1 Raja-raja 18:17-46

1 Raja-raja 18:17-46 Alkitab Terjemahan Baru (TB)

Segera sesudah Ahab melihat Elia, ia berkata kepadanya: ”Engkaukah itu, yang mencelakakan Israel?” Jawab Elia kepadanya: ”Bukan aku yang mencelakakan Israel, melainkan engkau ini dan kaum keluargamu, sebab kamu telah meninggalkan perintah-perintah TUHAN dan engkau ini telah mengikuti para Baal. Sebab itu, suruhlah mengumpulkan seluruh Israel ke gunung Karmel, juga nabi-nabi Baal yang empat ratus lima puluh orang itu dan nabi-nabi Asyera yang empat ratus itu, yang mendapat makan dari meja istana Izebel.” Ahab mengirim orang ke seluruh Israel dan mengumpulkan nabi-nabi itu ke gunung Karmel. Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: ”Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia.” Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah kata pun. Lalu Elia berkata kepada rakyat itu: ”Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi TUHAN, padahal nabi-nabi Baal itu ada empat ratus lima puluh orang banyaknya. Namun, baiklah diberikan kepada kami dua ekor lembu jantan; biarlah mereka memilih seekor lembu, memotong-motongnya, menaruhnya ke atas kayu api, tetapi mereka tidak boleh menaruh api. Aku pun akan mengolah lembu yang seekor lagi, meletakkannya ke atas kayu api dan juga tidak akan menaruh api. Kemudian biarlah kamu memanggil nama allahmu dan aku pun akan memanggil nama TUHAN. Maka allah yang menjawab dengan api, dialah Allah!” Seluruh rakyat menyahut, katanya: ”Baiklah demikian!” Kemudian Elia berkata kepada nabi-nabi Baal itu: ”Pilihlah seekor lembu dan olahlah itu dahulu, karena kamu ini banyak. Sesudah itu panggillah nama allahmu, tetapi kamu tidak boleh menaruh api.” Mereka mengambil lembu yang diberikan kepada mereka, mengolahnya dan memanggil nama Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: ”Ya Baal, jawablah kami!” Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu. Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: ”Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga.” Maka mereka memanggil lebih keras serta menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak, seperti kebiasaan mereka, sehingga darah bercucuran dari tubuh mereka. Sesudah lewat tengah hari, mereka kerasukan sampai waktu mempersembahkan korban petang, tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda perhatian. Kata Elia kepada seluruh rakyat itu: ”Datanglah dekat kepadaku!” Maka mendekatlah seluruh rakyat itu kepadanya. Lalu ia memperbaiki mezbah TUHAN yang telah diruntuhkan itu. Kemudian Elia mengambil dua belas batu, menurut jumlah suku keturunan Yakub. – Kepada Yakub ini telah datang firman TUHAN: ”Engkau akan bernama Israel.” – Ia mendirikan batu-batu itu menjadi mezbah demi nama TUHAN dan membuat suatu parit sekeliling mezbah itu yang dapat memuat dua sukat benih. Ia menyusun kayu api, memotong lembu itu dan menaruh potongan-potongannya di atas kayu api itu. Sesudah itu ia berkata: ”Penuhilah empat buyung dengan air, dan tuangkan ke atas korban bakaran dan ke atas kayu api itu!” Kemudian katanya: ”Buatlah begitu untuk kedua kalinya!” Dan mereka berbuat begitu untuk kedua kalinya. Kemudian katanya: ”Buatlah begitu untuk ketiga kalinya!” Dan mereka berbuat begitu untuk ketiga kalinya, sehingga air mengalir sekeliling mezbah itu; bahkan parit itu pun penuh dengan air. Kemudian pada waktu mempersembahkan korban petang, tampillah nabi Elia dan berkata: ”Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini. Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali.” Lalu turunlah api TUHAN menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya. Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata: ”TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!” Kata Elia kepada mereka: ”Tangkaplah nabi-nabi Baal itu, seorang pun dari mereka tidak boleh luput.” Setelah ditangkap, Elia membawa mereka ke sungai Kison dan menyembelih mereka di sana. Kemudian berkatalah Elia kepada Ahab: ”Pergilah, makanlah dan minumlah, sebab bunyi derau hujan sudah kedengaran.” Lalu Ahab pergi untuk makan dan minum. Tetapi Elia naik ke puncak gunung Karmel, lalu ia membungkuk ke tanah, dengan mukanya di antara kedua lututnya. Setelah itu ia berkata kepada bujangnya: ”Naiklah ke atas, lihatlah ke arah laut.” Bujang itu naik ke atas, ia melihat dan berkata: ”Tidak ada apa-apa.” Kata Elia: ”Pergilah sekali lagi.” Demikianlah sampai tujuh kali. Pada ketujuh kalinya berkatalah bujang itu: ”Wah, awan kecil sebesar telapak tangan timbul dari laut.” Lalu kata Elia: ”Pergilah, katakan kepada Ahab: Pasang keretamu dan turunlah, jangan sampai engkau terhalang oleh hujan.” Maka dalam sekejap mata langit menjadi kelam oleh awan badai, lalu turunlah hujan yang lebat. Ahab naik kereta lalu pergi ke Yizreel. Tetapi kuasa TUHAN berlaku atas Elia. Ia mengikat pinggangnya dan berlari mendahului Ahab sampai ke jalan yang menuju Yizreel.

1 Raja-raja 18:17-46 Terjemahan Sederhana Indonesia (TSI)

Begitu melihatnya, Ahab berkata, “Ini dia! Si perusak Israel!” Elia menjawab, “Bukan saya yang merusak Israel, tetapi kamu dan keluargamu! Karena kalian sudah memberontak terhadap perintah-perintah TUHAN dan menyembah Baal. Sekarang perintahkan seluruh rakyat Israel, 450 nabi Baal, dan 400 nabi Asyera yang hidupnya dibiayai Isebel untuk bersama-sama menemui saya di gunung Karmel. Ahab pun memanggil seluruh rakyat Israel dan semua nabi Baal untuk berkumpul di gunung Karmel. Lalu Elia berdiri di hadapan rakyat itu dan berkata,“Berapa lama lagi kalian akan mendua? Pilihlah salah satu yang kalian anggap Allahmu! Sembahlah TUHAN saja, atau Baal saja.” Orang-orang itu hanya diam. Lanjut Elia, “Di sini, hanya saya sendiri nabi yang mewakili TUHAN, sedangkan nabi Baal ada 450 orang. Nah, siapkanlah dua ekor sapi jantan. Berikan yang satu kepada nabi-nabi Baal itu, dan yang satunya kepada saya. Kami akan memotong sapi masing-masing lalu meletakkannya di atas kayu bakar. Tetapi jangan membuat api! Saya juga tidak akan membuat api. Kemudian, kalian nabi Baal, berdoalah kepada dewamu, sementara saya berdoa kepada TUHAN. Siapa yang mengabulkan doa dengan memberi api, itulah Allah yang benar.” Seluruh rakyat menjawab, “Setuju! Itu usul yang bagus.” Selanjutnya Elia berkata kepada nabi-nabi Baal, “Pilih seekor sapi jantan dan siapkanlah lebih dulu, karena jumlah kalian banyak. Lalu berdoalah kepada dewamu, tetapi kalian tidak boleh menyalakan api.” Nabi-nabi Baal itu mengambil sapi jantan yang diberikan kepada mereka, lalu menyiapkannya dan berseru-seru kepada Baal dari pagi sampai siang, “Ya dewa Baal, dengarkanlah kami!” Mereka juga menari-nari di sekeliling mezbah yang mereka buat. Akan tetapi, sama sekali tidak ada suara, tidak ada jawaban. Pada tengah hari, Elia mulai mengejek mereka, “Coba teriak lebih keras lagi, karena dia itu dewa besar. Mungkin dia sedang melamun, sedang membuang air, atau sedang jalan-jalan. Atau barangkali, dia sedang tidur dan harus dibangunkan.” Mereka terus berteriak, menggores-gores diri dengan pedang dan tombak hingga bercucuran darah, sesuai tata cara ibadah mereka. Sesudah lewat tengah hari, mereka masih terus berteriak-teriak sampai tiba waktunya persembahan petang. Namun, tetap tidak ada suara apa pun dari dewa mereka. Tidak ada yang menjawab. Tidak ada yang memperhatikan mereka. Lalu berkatalah Elia kepada seluruh rakyat yang berkumpul, “Mendekatlah kepada saya.” Mereka semua maju mendekat. Elia memperbaiki mezbah TUHAN yang sudah dirobohkan dengan menggunakan dua belas batu, sesuai jumlah suku-suku keturunan Yakub. (Yakub inilah yang diberi nama Israel oleh TUHAN.) Elia menyusun batu-batu itu menjadi mezbah untuk TUHAN. Kemudian dia membuat parit yang lebar di sekeliling mezbah itu, cukup untuk menampung sekitar 15 liter. Elia menata kayu bakarnya, lalu memotong sapi jantan dan meletakkan potongan-potongannya di atas kayu itu. Selanjutnya Elia berkata, “Isilah empat kendi dengan air. Siramlah daging dan kayu itu.” Lalu katanya lagi, “Lakukanlah hal yang sama, sekali lagi.” Orang-orang pun menyiram untuk kedua kalinya. Elia berkata, “Lakukanlah sekali lagi.” Maka mereka menyiram untuk ketiga kalinya. Air itu membasahi mezbah dan mengalir memenuhi parit di sekelilingnya. Saat itu adalah waktunya mempersembahkan kurban petang. Nabi Elia mendekati mezbah dan berdoa, “Ya TUHAN, Allah yang disembah Abraham, Isak, dan Yakub, tunjukkanlah pada hari ini bahwa Engkaulah Allah di Israel, dan bahwa aku adalah hamba-Mu, dan semua yang aku lakukan ini adalah benar-benar perintah-Mu. Dengarlah doaku, ya TUHAN, dan jawablah, supaya umat-Mu ini tahu bahwa Engkau, TUHAN, adalah satu-satunya Allah, dan bahwa Engkau sedang bekerja untuk membuat mereka kembali kepada-Mu.” Tiba-tiba TUHAN menurunkan api! Terbakarlah seluruh potongan kurban, kayu, batu-batu mezbah, dan tanah di sekitarnya, bahkan air di dalam parit menjadi kering. Melihat itu, seluruh rakyat bersujud ke tanah sambil berkata, “TUHAN adalah Allah! Benar, TUHAN adalah Allah!” Lalu Elia berseru kepada mereka, “Tangkap semua nabi Baal itu! Jangan biarkan satu pun lolos!” Rakyat mengejar dan menangkap para nabi Baal. Kemudian Elia membawa mereka ke sungai Kison dan membunuh mereka di sana. Sesudah itu Elia berkata kepada Ahab, “Sekarang, pergilah makan dan minum. Hujan akan segera turun. Aku mendengar suara badai mendekat.” Maka pergilah Ahab makan dan minum, sementara Elia naik ke puncak gunung Karmel. Dia bersujud ke tanah dengan kepala di antara kedua lututnya. Elia berkata kepada pelayannya, “Lihatlah ke arah laut.” Maka pergilah pelayannya itu memandang ke laut, lalu berkata, “Tidak ada apa-apa.” Elia menyuruh pelayannya itu pergi lagi untuk melihat. Demikian seterusnya sampai tujuh kali. Pada kali ketujuh, pelayan itu berkata, “Ada awan kecil sebesar telapak tangan, muncul dari arah lautan.” Jawab Elia, “Pergilah dan katakan kepada Ahab, ‘Siapkan kereta kudamu dan pulanglah sebelum hujan menghalangimu.’” Tidak lama kemudian, langit menggelap tertutup awan kelabu. Angin menderu-deru. Hujan deras mulai turun. Ahab naik ke keretanya dan pergi ke Yisreel. Tetapi TUHAN memberikan kekuatan kepada Elia. Dia mengangkat jubahnya dan berlari ke Yisreel mendahului Ahab.

1 Raja-raja 18:17-46 Alkitab dalam Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK)

Pada waktu Ahab melihat Elia, Ahab berseru, “Ini dia si pengacau di Israel!” “Saya bukan pengacau,” sahut Elia, “tetapi Baginda sendiri. Baginda dan keluarga Bagindalah yang pengacau. Dengan menyembah berhala-berhala Baal, Baginda melanggar perintah-perintah TUHAN. Sekarang, perintahkanlah seluruh rakyat Israel untuk bertemu dengan saya di Gunung Karmel. Bawa juga keempat ratus lima puluh nabi Baal dan keempat ratus nabi Dewi Asyera itu yang dibiayai oleh permaisuri Izebel!” Maka Ahab mengerahkan seluruh rakyat dan nabi-nabi Baal itu ke Gunung Karmel. Lalu Elia mendekati rakyat itu dan berkata, “Sampai kapan kalian mau tetap mendua hati? Kalau TUHAN itu Allah, sembahlah TUHAN! Kalau Baal itu Allah, sembahlah Baal!” Rakyat yang berkumpul di situ diam saja. Kemudian Elia berkata, “Di antara nabi-nabi TUHAN hanya sayalah yang tertinggal, padahal di sini ada 450 nabi Baal. Sekarang bawalah ke mari dua ekor sapi jantan. Suruh nabi-nabi Baal itu mengambil seekor dan menyembelihnya, kemudian memotong-motongnya lalu meletakkannya di atas kayu api. Tetapi mereka tidak boleh menyalakan api di situ. Sapi yang seekor lagi akan saya persiapkan begitu juga. Saya akan menyembelihnya dan memotong-motongnya serta meletakkannya di atas kayu api. Tapi saya pun tak akan menyalakan api di situ. Biarlah nabi-nabi Baal itu berdoa kepada dewa mereka, dan saya pun akan berdoa kepada TUHAN. Yang menjawab dengan mengirim api, Dialah Allah.” Seluruh rakyat menyahut dengan suara yang keras, “Setuju!” Lalu kata Elia kepada nabi-nabi Baal itu, “Karena kalian banyak, silakan kalian memilih dulu sapinya dan menyiapkannya, tetapi jangan menyalakan api pada kayunya. Setelah itu berdoalah kepada ilahmu.” Maka mereka memilih seekor sapi dan menyiapkannya. Setelah itu mereka berdoa kepada Baal dari pagi sampai tengah hari sambil berteriak-teriak, “Jawablah kami, Baal!” Mereka melakukan itu sambil terus menari-nari sekeliling mezbah mereka. Tetapi tidak ada jawaban sama sekali. Pada tengah hari mulailah Elia memperolok-olok mereka. “Berdoalah lebih keras! Ia ilah, bukan? Mungkin ia sedang melamun, atau ke kamar kecil. Boleh jadi juga ia sedang bepergian! Atau barangkali ia sedang tidur, dan kalian harus membangunkan dia!” Nabi-nabi itu berdoa lebih keras lagi. Dan seperti yang biasanya mereka lakukan, mereka menggores-goresi badan mereka dengan pedang dan tombak sampai darah bercucuran. Begitulah mereka terus-menerus sampai petang hari seperti orang kesurupan. Tetapi tidak ada yang menjawab, tidak ada yang memperhatikan. Lalu kata Elia kepada seluruh rakyat itu, “Mari mendekat!” Mereka semua berkumpul di sekelilingnya, kemudian ia mulai memperbaiki mezbah TUHAN yang telah runtuh. Ia mengambil dua belas batu, setiap batu mewakili salah satu dari kedua belas suku keturunan Yakub, yakni orang yang telah diberi nama Israel oleh TUHAN. Dengan batu-batu itu Elia membangun kembali mezbah tempat ibadat kepada TUHAN. Di sekeliling mezbah itu ia menggali parit yang cukup besar sehingga dapat menampung kurang lebih lima belas liter air. Ia menyusun kayu api di atas mezbah, lalu sapi yang seekor itu dipotong-potongnya dan ditaruhnya di atas kayu itu. Kemudian ia berkata, “Isilah empat tempayan dengan air sampai penuh, lalu tuangkan air itu ke atas persembahan kurban dan kayunya.” Setelah mereka melakukan hal itu, ia berkata, “Sekali lagi,” lalu mereka melakukannya. “Satu kali lagi,” kata Elia, dan mereka melakukannya pula. Maka mengalirlah air di sekeliling mezbah itu sehingga paritnya pun penuh air. Ketika tiba saat mempersembahkan kurban petang, Nabi Elia mendekati mezbah itu lalu berdoa, “Ya TUHAN, Allah yang disembah oleh Abraham, Ishak dan Yakub, nyatakanlah sekarang ini bahwa Engkaulah Allah di Israel, dan saya hamba-Mu. Nyatakanlah juga bahwa segala yang saya lakukan ini adalah atas perintah-Mu. Jawablah, TUHAN! Jawablah saya supaya rakyat ini tahu bahwa Engkau, ya TUHAN, adalah Allah, dan bahwa Engkaulah yang membuat mereka kembali kepada-Mu.” Lalu TUHAN mengirim api dari langit dan membakar hangus kurban itu bersama kayu apinya, batu-batunya dan tanahnya serta menjilat habis air yang terdapat di dalam parit itu. Pada saat rakyat melihat hal itu mereka tersungkur ke tanah sambil berkata, “TUHAN itu Allah! Sungguh TUHAN itu Allah!” Maka berkatalah Elia, “Tangkap nabi-nabi Baal itu! Jangan biarkan seorang pun lolos!” Lalu orang-orang menangkap nabi-nabi Baal itu, kemudian Elia membawa mereka ke Sungai Kison dan di sana ia membunuh mereka semuanya. Setelah itu berkatalah Elia kepada Raja Ahab, “Sekarang baiklah Baginda pergi makan! Sebentar lagi akan hujan, sebab derunya sudah terdengar.” Lalu Ahab pergi makan, dan Elia naik ke atas Gunung Karmel. Di sana ia sujud dengan mukanya ke tanah di antara kedua lututnya. Kepada pelayannya ia berkata, “Naiklah ke puncak dan lihatlah ke arah laut.” Hamba itu naik, lalu kembali dan berkata, “Saya tidak melihat apa-apa.” Sampai tujuh kali Elia menyuruh hambanya naik turun untuk melihat. Pada yang ketujuh kalinya hamba itu kembali dan berkata, “Saya melihat awan sekecil telapak tangan datang dari arah laut.” Maka Elia berkata kepada hambanya, “Pergilah kepada Raja Ahab, suruh dia naik ke keretanya dan pulang sebelum ia terhalang oleh hujan.” Dalam sekejap saja langit menjadi mendung, dan angin kencang bertiup serta hujan lebat pun mulai turun. Ahab naik ke keretanya lalu pulang ke Yizreel. Saat itu Elia mendapat kekuatan dari TUHAN. Ia melipat jubahnya ke atas dan mengikatnya pada pinggangnya lalu berlari mendahului Ahab sepanjang jalan sampai ke pintu gerbang kota Yizreel.