Mereka lebih kuat dari kami, jadi tolong datang untuk mengutuk mereka bagi kami. Dengan demikian mungkin kami bisa mengalahkan mereka dan mengusir mereka dari negeri ini. Karena saya tahu orang yang kamu berkati akan mendapat berkat, dan orang yang kamu kutuk akan mendapat kutuk.”
Lalu berangkatlah para tua-tua dari bangsa Moab dan bangsa Midian dengan membawa bayaran untuk mengutuk bangsa Israel. Sesudah sampai kepada Bileam, mereka menyampaikan kepadanya pesan dari Balak. Jawab Bileam kepada mereka, “Menginaplah di sini malam ini dan besok saya akan memberitahukan kepadamu apa yang dikatakan TUHAN kepadaku.” Maka tinggallah para tua-tua itu di rumah Bileam.
Malam itu datanglah Allah kepada Bileam dan bertanya, “Siapakah orang-orang yang tinggal bersamamu itu?”
Jawab Bileam kepada-Nya, “Mereka utusan Raja Balak dari Moab yang datang untuk membawa pesan ini, ‘Ada suatu bangsa yang datang dari Mesir dan mereka menyebar kemana-mana. Jadi tolong datang dan kutuklah mereka bagi kami. Dengan demikian mungkin kami bisa mengalahkan mereka dan mengusir mereka.’”
Kata Allah kepada Bileam, “Jangan pergi dengan mereka. Jangan kutuk bangsa itu karena mereka sudah Aku berkati.”
Pada pagi berikutnya, Bileam berkata kepada para pemuka utusan Balak, “Pulanglah ke negeri kalian. TUHAN melarang saya pergi dengan kalian.”
Lalu kembalilah mereka kepada Balak dan berkata, “Bileam menolak untuk ikut bersama dengan kami.” Maka Balak mengutus lebih banyak lagi pemuka-pemuka yang lebih terhormat dari utusan yang pertama. Sesudah mereka sampai kepada Bileam, mereka menyampaikan pesan Balak kepadanya,
“Saya mohon, jangan biarkan apapun menghalangimu untuk datang. Saya akan membalas jasamu dengan luar biasa, dan apa pun yang kamu minta akan saya lakukan. Datanglah dan kutuklah bangsa itu bagi saya.”
Tetapi Bileam menjawab, “Meskipun Balak memberikan istananya beserta semua perak dan emas di dalamnya, saya tidak bisa melanggar perintah TUHAN, Allah saya, bahkan dalam hal kecil sekalipun. Silakan tinggal di sini malam ini, seperti yang dilakukan oleh para utusan sebelumnya. Barangkali masih ada yang TUHAN mau katakan kepada saya.”
Malam itu, datanglah Allah kepada Bileam dan berkata, “Karena orang-orang itu sudah datang untuk memanggilmu, Aku izinkan kamu pergi bersama mereka. Tetapi kamu hanya boleh melakukan apa yang Aku perintahkan kepadamu.”
Keesokan paginya, Bileam memasang pelana pada keledainya dan pergi bersama dengan para pemuka bangsa Moab itu. Namun Allah menjadi marah karena Bileam pergi. Ketika Bileam sedang mengendarai keledainya dengan diiringi oleh dua pelayannya, malaikat datang dan berdiri di tengah jalan untuk melawannya. Ketika keledai itu melihat malaikat berdiri di jalan dengan pedang di tangannya, keledai itu membelok dari jalan dan masuk ke ladang. Namun Bileam memukul keledai itu sampai kembali ke jalan. Kemudian malaikat itu pindah ke bagian jalan yang sempit di antara dua kebun anggur. Kedua sisi jalan itu dipagari oleh tembok batu. Ketika keledai itu melihat malaikat itu berdiri di depannya, dia minggir ke tembok sehingga kaki Bileam terjepit ke tembok. Lalu Bileam memukul lagi keledai itu.
Lalu malaikat itu pergi mendahului mereka dan berdiri di bagian jalan yang lebih sempit lagi sehingga keledai itu tidak bisa lewat sama sekali. Ketika melihat malaikat berdiri di depannya lagi, keledai itu langsung merebahkan diri dengan perutnya ke tanah sementara Bileam masih di atas punggungnya. Bileam menjadi sangat marah dan memukul keledai itu lagi dengan tongkatnya.
Lalu TUHAN membuat keledai itu bisa berbicara. Kata keledai itu kepada Bileam, “Apa salahku? Kenapa Tuan memukulku sampai tiga kali?”
Jawab Bileam, “Karena kamu membuatku terlihat seperti orang bodoh! Kalau saja ada pedang di tanganku, aku bunuh kamu sekarang juga!”
Tetapi jawab keledai itu kepada Bileam, “Bukankah aku ini keledai Tuan? Dari dulu sampai sekarang Tuan selalu menunggangiku, benar? Apakah pernah aku memperlakukan Tuan seperti ini?”
Jawab Bileam, “Tidak.”
Kemudian TUHAN membuat Bileam bisa melihat malaikat itu. Malaikat itu sedang berdiri di jalan sambil memegang pedang di tangan-Nya. Bileam pun bersujud.
Lalu malaikat itu menyampaikan pesan TUHAN, “Percuma kamu memukul keledaimu sampai tiga kali! Akulah yang melawanmu karena tujuan perjalananmu ini melawan kehendak-Ku. Tiga kali keledaimu melihat Aku dan menyingkir. Kalau tidak, pasti Aku sudah membunuhmu dan membiarkan keledai itu hidup.”
Lalu Bileam menjawab, “Aku sudah berdosa! Aku tidak tahu kalau Engkau yang berdiri menentangku di jalan. Kalau perjalananku ini jahat di mata-Mu, sekarang aku akan pulang.”
Tetapi TUHAN menjawab melalui perkataan malaikat itu, “Pergilah bersama dengan orang-orang itu, tetapi kamu hanya boleh mengatakan apa yang akan Aku katakan kepadamu.” Lalu Bileam melanjutkan perjalanannya bersama para pemuka itu.
Ketika Raja Balak mendengar bahwa Bileam datang, dia pergi menemuinya di sebuah kota Moab yang terletak di tepi sungai Arnon. Sungai Arnon adalah perbatasan wilayah Moab. Balak berkata kepada Bileam, “Kenapa kamu tidak datang waktu pertama kali saya panggil? Tentu kamu tahu saya sanggup membayarmu!”
Bileam menjawab, “Sekarang saya sudah datang. Tetapi saya tidak bisa mengatakan apa-apa selain apa yang Allah suruh saya katakan.” Kemudian pergilah Bileam bersama dengan Balak ke kota Huzot. Di sana Balak mengurbankan beberapa ekor domba dan sapi. Sebagian daging kurban itu diberikan kepada Bileam dan kepada para pemuka yang bersama-sama dengan dia. Besok paginya Balak membawa Bileam mendaki bukit Penyembahan Dewa Baal. Dari sana Bileam dapat melihat sebagian dari bangsa Israel.