SEKALIPUN janji Allah—yaitu bahwa setiap orang boleh masuk ke dalam tempat perhentian-Nya—masih tetap berlaku, kita patut gemetar ketakutan, sebab beberapa di antara Saudara hampir-hampir tidak dapat sampai ke sana. Karena berita yang baik ini—bahwa Allah telah menyiapkan tempat perhentian ini—telah disampaikan kepada kita sama seperti kepada orang-orang yang hidup pada zaman Musa. Tetapi berita itu tidak ada faedahnya bagi mereka, sebab mereka tidak percaya. Mereka tidak menerima berita itu dengan iman. Sebab hanya kita yang percaya kepada Allah dapat memasuki tempat perhentian-Nya. Ia telah berkata,
“Dalam murka-Ku Aku bersumpah bahwa mereka tidak akan memasuki tempat perhentian-Ku,”
walaupun pekerjaan-Nya telah selesai sejak dunia dijadikan. Kita tahu bahwa Ia siap sedia dan sedang menunggu, sebab ada tertulis bahwa Allah beristirahat pada hari ketujuh setelah selesai menciptakan segala sesuatu yang telah direncanakan-Nya.
Walaupun demikian, mereka tidak masuk, karena pada akhirnya Allah berkata, “Mereka tidak akan memasuki tempat perhentian-Ku.” Namun, janji itu tetap berlaku dan ada yang masuk ke dalam tempat perhentian-Nya, tetapi bukan mereka yang mendapat kesempatan pertama, sebab mereka tidak patuh kepada Allah dan gagal untuk masuk.
Tetapi Ia telah menentukan waktu lain untuk masuk, dan waktu itu ialah “hari ini.” Hal ini dimaklumkan-Nya melalui Raja Daud, lama sesudah manusia pertama kali gagal untuk masuk, dengan kata-kata seperti yang telah dikutip di atas,
“Pada hari ini, jika kamu mendengar suara Allah,
janganlah mengeraskan hatimu.”
Tempat perhentian baru yang dikatakan Allah ini, bukanlah Tanah Israel yang dituju oleh Yosua bersama dengan orang-orang yang dipimpinnya. Seandainya itu yang dimaksudkan oleh Allah, lama sesudahnya Ia tidak akan berkata bahwa “hari ini” adalah waktunya untuk masuk. Jadi, ada suatu perhentian yang sempurna, yang masih tetap tersedia bagi umat Allah. Semua yang telah masuk ke dalam tempat perhentian Allah beristirahat dari pekerjaan mereka, seperti yang dilakukan Allah sesudah penciptaan. Marilah kita sungguh-sungguh berusaha memasuki tempat perhentian itu, dan berhati-hati jangan sampai kita melawan Allah seperti yang dilakukan bangsa Israel, sehingga mereka tidak dapat masuk.
Sebab apa pun yang dikatakan Allah kepada kita selalu penuh dengan kuasa yang hidup: Firman Allah lebih tajam daripada pedang bermata dua yang paling tajam, yang dapat dengan cepat menembusi pikiran dan keinginan kita yang paling dalam, sehingga memperlihatkan diri kita yang sebenarnya. Ia mengetahui seluk-beluk setiap orang di mana pun juga. Segala sesuatu mengenai kita terbuka dan nyata di hadapan Allah yang hidup, yang dapat melihat segala sesuatu. Tidak ada sesuatu pun tersembunyi bagi Dia dan kepada-Nya kita harus mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita.
Jadi, karena kita memiliki Imam Besar yang agung, yang telah memasuki surga, Yesus, Anak Allah, mari kita berpegang teguh pada pengakuan kepercayaan kita. Imam Besar kita ini memahami kelemahan kita, sebab Ia juga pernah mengalami cobaan seperti kita, meskipun Ia tidak pernah kalah sehingga berdosa.