead?” Jawab Yosafat kepada raja Israel: ”Kita sama-sama, aku dan engkau, rakyatku dan rakyatmu, kudaku dan kudamu.” Tetapi Yosafat berkata kepada raja Israel: ”Baiklah tanyakan dahulu firman TUHAN.” Lalu raja Israel mengumpulkan para nabi, kira-kira empat ratus orang banyaknya, kemudian bertanyalah ia kepada mereka: ”Apakah aku boleh pergi berperang melawan Ramot-Gilead atau aku membatalkannya?” Jawab mereka: ”Majulah! Tuhan akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.” Tetapi Yosafat bertanya: ”Tidak adakah lagi di sini seorang nabi TUHAN, supaya dengan perantaraannya kita dapat meminta petunjuk?” Jawab raja Israel kepada Yosafat: ”Masih ada seorang lagi yang dengan perantaraannya dapat diminta petunjuk TUHAN. Tetapi aku membenci dia, sebab tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan malapetaka. Orang itu ialah Mikha bin Yimla.” Kata Yosafat: ”Janganlah raja berkata demikian.” Kemudian raja Israel memanggil seorang pegawai istana, katanya: ”Jemputlah Mikha bin Yimla dengan segera!” Sementara raja Israel dan Yosafat, raja Yehuda, duduk masing-masing di atas takhtanya dengan pakaian kebesaran, di suatu tempat pengirikan di depan pintu gerbang Samaria, sedang semua nabi itu bernubuat di depan mereka, maka Zedekia bin Kenaana membuat tanduk-tanduk besi, lalu berkata: ”Beginilah firman TUHAN: Dengan ini engkau akan menanduk Aram sampai engkau menghabiskan mereka.” Juga semua nabi itu bernubuat demikian, katanya: ”Majulah ke Ramot-Gilead, dan engkau akan beruntung; TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.” Suruhan yang pergi memanggil Mikha itu, berkata kepadanya: ”Ketahuilah, nabi-nabi itu sudah sepakat meramalkan yang baik bagi raja, hendaklah engkau juga berbicara seperti salah seorang dari pada mereka dan meramalkan yang baik.” Tetapi Mikha menjawab: ”Demi TUHAN yang hidup, sesungguhnya, apa yang akan difirmankan TUHAN kepadaku, itulah yang akan kukatakan.” Setelah ia sampai kepada raja, bertanyalah raja kepadanya: ”Mikha, apakah kami boleh pergi berperang melawan Ramot-Gilead atau kami membatalkannya?” Jawabnya kepadanya: ”Majulah dan engkau akan beruntung, sebab TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.” Tetapi raja berkata kepadanya: ”Sampai berapa kali aku menyuruh engkau bersumpah, supaya engkau mengatakan kepadaku tidak lain dari kebenaran demi nama TUHAN?” Lalu jawabnya: ”Telah kulihat seluruh Israel bercerai-berai di gunung-gunung seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala, sebab itu TUHAN berfirman: Mereka ini tidak punya tuan; baiklah masing-masing pulang ke rumahnya dengan selamat.” Kemudian raja Israel berkata kepada Yosafat: ”Bukankah telah kukatakan kepadamu: Tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan hanya malapetaka?” Kata Mikha: ”Sebab itu dengarkanlah firman TUHAN. Aku telah melihat TUHAN sedang duduk di atas takhta-Nya dan segenap tentara sorga berdiri di dekat-Nya, di sebelah kanan-Nya dan di sebelah kiri-Nya. Dan TUHAN berfirman: Siapakah yang akan membujuk Ahab untuk maju berperang, supaya ia tewas di Ramot-Gilead? Maka yang seorang berkata begini, yang lain berkata begitu. Kemudian tampillah suatu roh, lalu berdiri di hadapan TUHAN. Ia berkata: Aku ini akan membujuknya. TUHAN bertanya kepadanya: Dengan apa? Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh dusta dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman: Biarlah engkau membujuknya, dan engkau akan berhasil pula. Keluarlah dan perbuatlah demikian! Karena itu, sesungguhnya TUHAN telah menaruh roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini, sebab TUHAN telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu.” Sesudah itu tampillah Zedekia bin Kenaana, ditamparnyalah pipi Mikha serta berkata: ”Mana boleh Roh TUHAN pindah dari padaku untuk berbicara kepadamu?” Tetapi Mikha menjawab: ”Sesungguhnya engkau akan melihatnya pada hari engkau lari dari satu kamar ke kamar yang lain untuk menyembunyikan diri.” Berkatalah raja Israel: ”Tangkaplah Mikha, bawa dia kembali kepada Amon, penguasa kota, dan kepada Yoas, anak raja, dan katakan: Beginilah titah raja: Masukkan orang ini dalam penjara dan beri dia makan roti dan minum air serba sedikit sampai aku pulang dengan selamat.” Tetapi jawab Mikha: ”Jika benar-benar engkau pulang dengan selamat, tentulah TUHAN tidak berfirman dengan perantaraanku!” Lalu disambungnya: ”Dengarlah, hai bangsa-bangsa sekalian!” Sesudah itu majulah raja Israel dengan Yosafat, raja Yehuda, ke Ramot-Gilead. Raja Israel berkata kepada Yosafat: ”Aku akan menyamar dan masuk pertempuran, tetapi engkau, pakailah pakaian kebesaranmu.” Lalu menyamarlah raja Israel, kemudian masuk ke pertempuran. Adapun raja negeri Aram telah memberi perintah kepada para panglima pasukan keretanya, tiga puluh dua orang banyaknya, demikian: ”Janganlah kamu berperang melawan sembarang orang, melainkan melawan raja Israel saja.” Segera sesudah para panglima pasukan kereta itu melihat Yosafat, mereka berkata: ”Itu pasti raja Israel!” Lalu majulah mereka untuk menyerang dia, tetapi Yosafat berteriak. Segera sesudah para panglima pasukan kereta itu melihat, bahwa dia bukanlah raja Israel, maka undurlah mereka dari padanya. Tetapi seseorang menarik panahnya dan menembak dengan sembarangan saja dan mengenai raja Israel di antara sambungan baju zirahnya. Kemudian ia berkata kepada pengemudi keretanya: ”Putar! Bawa aku keluar dari pertempuran, sebab aku sudah luka.” Tetapi pertempuran itu bertambah seru pada hari itu, dan raja tetap ditopang berdiri di dalam kereta berhadapan dengan orang Aram itu, sampai ia mati pada waktu petang. Darahnya mengalir dari lukanya ke dalam palung kereta.
1 Raja-raja 22:1-35 Terjemahan Sederhana Indonesia (TSI)
Selama tiga tahun, kerajaan Aram dan Israel tidak berperang. Akan tetapi, pada tahun ketiga, Yosafat raja Yehuda mengunjungi Ahab, raja Israel. Ahab berkata kepada para pejabatnya, “Tentunya kalian tahu bahwa kota Ramot Gilead adalah milik Israel. Janganlah kita diam saja dan tidak merebutnya kembali dari raja Aram!” Lalu dia berkata kepada Yosafat, “Bersediakah engkau pergi berperang bersamaku ke Ramot Gilead?” Yosafat menjawab Ahab, “Tentu saja! Rakyatku akan bersatu dengan rakyatmu. Begitu juga tentara dan pasukan berkuda kita. Tetapi sebelum itu kita harus meminta petunjuk TUHAN.” Lalu raja Israel memanggil para nabi. Jumlahnya sekitar empat ratus orang. Ahab bertanya, “Haruskah saya berperang melawan orang Aram di Ramot Gilead atau tidak?” Jawab mereka, “Pergilah, karena Tuhan akan membuat engkau menang.” Akan tetapi Yosafat bertanya lagi, “Apakah tidak ada lagi nabi TUHAN di sini, yang bisa kita mintai petunjuk?” Jawab Ahab, “Masih ada satu orang lagi yang dapat meminta petunjuk dari TUHAN. Namanya Mikaya anak Yimla. Tetapi saya sebal kepada orang itu, karena dia tidak pernah menubuatkan yang baik tentang saya, selalu hanya malapetaka.” Jawab Yosafat, “Ah, tidak patut seorang raja berkata begitu! Mari kita panggil dia juga.” Kemudian raja Israel memanggil seorang pegawainya dan berkata, “Segeralah jemput Mikaya anak Yimla.” Saat itu Ahab dan Yosafat memakai baju kerajaan. Mereka sedang duduk di kursi kehormatan di tempat pengirikan gandum yang terletak di pintu gerbang Samaria. Di hadapan mereka, keempat ratus nabi tadi sedang bernubuat. Salah seorang di antara para nabi yang bernama Zedekia anak Kenaana membuat tanduk dari besi dan berkata kepada Ahab,“Beginilah pesan TUHAN, ‘Tanduk besi ini melambangkan bahwa kekuatanmu akan sangat besar. Engkau akan mengalahkan orang Aram sampai mereka semua habis!’” Nabi- nabi lainnya juga menubuatkan hal yang sama. Kata mereka, “Seranglah Ramot Gilead. Engkau pasti berhasil karena TUHAN akan membuatmu menang.” Sementara itu, utusan yang ditugaskan untuk menjemput Mikaya berkata kepadanya, “Semua nabi sama-sama menubuatkan hal yang baik kepada raja. Jadi tolong, ikutilah mereka, dan katakan yang baik saja.” Tetapi jawab Mikaya, “Demi TUHAN yang hidup, saya hanya akan menyampaikan apa yang TUHAN katakan kepada saya.” Ketika Mikaya datang menghadap raja, Ahab bertanya kepadanya, “Mikaya, haruskah kami menyerang Ramot Gilead atau tidak?” Dengan nada menyindir Mikaya menjawab, “Serang saja. Engkau pasti berhasil karena TUHAN akan membuatmu menang.” Tetapi Ahab berkata, “Sudah berkali-kali saya tegaskan: Waktu menyampaikan pesan TUHAN, bicaralah yang benar!” Maka Mikaya menjawab, “Saya mendapat penglihatan bahwa orang-orang Israel berlarian tercerai berai di pegunungan, seperti domba yang tidak bergembala. TUHAN berkata, ‘Mereka sudah tidak mempunyai raja. Biarlah mereka kembali ke rumah masing-masing dengan selamat.’” Ahab pun berkata kepada Yosafat, “Benar, bukan! Sudah saya bilang, orang ini tidak pernah menubuatkan yang baik bagi saya, selalu hanya malapetaka!” Mikaya menambahkan lagi, “Dengarkanlah pesan TUHAN ini: Saya melihat Sang Penguasa sedang duduk di takhta-Nya, dan seluruh malaikat balatentara surga berdiri di samping kanan dan kiri-Nya. TUHAN berkata, ‘Siapakah yang akan membujuk Ahab supaya dia pergi menyerang Ramot Gilead, agar dia terbunuh?’ Mereka masing-masing memberikan jawaban berbeda-beda. Kemudian salah satu yang hadir maju dan berkata, ‘Aku akan membujuknya.’ TUHAN bertanya, ‘Dengan cara apa?’ Jawabnya, ‘Aku akan membuat nabi-nabi Ahab memberi pesan yang tidak benar.’ Dan TUHAN berkata, “Engkau akan berhasil! Pergi dan perbuatlah demikian.’ Jadi, begitulah keadaan yang sebenarnya. TUHAN sudah membuat semua nabimu memberi pesan yang salah, karena TUHAN telah memutuskan bahwa engkau harus mengalami malapetaka.” Lalu Nabi Zedekia mendekati Mikaya dan menampar dia serta berkata, “Tidak mungkin Roh TUHAN memberi suatu pesan kepada saya lalu memberi pesan yang berbeda kepadamu dalam waktu yang sama!” Jawab Mikaya, “Kamu akan menyadari siapa yang memberi pesan yang benar pada waktu malapetaka itu terjadi. Karena ketahuilah, hari itu kamu berusaha bersembunyi di dalam sebuah kamar.” Kemudian Ahab berkata, “Bawalah Mikaya kepada Amon, walikota Samaria, dan kepada anakku Yoas. Katakan kepada mereka ‘Raja memerintahkan agar orang ini dipenjarakan. Setiap hari berikan kepadanya hanya sepotong roti dan sedikit air minum, sampai saya kembali dengan selamat.’” Lalu Mikaya menjawab, “Dengarkanlah, kalian semua yang berkumpul di sini! Jika raja kembali dengan selamat, itu berarti pesan yang saya sampaikan atas nama TUHAN tidak dapat dipercaya.” Kemudian pasukan gabungan Ahab dan Yosafat pergi menyerang Ramot Gilead. Ahab berkata kepada Yosafat, “Saya akan menyamar dengan memakai baju prajurit dan masuk ke medan perang. Tetapi engkau, pakailah baju raja.” Jadi, Ahab menyamar dan masuk ke tengah pertempuran. Namun, sebelum berperang raja Aram sudah memerintahkan tiga puluh dua komandan regu kereta, “Cari dan bunuhlah raja Israel saja. Tidak perlu bertempur dengan tentara-tentaranya, baik yang berpangkat rendah maupun tinggi.” Karena itu, waktu para komandan melihat Yosafat yang berbaju raja, mereka berseru, “Itu raja Israel!” Maka mereka mendekati dia untuk menyerangnya. Tetapi ketika Yosafat berteriak, mereka menyadari bahwa dia bukan raja Israel. Jadi mereka mundur dan berhenti mengejarnya. Sementara itu, seorang prajurit menembakkan panah secara sembarang saja, tanpa sasaran. Panah itu menikam raja Israel tepat di antara sambungan baju perangnya. Lalu Ahab memerintahkan pengemudi keretanya, “Putar balik! Bawa saya keluar dari pertempuran ini, karena saya sudah terluka.” Pertempuran berlanjut dengan sengit sepanjang hari itu. Ahab duduk bersandar di dalam keretanya yang sedang menghadapi pasukan Aram. Darah dari lukanya mengalir sampai memenuhi lantai kereta. Petang itu Ahab pun meninggal.
1 Raja-raja 22:1-35 Alkitab dalam Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK)
Selama dua tahun lebih tidak ada perang antara Israel dan Siria. Tetapi pada tahun ketiga, Yosafat raja Yehuda pergi mengunjungi Ahab raja Israel. Sebelum itu Ahab sudah berkata kepada para perwiranya, “Kalian mengetahui bahwa kota Ramot di Gilead itu milik kita! Mengapa kita tidak merebutnya kembali dari raja Siria?” Maka ketika Yosafat datang, Ahab bertanya, “Maukah Anda pergi bersama aku menyerang Ramot?” Yosafat menjawab, “Baik! Kita pergi bersama-sama. Tentara dan pasukan berkudaku akan bergabung dengan tentara dan pasukan berkuda Anda. Tetapi sebaiknya kita tanyakan dulu kepada TUHAN.” Maka Ahab mengumpulkan kira-kira 400 nabi lalu bertanya kepada mereka, “Bolehkah aku pergi menyerang Ramot atau tidak?” “Boleh!” jawab mereka. “TUHAN akan menyerahkan kota itu kepada Baginda.” Tetapi Yosafat bertanya lagi, “Apakah di sini tidak ada nabi lain yang dapat bertanya kepada TUHAN untuk kita?” Ahab menjawab, “Masih ada satu, Mikha anak Yimla. Tapi aku benci kepadanya, sebab tidak pernah ia meramalkan sesuatu yang baik untuk aku; selalu yang tidak baik.” “Ah, jangan berkata begitu!” sahut Yosafat. Maka Ahab memanggil seorang pegawai istana lalu menyuruh dia segera pergi menjemput Mikha. Pada waktu itu Ahab dan Yosafat, dengan pakaian kebesaran, duduk di kursi kerajaan di tempat pengirikan gandum depan pintu gerbang Samaria, sementara para nabi datang menghadap dan menyampaikan ramalan mereka. Salah seorang dari nabi-nabi itu, yang bernama Zedekia anak Kenaana, membuat tanduk-tanduk besi lalu berkata kepada Ahab, “Inilah yang dikatakan TUHAN, ‘Dengan tanduk-tanduk seperti ini Baginda akan menghantam Siria dan menghancurkan mereka.’ ” Semua nabi yang lain setuju dan berkata, “Serbulah Ramot, Baginda akan berhasil. TUHAN akan memberi kemenangan kepada Baginda.” Sementara itu utusan yang menjemput Mikha, berkata kepada Mikha, “Semua nabi yang lain meramalkan kemenangan untuk raja. Kiranya Bapak juga meramalkan yang baik seperti mereka.” Tetapi Mikha menjawab, “Demi TUHAN yang hidup, aku hanya akan mengatakan apa yang dikatakan TUHAN kepadaku!” Setelah Mikha tiba di depan Raja Ahab, raja bertanya, “Bolehkah aku dan Raja Yosafat pergi menyerang Ramot, atau tidak?” “Seranglah!” sahut Mikha. “Tentu Baginda akan berhasil. TUHAN akan memberi kemenangan kepada Baginda.” Ahab menjawab, “Kalau kau berbicara kepadaku demi nama TUHAN, katakanlah yang benar. Berapa kali engkau harus kuperingatkan tentang hal itu?” Mikha membalas, “Aku melihat tentara Israel kucar-kacir di gunung-gunung. Mereka seperti domba tanpa gembala, dan TUHAN berkata tentang mereka, ‘Orang-orang ini tidak mempunyai pemimpin. Biarlah mereka pulang dengan selamat.’ ” Lalu kata Ahab kepada Yosafat, “Benar kataku, bukan? Tidak pernah ia meramalkan yang baik untuk aku! Selalu yang jelek saja!” Mikha berkata lagi, “Sekarang dengarkan apa yang dikatakan TUHAN! Aku melihat TUHAN duduk di tahta-Nya di surga, dan semua malaikat-Nya berdiri di dekat-Nya. TUHAN bertanya, ‘Siapa akan membujuk Ahab supaya ia mau pergi berperang dan tewas di Ramot di Gilead?’ Jawaban malaikat-malaikat itu berbeda-beda. Akhirnya tampillah suatu roh. Ia mendekati TUHAN dan berkata, ‘Akulah yang akan membujuk dia.’ ‘Bagaimana caranya?’ tanya TUHAN. Roh itu menjawab, ‘Aku akan pergi dan membuat semua nabi Ahab membohong.’ TUHAN berkata, ‘Baik, lakukanlah itu, engkau akan berhasil membujuk dia.’ ” Selanjutnya Mikha berkata, “Nah, itulah yang terjadi! TUHAN telah membuat nabi-nabi Baginda berdusta kepada Baginda sebab TUHAN sudah menentukan untuk menimpakan bencana kepada Baginda!” Maka majulah Nabi Zedekia mendekati Mikha lalu menampar mukanya dan berkata, “Mana mungkin Roh TUHAN meninggalkan aku dan berbicara kepadamu?” Mikha menjawab, “Nanti kaulihat buktinya pada waktu engkau masuk ke sebuah kamar untuk bersembunyi.” “Tangkap dia!” perintah Raja Ahab, “dan bawa dia kepada Amon, wali kota, dan kepada Pangeran Yoas. Suruh mereka memasukkan dia ke dalam penjara, dan memberi dia makan dan minum sedikit saja sampai aku kembali dengan selamat.” Kata Mikha, “Kalau Baginda kembali dengan selamat, berarti TUHAN tidak berbicara melalui saya! Semua yang hadir di sini menjadi saksi.” Kemudian Ahab raja Israel, dan Yosafat raja Yehuda pergi menyerang kota Ramot di Gilead. Ahab berkata kepada Yosafat, “Aku akan menyamar dan ikut bertempur, tetapi Anda hendaklah memakai pakaian kebesaranmu.” Demikianlah raja Israel menyamar ketika pergi bertempur. Pada waktu itu ketiga puluh dua panglima pasukan kereta perang Siria telah diperintahkan oleh rajanya untuk menyerang hanya raja Israel. Jadi, ketika mereka melihat Raja Yosafat, mereka semua menyangka ia raja Israel. Karena itu mereka menyerang dia. Tetapi Yosafat berteriak, maka mereka pun menyadari bahwa ia bukan raja Israel. Lalu mereka berhenti menyerang dia. Secara kebetulan seorang prajurit Siria melepaskan anak panahnya, tanpa mengarahkannya ke sasaran tertentu. Tetapi anak panah itu mengenai Ahab dan menembus baju perangnya pada bagian sambungannya. “Aku kena!” seru Ahab kepada pengemudi keretanya. “Putar dan bawalah aku keluar dari pertempuran!” Tapi karena pertempuran masih berkobar, Raja Ahab tetap berdiri sambil ditopang dalam keretanya menghadap tentara Siria. Darahnya mengalir dari lukanya, menggenangi lantai kereta. Petang harinya ia meninggal.