1 Raja-raja 2:13-46
1 Raja-raja 2:13-46 Terjemahan Sederhana Indonesia (TSI)
Suatu hari, Adonia, anak Daud dari istrinya yang bernama Hagit, datang kepada Batsyeba, ibu Salomo. Batsyeba bertanya, “Apakah kamu datang dengan maksud baik?” Adonia menjawab, “Ya, dengan maksud baik.” Kata Adonia lagi, “Ada yang ingin saya bicarakan dengan Ibu.” Jawab Batsyeba, “Katakanlah.” Adonia berkata, “Ibu tahu bahwa sesungguhnya sayalah yang berhak menjadi raja, dan seluruh rakyat Israel mengharapkan saya menjadi raja. Tetapi keadaan malah terbalik, kerajaan ini diberikan kepada adik saya karena itulah keputusan TUHAN. Jadi sekarang, hanya satu permintaan saya. Mohon jangan menolak permintaan ini.” Tanya Batsyeba, “Apa yang kamu inginkan?” Jawab Adonia, “Tolong minta kepada Raja Salomo supaya dia mengizinkan saya menikahi Abisag, gadis Sunem itu. Saya yakin dia tidak akan menolak jika Ibu yang memintanya.” Batsyeba menjawab, “Baiklah, saya akan menyampaikan permintaanmu kepadanya.” Lalu Batsyeba pergi menemui Salomo untuk menyampaikan permintaan Adonia. Salomo berdiri menyambut dia dan memberi hormat kepada ibunya itu, lalu kembali duduk di takhta. Salomo memerintahkan pelayannya menaruh tempat duduk untuk ibunda raja, lalu duduklah Batsyeba di sebelah kanan Salomo. Kemudian Batsyeba berkata, “Ibu punya satu permintaan kecil untukmu. Tolong jangan menolaknya.” Jawab Salomo, “Katakanlah permintaan itu, Ibu. Aku tidak akan menolak.” Kata Batsyeba, “Izinkanlah kakakmu Adonia menikahi Abisag, gadis Sunem itu.” Jawab raja, “Bisa-bisanya Ibu bersepakat dengan Adonia untuk meminta Abisag menjadi istrinya! Sekalian saja Ibu meminta aku menyerahkan jabatan raja kepadanya. Lagipula dia memang lebih tua, dan dia didukung oleh Imam Abiatar dan Yoab!” Lalu bersumpahlah Raja Salomo di hadapan TUHAN, “Kiranya Allah menghukum aku dengan berat jika aku tidak membuat Adonia membayar permintaan ini dengan nyawanya! Di hadapan TUHAN yang hidup, yang sudah memilih dan mengangkat aku untuk menggantikan ayahku, serta menetapkan aku sebagai penerus garis keturunan dari Daud, Aku memutuskan bahwa Adonia akan dihukum mati hari ini juga!” Kemudian Raja Salomo memerintahkan Benaya anak Yoyada untuk membunuh Adonia. Maka Adonia pun dihukum mati. Sesudah itu, Salomo berkata kepada Imam Abiatar, “Kembalilah ke tempat tinggalmu di Anatot. Engkau layak dihukum mati. Tetapi saat ini saya tidak akan membunuhmu karena saya ingat bahwa selama ayah saya memerintah, engkau mengurus pengangkutan peti perjanjian TUHAN dan turut menderita bersamanya dalam segala kesulitan yang dia alami.” Dengan demikian Salomo memecat Abiatar dari jabatannya sebagai imam. Hal itu menggenapi nubuatan yang disampaikan kepada Imam Eli di Silo mengenai keturunannya. Ketika berita kematian Adonia sampai kepada Yoab, dia segera melarikan diri ke kemah TUHAN dan memegang tanduk-tanduk di sudut mezbah untuk meminta perlindungan TUHAN. Karena walaupun Yoab sebelumnya tidak mendukung Absalom untuk menjadi raja, dia mendukung Adonia. Sewaktu mendengar kabar bahwa Yoab kabur dan berlindung di mezbah TUHAN, Salomo memerintahkan Benaya, “Pergi dan bunuhlah dia.” Sesampainya di kemah TUHAN, Benaya berkata kepada Yoab, “Raja memerintahkan kamu keluar dari sini!” Tetapi jawab Yoab, “Tidak! Saya pilih mati di sini!” Kemudian Benaya kembali dan melaporkan jawaban Yoab kepada raja. Lalu Salomo berkata, “Lakukanlah seperti yang dia katakan. Bunuh dan kuburkan dia. Dengan demikian, saya dan keluarga ayah saya bebas dari noda dosa Yoab yang telah membunuh dua orang tak bersalah, yaitu Abner, panglima tentara Israel, dan Amasa, panglima tentara Yehuda, orang yang lebih benar dan lebih baik daripada Yoab sendiri. Melalui keputusanku ini biarlah TUHAN menghukum Yoab, karena kedua pembunuhan itu bukan kemauan ayahku. Yoab dan keturunannya akan menanggung hukuman atas perbuatannya itu untuk selamanya. Tetapi sampai selama-lamanya TUHAN akan memberi damai bagi kerajaan Daud turun-temurun.” Maka Benaya kembali ke kemah TUHAN dan membunuh Yoab, lalu menguburkan dia di rumahnya di padang belantara. Sesudah itu, Raja Salomo mengangkat Benaya menjadi penglima tentara untuk menggantikan Yoab, dan Zadok menjadi imam untuk menggantikan Abiatar. Kemudian Salomo mengutus orang memanggil Simei. Maka Simei datang menghadap, dan Salomo berkata kepadanya, “Bangunlah rumah di sini, di Yerusalem. Tinggallah di situ dan jangan pergi ke tempat lain. Jika kamu keluar dan pergi menyeberangi Lembah Kidron, kamu akan dihukum mati. Kamu sendirilah yang akan bertanggung jawab atas kematianmu.” Jawab Simei kepada raja, “Hamba menerima dan akan melaksanakan perintah Tuanku Raja.” Maka tinggallah Simei di Yerusalem untuk waktu yang lama. Tetapi tiga tahun kemudian, dua orang budak Simei melarikan diri kepada Akis anak Maaka, raja di kota Gat. Ketika Simei mendengar bahwa kedua budaknya ada di Gat, dia pun bersiap-siap, memasang pelana pada keledainya, dan pergi ke Gat menemui Akis untuk mencari mereka. Simei berhasil membawa budak-budaknya pulang. Ketika Salomo mendengar bahwa Simei sudah pergi ke Gat dan kembali, dia memanggil Simei lalu berkata kepadanya, “Kamu tentu ingat bahwa saya sudah menyuruhmu bersumpah di hadapan TUHAN untuk menaati peringatan ini, ‘Kalau kamu meninggalkan Yerusalem dan pergi ke mana pun, ketahuilah bahwa kamu pasti dihukum mati.’ Kamu juga berkata, ‘Hamba menerima dan akan melaksanakan perintah Tuanku.’ Lalu mengapa kamu melanggar sumpah yang kamu buat di hadapan TUHAN dengan melanggar perintah saya? Kamu sendiri tahu betapa jahat perlakuanmu terhadap ayah saya. Sekarang TUHAN akan menghukummu atas kejahatanmu itu. Tetapi Dia akan memberkati saya, dan membuat kerajaan Daud tetap berkuasa sampai selamanya.” Lalu raja memerintahkan Benaya untuk membawa Simei keluar dan membunuh dia. Demikianlah Salomo mengokohkan kerajaannya.
1 Raja-raja 2:13-46 Alkitab Terjemahan Baru (TB)
Pada suatu hari Adonia, anak Hagit, masuk menghadap Batsyeba, ibu Salomo, lalu perempuan itu berkata: ”Apakah engkau datang dengan maksud damai?” Jawabnya: ”Ya, damai!” Kemudian katanya: ”Ada sesuatu yang hendak kukatakan kepadamu.” Jawab perempuan itu: ”Katakanlah!” Lalu katanya: ”Engkau sendiri tahu bahwa akulah yang berhak atas kedudukan raja, dan bahwa seluruh Israel mengharapkan, supaya aku menjadi raja; tetapi sebaliknya kedudukan raja jatuh kepada adikku, sebab dari TUHANlah ia mendapatnya. Dan sekarang, satu permintaan saja kusampaikan kepadamu; janganlah tolak permintaanku.” Jawab perempuan itu kepadanya: ”Katakanlah!” Maka katanya: ”Bicarakanlah kiranya dengan raja Salomo, sebab ia tidak akan menolak permintaanmu, supaya Abisag, gadis Sunem itu, diberikannya kepadaku menjadi isteriku.” Jawab Batsyeba: ”Baik, aku akan membicarakan hal itu untuk engkau dengan raja.” Batsyeba masuk menghadap raja Salomo untuk membicarakan hal itu untuk Adonia, lalu bangkitlah raja mendapatkannya serta tunduk menyembah kepadanya; kemudian duduklah ia di atas takhtanya dan ia menyuruh meletakkan kursi untuk bunda raja, lalu perempuan itu duduk di sebelah kanannya. Berkatalah perempuan itu: ”Suatu permintaan kecil saja yang kusampaikan kepadamu, janganlah tolak permintaanku.” Jawab raja kepadanya: ”Mintalah, ya ibu, sebab aku tidak akan menolak permintaanmu.” Kata perempuan itu: ”Biarlah Abisag, gadis Sunem itu, diberikan kepada kakakmu Adonia menjadi isterinya.” Tetapi raja Salomo menjawab ibunya: ”Mengapa engkau meminta hanya Abisag, gadis Sunem itu, untuk Adonia? Minta jugalah untuknya kedudukan raja! Bukankah dia saudaraku yang lebih tua, dan di pihaknya ada imam Abyatar dan Yoab, anak Zeruya?” Lalu bersumpahlah raja Salomo demi TUHAN: ”Beginilah kiranya Allah menghukum aku, bahkan lebih dari pada itu, jika Adonia tidak membayarkan nyawanya dengan permintaan ini! Oleh sebab itu, demi TUHAN yang hidup, yang menegakkan aku dan mendudukkan aku di atas takhta Daud, ayahku, dan yang membuat bagiku suatu keluarga seperti yang dijanjikan-Nya: pada hari ini juga Adonia harus dibunuh.” Lalu raja Salomo menyerahkan hal itu kepada Benaya bin Yoyada; orang ini memancung dia sehingga mati. Dan kepada imam Abyatar raja berkata: ”Pergilah ke Anatot, ke tanah milikmu, sebab engkau patut dihukum mati, tetapi pada hari ini aku tidak akan membunuh engkau, oleh karena engkau telah mengangkat tabut Tuhan ALLAH di depan Daud, ayahku, dan oleh karena engkau telah turut menderita dalam segala sengsara yang diderita ayahku.” Lalu Salomo memecat Abyatar dari jabatannya sebagai imam TUHAN. Dengan demikian Salomo memenuhi firman TUHAN yang telah dikatakan-Nya di Silo mengenai keluarga Eli. Ketika kabar itu sampai kepada Yoab – memang Yoab telah memihak kepada Adonia, sekalipun ia tidak memihak kepada Absalom – maka larilah Yoab ke kemah TUHAN, lalu memegang tanduk-tanduk mezbah. Kemudian diberitahukanlah kepada Salomo, bahwa Yoab sudah lari ke kemah TUHAN, dan telah ada di samping mezbah. Lalu Salomo menyuruh Benaya bin Yoyada: ”Pergilah, pancung dia.” Benaya masuk ke dalam kemah TUHAN serta berkata kepadanya: ”Beginilah kata raja: Keluarlah.” Jawabnya: ”Tidak, sebab di sinilah aku mau mati.” Lalu Benaya menyampaikan jawab itu kepada raja, katanya: ”Beginilah kata Yoab dan beginilah jawabnya kepadaku.” Kata raja kepadanya: ”Perbuatlah seperti yang dikatakannya; pancunglah dia dan kuburkanlah dia; dengan demikian engkau menjauhkan dari padaku dan dari pada kaumku noda darah yang ditumpahkan Yoab dengan tidak beralasan. Dan TUHAN akan menanggungkan darahnya kepadanya sendiri, karena ia telah membunuh dua orang yang lebih benar dan lebih baik dari padanya. Ia membunuh mereka dengan pedang, dengan tidak diketahui ayahku Daud, yaitu Abner bin Ner, panglima Israel, dan Amasa bin Yeter, panglima Yehuda. Demikianlah darah mereka akan ditanggungkan kepada Yoab dan keturunannya untuk selama-lamanya, tetapi Daud dan keturunannya dan keluarganya dan takhtanya akan mendapat selamat dari pada TUHAN sampai selama-lamanya.” Maka berangkatlah Benaya bin Yoyada, lalu memancung dan membunuh Yoab, kemudian dia dikuburkan di rumahnya sendiri di padang gurun. Raja mengangkat Benaya bin Yoyada menggantikan Yoab menjadi kepala tentara; dan raja mengangkat imam Zadok menggantikan Abyatar. Kemudian raja menyuruh memanggil Simei, dan berkata kepadanya: ”Dirikanlah bagimu sebuah rumah di Yerusalem, diamlah di sana, dan janganlah keluar dari sana ke mana-mana pun. Sebab ketahuilah sungguh-sungguh, bahwa pada waktu engkau keluar dan menyeberangi sungai Kidron, pastilah engkau mati dibunuh dan darahmu akan ditanggungkan kepadamu sendiri.” Lalu berkatalah Simei kepada raja: ”Baiklah demikian! Seperti yang tuanku raja katakan, demikianlah akan dilakukan hambamu ini.” Lalu Simei diam di Yerusalem beberapa waktu lamanya. Dan sesudah lewat tiga tahun, terjadilah bahwa dua orang hamba Simei lari kepada Akhis bin Maakha, raja Gat, lalu diberitahukan kepada Simei: ”Ketahuilah, kedua orang hambamu ada di Gat.” Maka berkemaslah Simei, dipelanainya keledainya, dan pergilah ia ke Gat, kepada Akhis, untuk mencari hambanya itu. Lalu Simei pulang dan membawa mereka dari Gat. Ketika diberitahukan kepada Salomo, bahwa tadinya Simei pergi dari Yerusalem ke Gat dan sekarang sudah pulang, maka raja menyuruh memanggil Simei dan berkata kepadanya: ”Bukankah aku telah menyuruh engkau bersumpah demi TUHAN dan telah memperingatkan engkau, begini: Ketahuilah sungguh-sungguh, bahwa pada waktu engkau keluar dan pergi ke mana-mana pun, pastilah engkau mati dibunuh! Dan engkau telah menjawab: Baiklah demikian, aku akan mentaatinya. Mengapa engkau tidak menepati sumpah demi TUHAN itu dan juga perintah yang kuperintahkan kepadamu?” Kemudian kata raja kepada Simei: ”Engkau sendiri tahu dalam hatimu segala kejahatan yang kauperbuat kepada Daud, ayahku, maka TUHAN telah menanggungkan kejahatanmu itu kepadamu sendiri. Tetapi diberkatilah kiranya raja Salomo dan kokohlah takhta Daud di hadapan TUHAN sampai selama-lamanya.” Raja memberi perintah kepada Benaya bin Yoyada, lalu keluarlah Benaya, dipancungnya Simei sehingga mati. Demikianlah kerajaan itu kokoh di tangan Salomo.
1 Raja-raja 2:13-46 Alkitab dalam Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK)
Pada suatu hari, Adonia pergi kepada Batsyeba. Bertanyalah Batsyeba kepada Adonia, “Apakah kunjunganmu ini dengan maksud baik?” “Ya,” jawab Adonia. Lalu ia menambahkan, “Ada sesuatu yang saya ingin minta dari ibu.” “Apa?” tanya Batsyeba. Adonia menjawab, “Ibu tahu bahwa sayalah yang seharusnya menjadi raja; itu sudah diharapkan oleh seluruh Israel. Tetapi yang terjadi adalah yang sebaliknya; adikku yang menjadi raja, karena TUHAN menghendaki demikian. Sekarang ada satu permintaan saya, kiranya Ibu jangan menolaknya.” “Apa permintaanmu?” tanya Batsyeba. Adonia menjawab, “Saya mohon Ibu mau meminta kepada Raja Salomo untuk mengizinkan saya mengawini Abisag, gadis dari Sunem itu. Saya yakin Salomo tidak akan menolak permintaan Ibu.” “Ya, baiklah,” jawab Batsyeba. “Saya akan membicarakan hal itu dengan raja untuk engkau.” Maka pergilah Batsyeba kepada raja dengan maksud membicarakan hal itu untuk Adonia. Raja berdiri menyambut ibunya dan sujud kepadanya, lalu duduk lagi di atas tahtanya. Kemudian ia menyuruh orang menyediakan kursi di sebelah kanannya untuk ibunya. Setelah duduk, berkatalah Batsyeba, “Ibu ingin meminta sesuatu yang kecil saja daripadamu. Ibu harap kau tidak akan menolaknya.” “Apa itu, Ibu?” tanya Salomo. “Saya tidak akan menolak.” Batsyeba menjawab, “Izinkanlah Adonia, abangmu itu mengawini Abisag.” “Mengapa Ibu meminta hal itu kepada saya?” tanya Salomo. “Itu sama saja dengan meminta supaya saya memberikan tahta kerajaan ini kepadanya. Bukankah dia abang saya? Lagi pula Imam Abyatar dan Yoab memihak dia!” Setelah berkata begitu bersumpahlah Salomo demi TUHAN, “Biarlah saya terkena kutukan TUHAN, kalau saya tidak menghukum mati Adonia karena permintaannya itu! TUHAN telah mengukuhkan kedudukan saya pada tahta ayah saya, Daud. TUHAN telah menepati janji-Nya dan telah memberikan kerajaan ini kepada saya dan keturunan saya. Saya bersumpah demi TUHAN yang hidup bahwa Adonia akan mati hari ini juga!” Maka Raja Salomo memberi perintah kepada Benaya, lalu Benaya pergi membunuh Adonia. Kemudian berkatalah Raja Salomo kepada Imam Abyatar, “Pergilah ke kampung halamanmu di Anatot. Kau patut dihukum mati, tapi hari ini aku tak akan membunuhmu, karena ketika kau masih bersama ayahku, kau ikut merasakan segala penderitaannya. Dan kau juga yang mengurus Peti Perjanjian TUHAN.” Lalu Salomo memecat Abyatar sebagai imam. Dengan perbuatan Salomo itu apa yang telah dikatakan TUHAN di Silo tentang keturunan Imam Eli telah menjadi kenyataan. Yoab mendengar tentang semua yang telah terjadi itu. Ia menjadi takut karena ia memihak kepada Adonia. Tapi, dahulu ia tidak memihak kepada Absalom. Maka ia lari ke Kemah TUHAN dan memegang ujung-ujung mezbah. Berita ini disampaikan kepada Raja Salomo. Maka raja menyuruh Benaya membunuh Yoab. Benaya pergi ke Kemah TUHAN dan berkata kepada Yoab, “Raja menyuruh engkau keluar dari situ!” “Tidak,” jawab Yoab. “Saya mau mati di sini.” Benaya kembali dan melaporkan hal itu kepada raja. Mendengar itu raja berkata, “Pergilah dan laksanakanlah apa yang dikatakannya itu. Bunuh dia dan kuburkan dia, supaya aku dan seluruh keturunan ayahku tidak bertanggung jawab lagi atas pembunuhan yang dilakukan Yoab terhadap orang yang tidak bersalah. TUHAN akan menghukum dia karena pembunuhan yang telah dilakukannya tanpa setahu ayahku. Abner perwira Israel, dan Amasa perwira Yehuda, kedua-duanya tidak bersalah. Mereka lebih baik daripada Yoab sendiri, tetapi ia membunuh mereka. Hukuman karena kematian kedua perwira itu akan ditanggung oleh Yoab dan keturunannya untuk selama-lamanya. Tetapi seluruh keturunan ayahku yang menjadi raja, selalu akan diberkati TUHAN -- mereka akan beruntung.” Maka pergilah Benaya ke Kemah TUHAN dan membunuh Yoab di situ. Lalu Yoab dikuburkan di rumahnya di luar kota. Kemudian raja mengangkat Benaya menjadi panglima angkatan bersenjata menggantikan Yoab, dan Zadok diangkat menjadi imam menggantikan Abyatar. Sesudah itu raja memanggil Simei lalu berkata kepadanya, “Buatlah rumah untuk dirimu di Yerusalem ini. Tinggallah di situ dan jangan keluar dari kota. Kalau kau berani keluar dan pergi melewati anak Sungai Kidron, kau harus dibunuh; dan kau sendirilah yang menanggung kesalahan itu.” “Baik, Paduka Yang Mulia,” jawab Simei. “Saya akan menuruti perintah Baginda.” Maka tinggallah Simei di Yerusalem beberapa waktu lamanya. Setelah tiga tahun terjadilah hal berikut ini: Dua orang hamba Simei lari ke Gat, kepada Raja Akhis putra Maakha. Ketika Simei diberitahu tentang hal itu, ia memasang pelana pada keledainya lalu pergi kepada Raja Akhis di Gat untuk mencari kedua hambanya itu. Ia menemukan mereka lalu membawa mereka pulang. Ketika Salomo mendengar apa yang telah dilakukan oleh Simei, ia menyuruh memanggil Simei lalu berkata, “Aku sudah membuat engkau berjanji demi TUHAN bahwa engkau tidak akan meninggalkan Yerusalem. Dan aku juga sudah memperingatkan engkau bahwa apabila engkau keluar dari Yerusalem, engkau harus mati. Nah, engkau sudah berjanji dan setuju untuk mentaati perintahku itu, bukan? Tetapi sekarang mengapa kauingkari janjimu itu dan kaulanggar perintahku? Kau tahu betul semua kejahatanmu terhadap ayahku. Untuk itu TUHAN akan menghukummu, tetapi aku akan diberkati-Nya dan kerajaan ayahku akan dikukuhkan-Nya sampai selama-lamanya.” Setelah berkata begitu, raja memberi perintah kepada Benaya lalu pergilah Benaya membunuh Simei. Kini Salomo berkuasa penuh di dalam kerajaannya.