Kesimpulannya, hendaklah kalian semua hidup dengan satu tujuan, turut merasakan apa yang dirasakan oleh saudara-saudari seiman, saling mengasihi, saling mengasihani, dan ramah satu sama lain. Ketika orang lain berbuat jahat kepadamu, janganlah membalasnya dengan kejahatan. Ketika orang lain menghinamu, jangan membalas dia dengan penghinaan. Sebaliknya, berdoalah supaya Allah memberkati dia. Memang untuk itulah kita dipanggil menjadi milik Allah yang istimewa, yakni supaya ketika kamu dibuat susah, kamu membalasnya dengan memberkati. Dengan begitu, kamu juga akan diberkati Allah di kemudian hari. Karena dalam Firman Allah tertulis,
“Kalau kamu ingin menikmati hidup ini
dan mengalami masa-masa penuh berkat,
kamu harus menjaga lidahmu agar tidak mengucapkan tipu
dan tidak berbicara yang jahat tentang orang lain.
Kamu juga harus berhenti melakukan hal-hal yang jahat,
tetapi lakukanlah yang baik.
Hendaklah kamu selalu berusaha hidup damai dengan orang lain.
Karena mata TUHAN selalu tertuju kepada orang yang hidupnya benar,
dan telinga TUHAN selalu terbuka untuk mendengarkan doa mereka,
tetapi tertutup untuk doa orang-orang yang melakukan kejahatan.”
Nah, kalau kamu selalu melakukan perbuatan baik, tidak akan ada yang ingin menyusahkan kamu. Tetapi kalau pun kamu masih menderita karena melakukan hal-hal yang benar, ingatlah bahwa TUHAN pasti akan memberkatimu. Ingat juga Firman TUHAN ini, “Janganlah takut kepada mereka yang mengancam kamu. Jangan kuatir.” Di tengah penderitaan, tinggikanlah Allah sebagai Penguasa hidupmu. Dan hendaklah kamu selalu siap menjawab orang-orang yang bertanya, “Kenapa kamu masih berharap kepada Yesus?” Jawablah mereka dengan lemah lembut dan rasa hormat. Jagalah hatimu tetap bersih senantiasa. Dengan demikian, orang-orang yang memfitnah kamu akan merasa malu sendiri ketika melihat bahwa memang kelakuanmu baik karena kamu melayani Kristus.
Ingatlah: Kita tidak perlu malu bila menderita karena melakukan hal-hal yang baik, kalau hal itu terjadi sesuai kehendak Allah. Namun, bila kita menderita karena melakukan yang jahat, seharusnya kita malu.
Karena Kristus adalah teladan bagi kita. Dia sendiri menderita ketika Dia mati akibat dosa-dosa kita. Dia yang tidak bersalah menggantikan kita yang bersalah, untuk mendamaikan kita dengan Allah. Sesudah Dia mati dibunuh secara jasmani, Roh Allah menghidupkan-Nya kembali. Dengan kuasa dari Roh Allah, Kristus sudah turun ke Syeol untuk menyampaikan berita dari Allah kepada jiwa-jiwa yang sudah lama terpenjara, yaitu roh-roh mereka yang tidak taat kepada Allah pada zaman Nuh. Dahulu, selama Nuh sedang membuat kapal besar itu, Allah menunggu dengan sabar supaya mereka bertobat. Namun, akhirnya tidak banyak yang selamat. Hanya delapan orang yang masuk ke dalam kapal dan dibawa melewati banjir yang dahsyat itu. Air banjir itu menggambarkan air baptisan untuk kita. Baptisan bukanlah untuk membersihkan kotoran dari tubuh jasmani, melainkan sebuah tanda pernyataan bahwa dengan hati yang bersih kita berjanji kepada Allah, “Sekarang saya mau mengikut Kristus Yesus.” Pada waktu itulah kita diselamatkan, karena secara rohani kita ikut dikuburkan bersama Yesus dan dihidupkan kembali bersama-Nya. Sekarang Yesus sudah naik ke surga. Di sana Dia memerintah bersama Allah, sebab Allah sudah menempatkan Dia lebih tinggi daripada semua malaikat, penguasa, dan pemerintah di seluruh alam semesta.