Lukas 22:1-50

Lukas 22:1-50 FAYH

PERAYAAN Paskah, yaitu Hari Raya Roti Tidak Beragi, semakin dekat. Para imam kepala dan pemimpin Yahudi yang lain giat merencanakan pembunuhan Yesus. Mereka mencari jalan untuk membunuh Yesus dengan diam-diam, karena mereka takut akan timbul kerusuhan. Lalu Iblis memasuki Yudas Iskariot, seorang dari kedua belas murid. Yudas pergi kepada para imam kepala dan kepala pengawal Bait Allah dengan maksud merundingkan cara yang terbaik untuk menyerahkan Yesus kepada mereka. Tentu saja mereka sangat senang bahwa Yudas mau menolong. Mereka berjanji akan memberinya upah. Demikianlah, ia mulai mencari kesempatan supaya mereka dapat menangkap Yesus tanpa setahu orang banyak. Hari Roti Tidak Beragi sudah tiba, yaitu hari domba Paskah disembelih dan dimakan dengan roti yang tidak beragi. Yesus menyuruh Petrus dan Yohanes berjalan lebih dahulu mencari tempat untuk menyiapkan perjamuan Paskah bagi mereka. “Ke mana kami harus pergi?” tanya mereka. Ia menjawab, “Bila kalian memasuki Yerusalem, kalian akan melihat seorang laki-laki yang berjalan membawa sebuah kendi berisi air. Ikutilah dia sampai ke rumah yang dimasukinya. Katakan kepada orang yang tinggal di situ, ‘Guru kami minta agar Tuan menunjukkan kepada kami ruangan di mana Ia dapat makan perjamuan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Nya.’ Ia akan membawa kalian ke atas, ke sebuah ruangan besar yang telah disiapkan bagi kita. Di situlah kalian harus menyiapkan perjamuan.” Murid-murid itu pergi ke kota dan mendapati segala sesuatu seperti yang telah dikatakan oleh Yesus, lalu mereka menyiapkan perjamuan Paskah. Yesus dan rasul-rasul-Nya tiba, dan pada waktunya semua duduk bersama-sama mengelilingi meja. Ia berkata, “Aku sudah menanti-nantikan saat ini. Aku ingin sekali makan perjamuan Paskah ini bersama-sama kalian sebelum masa penderitaan-Ku mulai. Karena sekarang Kukatakan kepadamu, bahwa Aku tidak akan memakannya lagi sampai semua yang dilambangkannya terjadi di dalam Kerajaan Allah.” Kemudian Ia mengambil secawan air anggur. Setelah mengucap syukur Ia berkata, “Ambillah dan bagikan di antara kalian. Karena Aku tidak akan minum air anggur lagi sampai Kerajaan Allah tiba.” Lalu Ia mengambil roti. Setelah mengucap syukur kepada Allah, Ia memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada mereka sambil berkata, “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan untuk kalian. Lakukanlah sebagai peringatan akan Aku.” Sesudah perjamuan malam itu Ia memberikan secawan air anggur lagi kepada mereka sambil berkata, “Anggur ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan Allah dengan darah yang Kucurahkan untuk menebus jiwa kalian. Tetapi seorang di antara kita yang duduk di sekeliling meja ini akan mengkhianati Aku. Aku harus mati seperti yang telah direncanakan Allah. Tetapi celakalah orang yang mengkhianati Aku.” Murid-murid saling bertanya siapa di antara mereka yang akan berbuat seperti itu. Lalu mereka mulai bertengkar tentang siapakah yang akan memperoleh kedudukan tertinggi di dalam Kerajaan Allah. Yesus berkata kepada mereka, “Di dalam dunia ini raja-raja dan para pembesar memiliki kekuasaan mutlak atas rakyatnya dan rakyat mereka itu mau tidak mau harus menurut. Tetapi di antara kalian, orang yang paling banyak melayani, dialah pemimpin kalian. Di dunia ini seorang majikan duduk pada meja dilayani oleh para pelayannya. Tetapi di antara kita tidak demikian halnya! Karena Akulah pelayan kalian. Namun demikian, karena kalian setia kepada-Ku selama hari-hari yang mengerikan ini, dan karena Bapa-Ku telah memberikan kepada-Ku sebuah Kerajaan, maka pada saat ini Aku memberikan kepada kalian hak untuk makan dan minum pada meja-Ku dalam Kerajaan itu. Kalian akan duduk di atas takhta-takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel! “Simon, dengarkan! Iblis telah meminta dengan sangat supaya kalian diserahkan kepadanya untuk ditampinya seperti gandum. Tetapi Aku telah berdoa untukmu, memohon supaya imanmu tidak akan gugur sama sekali. Karena itu, bila engkau sudah bertobat dan kembali kepada-Ku, teguhkan iman saudara-saudaramu.” Simon berkata, “Tuhan, saya bersedia masuk penjara bersama-sama dengan Tuhan, bahkan mati sekalipun.” Tetapi Yesus berkata, “Ketahuilah olehmu, Petrus, bahwa sebelum ayam berkokok besok pagi, engkau akan menyangkal Aku tiga kali dengan mengatakan bahwa engkau sama sekali tidak mengenal Aku.” Kemudian Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya, “Ketika Aku menyuruh kalian mengabarkan Berita Kesukaan tanpa membawa uang, tas, atau pakaian cadangan, adakah kalian berkekurangan?” “Tidak,” jawab mereka. “Tetapi sekarang,” kata-Nya, “bawalah tas dan uang kalau ada. Dan jika kalian tidak mempunyai pedang, lebih baik jual baju kalian dan belilah sebilah! Karena sudah tiba saat penggenapan nubuat mengenai Aku: ‘Ia dimasukkan ke dalam golongan orang jahat.’ Ya, segala sesuatu yang ditulis oleh para nabi mengenai Aku akan digenapi.” “Tuhan,” jawab mereka, “kami mempunyai dua pedang!” “Itu sudah cukup!” kata-Nya. Kemudian dengan diiringi murid-murid-Nya, Ia meninggalkan ruang perjamuan itu dan seperti biasa pergi ke Bukit Zaitun. Di situ Ia berkata kepada mereka, “Berdoalah kepada Allah agar kalian tidak jatuh dalam cobaan.” Ia berjalan terus kira-kira sepelempar batu jauhnya, lalu berlutut serta berdoa, “Bapa, kalau Engkau berkenan, singkirkanlah cawan kengerian ini daripada-Ku. Tetapi kehendak-Mu yang jadi, jangan kehendak-Ku.” Kemudian datanglah seorang malaikat dari surga menguatkan Dia, sebab Ia berada di dalam penderitaan batin yang demikian rupa, sehingga sementara Ia berdoa dengan lebih tekun, Ia mengeluarkan keringat darah yang menetes ke tanah. Akhirnya Ia berdiri, lalu kembali kepada murid-murid-Nya dan mendapati mereka sedang tidur, terlalu penat karena kesedihan. “Tidurkah kalian?” kata Yesus. “Bangunlah! Berdoalah kepada Allah agar kalian tidak jatuh dalam cobaan!” Tetapi sementara Yesus masih berkata-kata, datanglah Yudas, seorang dari kedua belas murid-Nya, membawa serombongan orang. Yudas menghampiri Yesus, lalu mencium Dia. Tetapi Yesus berkata, “Yudas, bagaimana engkau dapat mengkhianati Anak Manusia dengan ciuman?” Ketika murid-murid yang lain menyadari apa yang akan terjadi, mereka berseru, “Tuhan, bolehkah kami melawan? Kami membawa pedang!” Lalu seorang di antaranya mengayunkan pedangnya ke arah pelayan imam besar, sehingga telinga kanannya putus.

Rencana Bacaan dan Renungan gratis terkait dengan Lukas 22:1-50