PADA suatu hari, ketika Ia mengajar di tepi danau, kembali orang banyak berkumpul mengelilingi Dia. Maka naiklah Ia ke dalam sebuah perahu, lalu duduk dan berbicara dari situ. Cara yang biasa dipakai-Nya kalau Ia mengajar ialah dengan menceritakan perumpamaan. Salah satu dari perumpamaan itu ialah sebagai berikut:
“Dengarlah! Ada seorang petani yang akan menabur benih. Ketika ia menabur benih itu di ladangnya, ada beberapa yang jatuh di jalan, kemudian burung-burung datang memakannya. Sebagian jatuh di tanah tipis yang berbatu-batu. Benih itu pun segera tumbuh, tetapi setelah kena sinar matahari yang terik, tunas-tunas itu layu dan mati, sebab akarnya hanya sedikit. Sebagian lagi jatuh di antara semak duri yang tumbuh makin besar dan mengimpit serta mendesak tanaman yang masih muda itu sehingga tidak dapat berbuah. Tetapi sebagian dari benih itu jatuh di tanah yang subur dan menghasilkan tiga puluh kali lipat dari yang telah ditanam, bahkan ada yang enam puluh atau seratus kali lipat! Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan!”
Kemudian, ketika Ia seorang diri, kedua belas murid-Nya serta beberapa murid-Nya yang lain bertanya kepada-Nya, “Apakah arti perumpamaan itu?”
Ia menjawab, “Allah telah mengizinkan kalian mengerti rahasia Kerajaan-Nya. Tetapi orang-orang yang di luar Kerajaan itu hanya diajarkan melalui perumpamaan. Karena, seperti dituliskan Nabi Yesaya:
“ ‘Mereka melihat dan mendengar,
tetapi tidak akan mengerti.
Jangan sampai mereka berbalik kepada Allah
dan diampunkan dosa-dosanya.’
“Tetapi, jikalau kalian tidak dapat mengerti perumpamaan yang semudah ini, bagaimana kalian akan dapat mengerti perumpamaan-perumpamaan lain yang akan Kuceritakan?
“Petani dalam perumpamaan tadi adalah setiap orang yang mengabarkan firman Allah kepada orang lain, dengan maksud menanamkan benih yang baik dalam kehidupan mereka. Jalan yang keras di mana sebagian dari benih itu jatuh, melukiskan kerasnya hati beberapa orang yang mendengar firman Allah itu. Segera datanglah Iblis, yang berusaha agar mereka melupakan firman itu. Tanah tipis yang berbatu-batu melukiskan hati orang yang mendengar dan menerima firman itu dengan sukacita. Tetapi seperti tanaman muda yang tumbuh di tanah yang demikian, akar mereka tidak dalam. Begitu ia mengalami kesusahan atau penganiayaan oleh karena kepercayaannya, begitu semangatnya padam dan ia pun murtad.
“Tanah yang bersemak duri melukiskan hati orang yang mendengar firman dan menerimanya, kekhawatiran akan kehidupan yang sekarang ini dan ketamakan akan uang, serta keinginan akan barang-barang yang indah memasuki kehidupan mereka, lalu mendesak firman Allah dari dalam hati mereka, sehingga tidak menghasilkan buah.
“Tetapi tanah yang subur melukiskan hati yang benar-benar menerima firman Allah yang menghasilkan panen yang berkelimpahan bagi Allah—tiga puluh, enam puluh bahkan seratus kali lipat dari jumlah yang ditanamkan dalam hati mereka.”
Kemudian Ia bertanya kepada mereka, “Apabila seseorang memasang pelita, apakah ia akan menyembunyikan pelita itu untuk menghalangi cahayanya? Tentu saja tidak! Sebab, kalau tertutup, cahayanya tidak akan dapat dilihat atau dimanfaatkan. Pelita harus diletakkan di atas kaki pelita, agar dapat memancarkan cahaya dan ada gunanya.
“Segala sesuatu yang sekarang tersembunyi akan diungkapkan, dan apa yang dirahasiakan akan diketahui. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan! Dan berusahalah mengamalkan apa yang sedang Kukatakan. Ukuran yang kalian gunakan untuk mengukur orang-orang lain, akan diukurkan kepada kalian dan bahkan lebih lagi. Kepada orang yang mendengarkan kata-kata-Ku akan diberikan lebih banyak pemahaman lagi; tetapi dari orang yang tidak mendengarkan, bahkan sedikit pemahaman yang ada padanya akan diambil juga.